43

2.3K 382 17
                                    

"Bawa tas gue yang bener dong!" Bentak Muthe pada Christy yang membawa tasnya.

Hari ini mereka berdua tidak berangkat bersama Shani karna cicinya itu sudah berangkat pagi-pagi sekali.

Sejak kejadian di gudang sekolah kemarin, Christy semakin dipermainkan oleh geng DG tanpa peduli akan hadirnya Shani.

Seperti sekarang, Christy disuruh untuk membawa tas mereka. Kapan pun saat geng DG membutuhkan dia, dia harus siap.

Menderita? Tentu saja, dia benar-benar menderita. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan malah seperti penjara.

"Christy!" Teriak Adel.

Christy langsung berdiri di hadapan Adel sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak bisa melakukan apapun saat ini selain menerima perlakuan mereka.

"Sepatu guw kotor, bersihin dong" Titah Adel. "Tapi pake lidah lo yah" Kekeh gadis itu membuat Christy menatapnya.

"Apa lo liat-liat? Kerjain dong!" Bentak Anin.

"Paling mau ngebantah dia" Celetuk Muthe.

"Oh gitu, mau dapet hukuman apa lo dari gue?" Tanya Adel sambil mendorong Christy.

Christy menatap mereka satu persatu yang melihatnya bagaikan mangsa empuk diantara mereka. Christy menghela napasnya lalu segera berjongkok di depan kaki Adel.

Hal itu tentu saja membuat geng DG tersenyum puas. Christy semakin mendekatkan wajahnya ke arah sepatu Adel. Tapi tiba-tiba saat seseorang menarik tangan Christy untuk berdiri.

Kini semua orang terkejut dengan kedatangan Shani. Ya, Shani datang menemui mereka setelah urusannya dengan Melody selesai.

"Cici" Cicit Christy mendongak menatap Shani.

Seketika Shani langsung merengkuh tubuh adiknya.

"Maafin dede ya" Bisik Christy sambil terisak.

"Cici yang harusnya minta maaf karena ngga bisa jagain kamu" Ujar Shani.

Jika Christy senang dengan kedatangan Shani. Lain halnya dengan geng DG yang tampak kesal.

Mereka tentu saja tidak suka Shani menggagu kegiatannya. Bahkan Muthe saja tidak tau kalau Shani akan datang kesini padahal bel masuk sudah berbunyi. Christy melepaskan pelukannya dan berdiri di belakang Shani.

"Sialan" Geram Anin sambil mengepalkan tangannya.

"Seneng ketemu kalian lagi" Ujar Shani sambil tersenyum ke arah geng DG.

"Bacot lo!" Bentak Sisca.

"Kapan sih lo berhenti gangguin kita!" Bentak Adel yang sangat tidak sopan pada Shani yang notabene nya adalah kaka kelas dia.

Namun Shani nampak santai saja. Ia mengedikkan kedua bahunya. "Gue bakalan berhenti, tapi bukan sekarang" Jawab Shani.

Anin semakin mengepalkan tangannya dengan erat. Rahangnya mengeras dan dia sangat ingin menghajar Shani saat ini.

"Sialan, anjing lo!" Teriak Anin.

Anin yang hendak menampar Shani tiba-tiba tangannya tertahan di udara. Ya, Anin yang menahan tangan gadis itu.

Meskipun Anin berusaha melepaskan tangannya tapi hal itu sia-sia saja. Karena cengkraman Shani cukup kuat di tangannya.

"Lo kenapa sih benci sama gue?" Tanya Shani.

"Gue nggak suka sama orang yang sok pahlawan dan suka ikut campur urusan orang lain" Jawab Anin dengan penuh penekanan.

"Cuma itu aja?" Tanya Shani.

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang