chapter 3

986 146 35
                                    

Rasanya seperti sebuah mimpi, disana sunoo baik-baik saja. Bintang-bintang sejajar dan bersinar, tak ada yg meredup. Semuanya sempurna. Di tempat itu sunoo dan mereka di takdirnya bersama ; tinggal di tepi laut, merasakan angin sejuk yg hangat, mata mereka akan berkerut karena terlalu banyak tersenyum, dan bahkan di usia senja... Sunoo akan menemukan mereka tetap mempesona.

Sunoo meringis merasakan sakit di kepalanya, pelan-pelan sunoo membuka matanya. Mengerjap beberapa kali namun pandangan sunoo mengabur. Sunoo ingat dia mengalami kecelakaan di lampu merah, apakah matanya bermasalah karena kecelakaan itu. Penciuman sunoo dapat menciumi bau obat-obatan, kemudian sunoo dapat mendengar suara pintu yg terbuka.

"Ck, akhirnya lo bangun juga. Nyusahin banget sih nih anak".

Mendengar suara berat itu sunoo berusaha bangun dari tidurnya, dan dengan tanpa perasaan orang yg datang tadi sepertinya tidak niat membantunya sama sekali. Ketika sudah berhasil bangun, sunoo mengusap matanya tapi pandangannya tetap saja kabur.

"Kaca mata lo pecah. Dan gak bisa di pakai lagi. Tenang aja, nanti gue ganti".

Sunoo memfokuskan pandangannya pada sosok yg berdiri tak jauh dari ranjang. Dan sosok itu hanya memburam di pandangnya, wajahnya tidak bisa sunoo lihat dengan jelas. Tapi suara itu, suara yg terasa familiar. "Maaf, saya dimana yaa?" Sunoo bertanya serak

"Di UKS sekolah lah. Lagian lo kenapa sih gak ngehindar, udah tau ada bola basket yg bakal datang. Pakai kaca mata benar-benar bikin lo buta benaran ya", Sosok lain yg baru datang menjawab pertanyaan sunoo

Sunoo benar-benar linglung dengan semua ini. Ditambah matanya tidak bisa melihat dengan jelas, dan sekarang percakapan ini membuat sunoo syok. Otak sunoo berpikir dengan keras, siapa laki-laki yg bicara begitu tidak sopan padanya sedari tadi. Sunoo mendengar suara langkah kaki, dan melihat beberapa orang yg kembali datang. Meskipun dengan pandangan kabur, sunoo dapat melihat bahwa sekarang ada tujuh orang dalam ruangan ini termasuk dirinya.

Meraba sakunya untuk menemukan ponselnya, dalam situasi ini sunoo harus menghubungi kyumin tapi ternyata ponselnya tidak ada dimana pun. Sunoo mengangkat wajahnya, "Bisa pinjam ponsel?, Saya mau menghubungi teman saya."

"Ck. Nih anak dari tadi perasaan bicara formal mulu." Decakan itu kembali terdengar

"Sebutin aja nomornya..."

Mendengar hal itu sunoo mengangguk, lalu menyebutkan sederet angka.

"Gak aktif, ini nomor bahkan gak kedaftar."

Sunoo memijit pelipisnya, jelas-jelas itu nomor kyumin. "Saya harus kembali ke klinik"

"Kayaknya nih anak geger otak. Apa kita bawa ke rumah sakit aja?"

"Tapi tadi kata dokter yg jaga dia cuma pingsan."

"Ini kenapa kita jadi ngurusin yg gini sih. Latihan basketnya juga jadi ditunda kan".

"Kim sunoo." Mata tajam itu membaca tag nama di baju siswa yg beberapa jam lalu tidak sengaja terkena lemparan bola basket mereka. Mereka berenam memandang sosok siswa mungil itu yg dari tadi bicara formal. Sekali pandangpun mereka tahu bahwa siswa yg ada dihadapan mereka adalah siswa teladan, terlihat dari seragamnya yg rapi dan lengkap dari atas sampai bawah, jenis murid kutu buku. Jenis siswa membosankan yg amat sangat mereka berenam hindari.

"Ini tas lo. Ini udah lewat jam pulang sekolah". Sebuah tas di lemparkan di dekat sunoo

"Mau periksa kerumah sakit?"

Mendengar pertanyaan itu sunoo menggeleng. Merasakan tubuhnya tidak merasakan sakit sama sekali, bahkan tidak ada luka lecet. "Enggak perlu. Saya baik-baik aja."

Destiny || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang