8

5.1K 449 47
                                    

Christy kembali pulang ke rumah dengan senyumnya yang tidak luntur. Hal itu disadari oleh sang nenek yang memperhatikan Christy dari teras rumah.

Gadis itu menghampiri neneknya dengan tersipu malu.

"Ada yang seneng banget nih punya kaka baru" Celetuk nenek sambil mencolek dagu Christy.

"Ish nenek apasih" Christy salting dan langsung melengos ke dalam rumah, tepatnya ke dalam kamar.

Nenek geleng-geleng kepala sembari terkekeh pelan melihat tingkah cucunya yang menggemaskan.

Di kamar, Christy sudah duduk anteng di kursi dengan tangannya yang lihai bergerak diatas kertas putih. Apalagi kalau bukan sedang menggambar.

Perasaannya benar-benar sangat bahagia sekali sekarang ini. Christy seperti merasa memiliki seseorang yang membuatnya masuk ke dalam dimensi kebahagiaan sebenarnya.

Shani, dia lah orang yang telah hadir dalam hidupnya dan mengubah dunia Christy yang tadinya penuh akan kegelapan, kemurungan, kesepian, kesedihan, dan ketakutan menjadi sirna begitu saja.

Shani bagaikan matahari yang menyinari kegelapan di hidup Christy dan bagaikan api yang menyalakan lilin yang selama ini padam.

Saat ini, Christy tengah menggambar wajah Shani dibukunya untuk yang kedua kali. Jika gambar pertamanya itu ia buat karna bertemu Shani di mimpi, maka kali ini ia menggambar wajah Shani karna ia sudah berjumpa dengan Shani di dunia nyata.

Meskipun ia sangat jago menggambar, tapi ia sangat hati-hati membuat sketsa wajah Shani tersebut. Pada bagian mata milik Shani, ia buat dengan perlahan karna tidak ingin bagian terindah itu menjadi rusak jika ia tidak melakukannya dengan hati.

"My cici" Gumam Christy seraya menulis dua kata itu di atas bahu Shani pada buku sketsanya.

Beralih ke Shani yang baru saja tiba di rumah tepat jam empat sore. Syukurlah dia tidak terlambat pulang ke rumahnya.

"Assalamualaikum" Shani melangkah masuk ke dalam hingga menghampiri Yona yang sedang berada di ruang tv.

Ia menyalami tangan Yona lalu duduk sejenak di sofa.

"Kamu gapapa? Ko kayak lemes gitu sih" Ujar Yona sambil memperhatikan anaknya itu.

"Aku gapapa ko ma. Agak ngerasa pusing aja" Sahut Shani.

"Mandi dulu gih, habis itu makan"

Shani mengangguk dan langsung beranjak ke kamarnya untuk bersih-bersih badan.

Ketika Yona sedang asik membaca majalah di ruang tv tersebut, ada yang membunyikan bel rumahnya.

"Biii" Panggil Yona dengan nada sedikit kencang.

Tak butuh waktu lama, bibi datang ke hadapan Yona. "Ada apa nyonya?" Tanya bibi.

"Ada tamu kayak bi di depan, tolong dibukain terus suruh masuk ya" Ujar Yona.

Bibi mengangguk patuh. "Baik nyonya" Lalu bibi melenggang ke pintu rumah untuk mempersilahkan tamu itu masuk.

"Lho non-"

"Shhuttt, jangan buka suara bi" Gadis yang ada di depan bibi menghentikan ucapan bibi dengan menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.

"Ayo masuk non"

Dengan santainya gadis itu melangkah masuk dan matanya berkeliaran mencari seseorang di dalam rumah. "Ah itu dia" Gumamnya.

Lantas ia mengarahkan langkah kakinya ke ruang tv dimana Yona sedang bersantai disana.

"MAMAAAAA" Pekik gadis itu dengan suara melengking keras.

Ia merentangkan kedua tangannya seolah ingin memeluk seseorang yang ia sebut mama. Mamanya alias Yona itu pun bangkit berdiri dengan ekspresi bingung.

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang