Kini Shani melangkahkan kakinya ke dalam kamar Christy. Sebab Shani yang terus memohon pada nenek, akhirnya nenek tidak tega jika harus memaksa Shani pulang tanpa mengizinkannya untuk melihat Christy terlebih dahulu.
Nenek juga membolehkan Shani kalau ingin menginap asalkan gadis itu memberitahu kepada keluarganya. Membiarkan Shani masuk ke dalam kamar cucunya, nenek memilih untuk tidak ikut campur dan masuk ke kamarnya sendiri.
Shani duduk di tepi kasur dengan perlahan. Posisi tidur Christy miring membelakangi Shani.
"Cici udah pulang nek?" Tanya Christy tanpa membuka matanya. "Cici bilang apa aja tadi?" Sambungnya.
Tanpa berucap apapun, Shani mendekatkan wajahnya kepada Christy lalu mengecup bahu gadis kecil tersebut.
Setelahnya, ia juga mencium lembut pipi Christy dan berbisik, "Cici ga pulang ko" Katanya.
Lantas Christy membuka matanya terkejut. Ia menoleh sedikit menatap Shani yang belum menjauhkan wajahnya.
"Cici boleh bobo disini ga?"
Christy kembali ke posisi awalnya yang memunggungi Shani. "Lebih baik cici pulang aja. Bukannya tadi cici ga diizinin buat kesini. Kenapa sekarang bisa disini?"
Sebelum menjawab, Shani menaiki kakinya ke atas kasur dan berbaring disamping Christy. Ia memeluk pinggang Christy dari belakang.
"Itu ga penting. Yang terpenting buat cici sekarang adalah cici bisa ketemu kamu. Maaf ya kalo tadi dede denger perkataan yang bikin dede sakit hati atau sedih karna mamanya cici"
"Semua itu kan emang fakta ci"
"Ngga sayang, jangan dimasukin ke hati ya. Mereka itu ga kenal sama kamu jadi gatau apa-apa"
Hening.
Shani menciumi pucuk kepala Christy dengan sesekali menghirup aroma wangi rambut adiknya itu.
"Ci"
"Hm?"
"Pulang"
Shani mengencangkan lingkaran tangannya di pinggang Christy. "Ngga mau, cici mau disini aja sama dede. Percuma juga cici pulang yang ada cici ga bisa bobo"
"Nanti cici diomelin lagi gara-gara aku"
"Gapapa, cici udah biasa ko digituin. Lagian dede gausa merasa bersalah gitu sayang, semua itu bukan gara-gara kamu. Apa yang terjadi sekarang sama sekali ga ada sangkut pautnya sama dede"
"Selama ini cici selalu di kekang sama mama papa. Banyak larangan dari mereka yang harus cici patuhi. Dulu cici sering menentang larangan mereka dan akhirnya cici dapet hukuman"
"Tapi lambat laun cici mulai dewasa, cici mulai capek sama semua itu. Cici pengen hidup bebas menikmati masa-masa remaja cici. Tapi mama sama papa emang selalu menyalahkan orang lain atas perubahan cici. Padahal cici kayak gini itu kemauan cici sendiri. Dan mereka ga pernah sadar kalau apa yang mereka lakuin ke cici bikin cici muak dan itu juga memacu cici buat lebih berani untuk mendapatkan kebebasan hidup cici"
"Mereka itu ga pernah ngertiin cici. Rumah itu bukan tempat ternyaman buat cici. Rasanya hidup cici suram banget, sepi, ga bebas main, ga boleh ini, ga boleh itu, capek banget rasanya"
"Tapi sejak ketemu kamu de, cici menyadari dan merasakan sendiri kalau kamu adalah sesuatu yang cici cari dan cici harapkan selama ini. Kamu itu ibarat rumah cici untuk pulang, berkeluh kesah, bercerita, bahkan tempat manja cici"
"Selama hidup cici, cici ga pernah bisa ngelakuin itu ke keluarga cici. Mereka ga paham kepribadian cici seperti apa. Cici itu anak yang manjaaaa banget, tapi mereka ga pernah sadar itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
THOSE EYES [END]
FanfictionAllura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja sekolah internasional yang memiliki murid dari berbagai negara. Ia bisa sekolah disana karna mendapa...