Destiny || Kim.Sunoo

chapter 25

Cahaya matahari pagi yg menelusup masuk kedalam kamar berhasil membangunkan sunoo, mata bak rubah itu membuka perlahan dan tanpa dapat di cegah sebuah senyuman langsung tersungging di bibirnya. Sunoo tidak ingat kapan dia terbangun di pagi hari dalam keadaan sebahagia ini. Rasanya sunoo penuh dan utuh. Hormon kebahagiaan membanjirinya dan hal itu membuat dadanya terasa membuncah. Sunoo menggeliat pelan, masih bergelung nyaman dengan selimut hangat yg menutupi tubuhnya. Ketika manik kecoklatan itu menelusuri kamar, ternyata hanya ada dia sendirian.

"Sttt..." Sunoo meringis saat merasakan sakit di area bawahnya. Tubuhnya terasa pegal-pegal. Sunoo mengigit bibirnya, seketika hal-hal yg terjadi semalam memenuhi ingatannya. Wajah cantiknya langsung merona, adegan tak senonoh itu... Bagaimana suara-suara yg sunoo keluarkan saat gelombang kenikmatan... Sunoo menggelengkan kepalanya untuk segera memblokir adegan panas itu.

Aroma laut memasuki penciuman sunoo, gorden kamar bergoyang oleh angin laut. Benar, mereka masih ada di kapal. Dimana enam orang itu? Tidak mungkin kan mereka meninggalkannya? Mereka pasti di luar. Di saat sendirian seperti ini, sunoo meresapi segala hal yg terjadi. Tentang yg terjadi semalam, sunoo mengangkat tangannya... Dan di sana tersemat apik cincin berlian biru tua yg mereka hadiahkan untuknya semalam. The wittelsbach-graff diamond ring, Berlian biru tua itu nampak berpendar indah karena sinar matahari pagi. Dan harus sunoo akui, berlian biru tua itu nampak cocok dengan kulitnya yg putih. Yaa, mereka pasti membayangkannya makanya mereka menghadiahinya benda ini.

Sunoo berdecak, "Cincin ini pasti sangat mahal." Monolognya, sunoo baru tahu kalau ajakan untuk berpacaranpun butuh cincin. Ntah apa yg akan di berikan enam orang itu kalau benaran untuk melamar, karena mengajak pacaran saja effort mereka sampai seperti ini. Tangan sunoo berpindah untuk meraba lehernya, menyentuh kalungnya disana. Sunoo sedikit menunduk untuk melihat kalung itu, kalungnya sangat indah. The hope diamond necklace, dan kalung itu terasa berat di lehernya. Kalung dan cincin ini seperti sepasang, namun sebenarnya tidak. Jujur saja sunoo ngeri membayangkan harganya. Harganya pasti fantastis.

"Sayang..." Sunoo langsung menoleh saat mendengar suara yg amat familiar itu. Sunoo langsung tersenyum ketika enam orang itu sudah masuk ke dalam kamar dan langsung berjalan kearahnya.

"Morning kiss?" Wajah tampan itu kini memandangnya dengan tatapan menggoda. Dan tanpa menunggu jawaban dari sunoo, satu persatu dari mereka mencium bibir sunoo. Melumat lembut bibir ranum sunoo. Beberapa menit kemudian sunoo harus mendorong pelan dada bidang itu ketika merasakan ciuman itu mulai terasa memanas belum lagi tangan besar itu yg juga mulai meraba-raba, sebelum mereka semakin jauh sunoo segera mengakhiri ciumannya.

"Kak, jangan aneh-aneh lagi. Tubuhku masih sakit karena semalam." Sunoo kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Hanya karena ciuman, sunoo dapat melihat osidian hitam itu kembali menggelap oleh kabut gairah. Benar-benar kelebihan hormon. Otak mereka pasti isinya cuma selengkangan.

Mereka berdehem, ucapan sunoo menyadarkan mereka. Memang butuh segenap kendali diri agar tidak kembali menerjang sunoo. Dapat merasakan bibir manis itu lagi dengan cepat dapat menyulut gairah mereka untuk sunoo. Apa-apa yg ada pada sunoo meneriakan godaan, dan bayangan betapa kacaunya sunoo semalam tidak membantu sama sekali. Bagaimana anal sunoo yg mencengkeram milik mereka, bagaimana sunoo yg meneriakkan nama mereka saat di landa kenikmatan. Fuck!!!. Benar-benar kacau, sekarang sepertinya otak mereka sudah didominasi bagaimana rasanya tubuh sunoo, bagaimana nikmatnya sunoo.

"Kak..." Suara sunoo agak keras untuk menyadarkan mereka. Sunoo tahu pikiran mereka sudah kemana-mana. "Kalian-"

"Makanya jangan menggoda gini. Aku tegang cuma karena lihat wajah kamu yg kayak gini." Niki dengan cepat mencium pipi sunoo, kecantikan natural sunoo yg bangun tidur seolah meneriakkan mereka ajakan untuk melakukan morning seks.