chapter 34

655 85 283
                                    

"Kak, tolong ambilin ponselku..." Setelah mengatakan itu dengan suara lemah sunoo berusaha bangkit, jake membantunya dan mengambil jas sekolahnya untuk menutupi tubuh telanjang sunoo. Sunoo meringis pelan merasa perih di area bawahnya dan tubuhnya terasa remuk. Tangan sunoo mengambil ponselnya yg di berikan oleh heeseung. Sunoo segera melihat layar ponsel dan benar saja ternyata itu ayahnya. Sebelum mengangkat telpon itu sunoo berdehem beberapa kali untuk sedikit menetralkan suaranya yg serak. Ketika panggilan itu tersambung suara berat ayahnya langsung terdengar dari seberang sana. "Ddeonu...?"

Sunoo menelan kasar ludahnya.
"Iya yah..."

"Kamu kan tadi ayah yg antar, sekarang pulangnya ayah jemput yaa... Kamu dimana?"

"Enggak perlu jemput yah. Ini sunoo juga udah mau pulang. Sunoo di antar pulang sama mereka."

"Pacarmu? Kamu sama mereka?" Pertanyaan itu langsung mengandung nada curiga

Sunoo memandangi pacarnya yg kini juga memandangnya sambil menyeringai kecil. Enam orang itu berwajah cerah, full baterai. Sunoo kembali memfokuskan pembicaraan dengan ayahnya. "Di apartemen Kak jake. Kita baru aja selesai belajar bareng."

Belajar bikin anaknya maksudnya. Enam orang itu menahan tawa agar tidak meledak. Dan kini sunoo menatap tajam pada mereka.

"Benaran belajar kamu sunoo?" Suara mingyu terdengar serius.

Sunoo mengigit bibirnya. "Iya yah... Kita benaran belajar." Perasaan bersalah karena sudah berbohong langsung tersirat di wajah cantik itu. Ya walaupun mereka benaran belajar, tapi kan ujung-ujungnya.

"Ya udah. Pulang sekarang, ayah tunggu." Setelah sunoo mengiyakan maka panggilan telpon itu terputus. Menyisakan sunoo yg langsung terdiam dengan tatapan sendu.

"Sayang..." Jake memanggil pelan dan tangannya menyelipkan rambut sunoo ketelinga. "Are you okey?"

Sunoo mengangkat wajahnya memandang pacarnya. "Kak, aku udah bohong sama ayah. Padahal sebelumnya aku enggak pernah bohong. Rasanya buruk banget."

"Bohong bilang kalau kita enggak apa-apain kamu, padahal sebenarnya kayak gini?" Heeseung tidak perlu menunggu sunoo menjawab iya karena hal itu tercetak jelas di wajah sunoo. "Gimana kalau kita jujur aja..."

Ini selalu jadi gejolak batin sunoo. Perasaan bersalah karena sudah berbohong sejak mereka kembali dari Milan. Tapi jujur tentang hal ini? Ntah mana yg lebih buruk. Sunoo meremat tangannya. "Kak, aku harus pulang."

Jay meraih tangan sunoo dan mengelus lembut punggung tangan itu. "Sayang, kita harus bicarain ini lebih dulu. Kamu enggak boleh mendam hal ini sendirian."

"Kak ini enggak sesederhana itu." Sunoo menatap lemah pada pacarnya. "Ayah pasti kecewa, ayah pasti marah sama kalian."

"Enggak apa-apa ayahmu marah sama kita. Dia bisa hajar kita sampai masuk rumah sakit juga gak apa-apa. Udah jadi konsekuensinya, yg penting kamu enggak perlu bohong dan merasa bersalah kayak gini lagi." Sunghoon mengelus lembut kaki sunoo.

"Kita akan bilang kalau ini salah kita. Dia enggak akan nyalahin kamu." Tambah niki lagi

Sunoo menggeleng. "Tapi kan ini juga salah aku. Aku juga mau." Muka sunoo seketika langsung merah padam. "Aku enggak mau wajah pacarku hancur. Kak, Ayahku itu kalau kalian lupa dia polisi. Komisaris jenderal. Sebelum jadi kepala kepolisian dia itu kepala tim investigasi kejahatan kekerasan. Udah biasa dia nangkap dan nonjok penjahat. Aku enggak bisa bayangin kalau dia ngamuk sama kalian. Terlebih ini soal aku."

Mereka yg mendengar itu reflek meringis. Apa lagi mengingat bagaimana besar dan sangarnya ayah sunoo. Tapi meskipun begitu mereka tidak takut sama sekali. "Enggak apa-apa, selagi dia gak bunuh kita. Dia enggak mungkin kan bunuh kita, karena kita harus tanggung jawab sama kamu."

Destiny || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang