22

3.6K 458 38
                                    

Keesokan harinya

Masih seperti kemarin, ternyata Christy membuktikan ucapannya bahwa ia berangkat sekolah menaiki bus. Ia juga berangkat lebih awal agar nantinya tidak bertemu dengan Shani.

Sesampainya di sekolah, Christy adalah orang pertama yang datang ke gedung tersebut. Suasananya masih sepi sekali.

Christy menyusuri lorong sekolah sambil memeluk bukunya. Tiba-tiba..

Puk

Ada gumpalan kertas kecil yang mengenai kepalanya. Christy menyentuh pucuk kepalanya sambil menoleh ke belakang.

Si pelaku hanya menampilkan wajah datar nan dingin ke arah Christy.

Sedangkan Christy melempar senyum tipisnya lalu kembali berjalan lurus ke depan menuju ruang kelas.

"Tumben sendiri" Ujar orang di belakang Christy.

Tanpa menoleh, Christy menjawab ucapannya. "Udah seharusnya aku sendiri ka"

"Ohh"

Christy menoleh sedikit. "Aku duluan ya ka Vienny"

Tanpa menunggu balasan dari Vienny, anak itu sudah ngacir meninggalkan Vienny.

'Ada apa sama mereka?' Batin Vienny heran.

Tidak mau pusing, ia langsung melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas 12 IPA 1, kelas ia belajar.

Disisi lain, terdapat dua orang gadis yang tengah berdebat di sebuah kamar.

"Terserah kamu lah mu, kalau mau bareng cici yauda ayo tapi cici ke rumah Christy dulu"

"Ngapain sih kesana lagi. Kemarin aja dia udah berangkat sendiri kan, palingan hari ini juga dia udah berangkat duluan"

Shani langsung pergi menggendong tas sekolahnya dengan perasaan kesal. Tak ketinggalan, Muthe menyusul Shani dengan berlari kecil.

"CICI, ADEK SARAPAN DULU" Teriak Yona yang melihat kedua gadis itu berjalan cepat ke luar rumah.

"Astaga anak-anak itu" Sambung Yona dengan nada pelan.

"Biarin aja ma, kamu chat aja biar mereka sarapan di sekolah" Sahut Keynal yang baru saja mengangkat sendok dan garpunya.

Yona pun mengangguk.

Di dalam mobil Shani terjadi keheningan antara dia dan Muthe. Ralat, Muthe sebenarnya menggerutu pelan dengan pandangan lurus ke depan.

"Aku yakin Christy udah berangkat"

"Peduli banget sih kamu ci sama dia. Apa coba hebatnya dia? Anak cupu kayak gitu di deketin. Aku kalo jadi cici mah rugi"

"Bisa diam ga kamu!" Sentak Shani.

Muthe hanya merotasikan bola matanya lalu fokus pada layar ponselnya.

Saat sudah di depan gang rumah Christy, lagi-lagi Shani harus menerima kenyataan kalau adiknya itu benar-benar tidak ingin berangkat sekolah dengannya lagi.

Muthe tersenyum remeh. "Aku bilang juga apa, percuma kan" Cibir Muthe.

Shani menghembuskan nafas kasar dan dengan perasaan murung ia memutar balik mobilnya.

Skip

"Cici anterin aku sampe depan kelas ya" Ujar Muthe saat Shani sudah mematikan mesin mobilnya di parkiran sekolah.

"Ya" Balas Shani singkat.

Mereka berdua keluar secara bersamaan dan menutup pintu mobil tersebut kembali. Shani berjalan dengan langkah santai dan Muthe langsung menyambar tangan Shani untuk ia genggam.

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang