1

4.2K 423 24
                                    

Tidak susah bagi Shani untuk mendapatkan teman disekolah barunya. Paras cantik, sopan santun, keramahan, serta keanggunan yang dimilikinya membuat semua murid terpana dan berbondong-bondong ingin berkenalan.

Shani yang notabene nya memang anak yang mudah berbaur itu pun menyambut hangat mereka semua. Sebelum adanya Shani di kelas tersebut, sudah ada seorang gadis yang menjadi primadona kelas itu.

Sekarang, primadona kelas 12 IPA 1 bertambah dengan adanya Shani. Yang mengejutkannya lagi adalah mereka menjadi teman sebangku.

"By the way, nama kamu siapa?" Tanya Shani sebab teman sebangkunya itu sedari tadi hanya diam saja.

Gadis itu melirik ke arah Shani lalu lanjut fokus menulis. "Vienny" Katanya.

"Ooo, salam kenal yaa.. Semoga kita bisa berteman baik" Ujar Shani yang setelah itu tidak mengajaknya berbicara lagi.

Entah kenapa Shani bisa menyimpulkan kalau teman sebangkunya itu memiliki sifat cuek dan dingin. Shani akui wajahnya memang cantik dan mampu memikat kaum adam. Sepertinya kepribadian yang temannya miliki itu menjadi daya tarik tersendiri hingga bisa dianggap sebagai primadona kelas.

Bel istirahat pertama berbunyi bertepatan dengan guru di depan kelas Shani selesai berbicara. Semua murid langsung berhamburan keluar kelas membuat suasana sekolah seketika ramai.

"Shan, mau ke kantin bareng ga?" Tanya Sisca.

"Boleh, yuk" Jawab Shani.

Sisca, Shani, Vienny, dan Anin beranjak bersama menuju kantin sekolah. Ketika sedang berjalan sambil mengobrol ringan, Shani melihat ke sampingnya dimana ada seorang gadis yang tengah di kerumuni banyak orang.

Shani memicingkan matanya seraya menghentikan langkahnya berjalan. Hal tersebut membuat ke empat temannya menghentikan langkah dan menoleh ke belakang menatap Shani.

"Shan, kenapa berhenti? Kantinnya disana" Ujar Anin.

"Iya sebentar. Disana ada apa deh? Ko ribut banget" Heran Shani.

Anin melirik ke arah pandangan Shani dan merotasikan bola matanya. "Ga penting banget sih. Udahlah Shan biarin aja, dia udah biasa ko digituin sama anak-anak sini" Ucap Anin santai.

"Udah biasa? Kalian ga pernah negur mereka? Dia adik kelas kita lho, salah dia apa sampai harus di bully seperti itu?" Ucap Shani yang terkejut mendengar pernyataan Anin barusan.

"Ngapain kita belain dia, buang-buang tenaga aja. Salah dia tuh kenapa dia sekolah disini udah tau miskin, makanya di bully" Sisca ikut bersuara.

Shani menatap Anin dan Sisca bergantian. "Apa sekolah ini memang cuma untuk ngebully anak-anak yang miskin? Mereka berhak ko sekolah disini. Lagi pun ga ada aturan khusus kan kalau sekolah ini hanya menerima kalangan atas aja. Hal seperti ini seharusnya bisa kalian tangani supaya tidak ada lagi kasus yang sama" Ujar Shani serius.

"Ck, udah ah ayo ke kantin" Anin menarik tangan Shani untuk segera pergi dari sana.

Di kantin..

Sedari awal Shani duduk, ia merasa gusar di tempatnya. Pikirannya terus tertuju kepada gadis yang di bully tadi. Ia menatap satu persatu teman-temannya yang asik mengobrol sambil makan.

"Aku mau ke toilet sebentar" Ucap Shani seraya bangkit berdiri.

Sisca mengangguk. "Okey"

Diam-diam Vienny memperhatikan punggung Shani yang semakin menjauh. Ia menggelengkan kepala seraya tersenyum simpul.

Shani tidak benar-benar ke toilet seperti yang ia bilang tadi kepada teman-temannya. Ia justru mengelilingi area sekolah mencari gadis yang ia lihat tadi saat akan menuju kantin.

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang