"Harusnya Minggu ini kita ketemu dokter." Jake bersuara kemudian memandang yg lainnya.
"Jake, kita udah sepakat buat enggak ngebahas tentang itu kalau lagi disekolah", Heeseung menyandarkan badannya di dinding. Memasukkan kedua tangannya ke saku. Heeseung pun memikirkan hal itu.
Mereka semua memikirkan hal itu, tentang kunjungan dokter. Kini mereka berenam sedang di depan kelas sunoo, menunggu sunoo keluar dari kelas terakhirnya.
"Gue gak mau kesana", Niki bersuara, melihat yg lain ingin menyangkalnya, Niki kembali bersuara. "Gak guna. Gue gak membaik, lo semua juga gak membaik."
Sunghoon paham apa yg dirasakan niki. Mereka semua merasakan hal yg sama. "Ya udah, kalau gitu gak usah ketemu dokter."
"Iya. Lagipula obatnya ada kan. Kalau kambuh kita tinggal minum obat". Jay menambahi
Jake memijit pelipisnya. "Kalian semua tahu itu gak sesederhana itu. Gimana kalau kita kambuhnya barengan?, Siapa yg bakal ngurus kita?. Kalian tahu di fase itu kita jadi..."
"Jangan sampai sunoo tahu". Jungwon memandang yg lainnya. Dan mereka semua tentu sepakat untuk itu.
Mereka harus menghentikan pembicaraan itu ketika melihat guru sudah keluar dari kelas sunoo. Dan murid-murid lain juga sudah mulai keluar dari kelas. Dan seseorang yg mereka tunggu sedari tadi sudah berjalan kearah mereka. Sudut bibir mereka terangkat membentuk senyum tipis ketika sunoo justru berjalan melewati mereka begitu saja. Tahu sunoo tidak suka jadi perhatian murid lain, sedangkan di manapun ada mereka berenam, mereka akan selalu menarik perhatian.
"Kok lo jalannya cepat gini sih...", Jay mensejajarkan langkahnya dengan sunoo
Sunoo menghela nafas pelan. "Kak, bisa gak kalian enggak usah nunggu aku di depan kelas. Kita kan bisa ketemu di dekat loker."
"Emangnya kenapa?, Lo gak suka di liatin anak lain?. Kan lo udah gabung sama kita itu artinya lo harus biasain itu semua", Jake mengusap puncak kepala sunoo
Sunoo tidak menjawab, mungkin memang benar mulai sekarang dia harus menebalkan mukanya. Sunoo tersentak saat merasakan rensel punggungnya di angkat ke atas. Ternyata jungwon menjijit ranselnya.
"Ini tas isinya apaan?. Batu yaa?", Jungwon berujar seperti itu saat merasakan beratnya tas punggung sunoo.
Karena jungwon mengangkat tasnya. Sunoo merasakan ringan di pundaknya. "Enggak lah. Isinya cuma buku-buku."
"Lo bawa baju ganti buat latihan?", Heeseung bertanya ketika mereka sudah sampai di depan loker.
Sunoo menggeleng pelan. Kemudian melihat mereka mulai membuka loker mereka masing-masing. Sunoo hanya bisa ternganga melihat isi loker mereka. Loker itu penuh dengan tumpukan surat, hadiah-hadiah. Hingga penuh dan ketika loker itu di buka isinya berjatuhan keluar. Jadi sunoo memungut surat-surat yg berjatuhan itu, sekali lihatpun sunoo tahu itu surat cinta.
"Ck, Sampah-sampah ini lagi." Mereka berenam dengan tanpa perasaan membuang semuanya ke tong sampah.
"Kak, kenapa dibuang. Sayang tahu...", Sunoo hanya bisa menatap prihatin kotak-kotak coklat itu dan macam-macam Snack lainnya.
"Kalau lo mau coklat yg kayak gitu kita bisa beli yg baru." Mereka tentu tahu kemana arah tatapan sunoo.
Sunoo mengalihkan pandangannya memandang mereka. "Bukan gitu. Masak kalian buang gitu aja. Mereka yg ngasih pasti sedih saat tahu hadiahnya di buang". Sunoo jadi membayangkan beginilah nasib-nasib hadiahnya yg dia kirim dimasalalu.
"Terakhir kali gue makan coklat hadiah ini, gue sakit perut", Sunghoon menutup kembali lokernya. Yg sunghoon katakan memang benar, saat dia memakan hadiah itu dia malah keracunan makanan. Sejak saat itu tidak ada dari mereka lagi yg mau memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || Kim.Sunoo
FanficSunooHarem Au!!!📌 Time traveler. Suatu keajaiban membawa sunoo kembali ke masa lalu demi mencegah kecelakaan itu. Sunoo seorang psikolog, kembali ke masa sekolahnya, saat dia masih kelas 2 SHS. Bertemu kembali dengan cinta pertamanya disana. Akanka...