55

4.4K 540 84
                                    

Beberapa bulan kemudian

Waktu terasa begitu cepat bergulir. Kini tiba saatnya Shani melaksanakan acara kelulusan sekolahnya. Apakah dia senang? Bahagia? Tentu tidak.

Shani sangat kecewa atas keputusan tim SAR yang menyatakan proses pencarian adiknya di hentikan tiga bulan lalu. Mereka beralasan kalau Christy menghilang tanpa jejak dan membuat mereka tidak bisa lagi melakukan pencarian.

Sejak saat itu, Shani bukanlah Shani yang dikenal orang-orang pertama kali. Dia menjadi pribadi yang tak tersentuh pada semua orang. Hanya ekspresi datar dan tatapan tajam yang selalu Shani pancarkan.

Tapi, dia masih baik pada siapapun. Jika dia melihat orang lain kesulitan, Shani dengan rendah hati pasti menolongnya.

Di acara kelulusan ini bagi Shani tidak menarik. Bahkan dia ingin cepat-cepat pulang daripada harus duduk berjam-jam menonton pertunjukkan, mendengar pidato, dan menunggu nama-nama siswa di panggil. Membosankan.

Jika ada adik kesayangannya, pasti semua ini menyenangkan.

"Mau kemana ci?" Tanya Yona kala Shani bangkit berdiri dari kursinya.

"Ke toilet sebentar" Jawab Shani dingin.

Yona mengangguk tersenyum tipis.

Ya, wanita itu menjadi pendamping Shani di acara kelulusannya. Keynal dan Muthe pun datang ke acara tersebut.

Langkah kaki Shani menuntunnya ke tempat dimana dia selalu menghabiskan waktu bersama Christy saat di sekolah. Taman belakang.

Disana banyak kenangan manis untuk mereka berdua. Shani diam memandang taman itu sambil mengingat apa saja yang sudah dia lalui bersama adiknya disana.

"Cici lama datengnya"

"Liat deh, gambar ade bagus ga?"

"Huuu cici jelek"

"Marah-marah mulu cici nanti cepet tua lho"

"Aaaa tolongg, ampun udahhh geliii hahaha"

"Utuk utuk utuk cici cani nya ngambek nih"

"Dede sayanggg banget sama cici"

"Jangan tinggalin ade ya ci"

Shani terlarut dalam lamunannya. Semua itu terekam jelas dalam ingatan dia. Suara-suara Christy menggema di telinga Shani bagai alunan musik yang merdu.

"Nyatanya, kamu yang ninggalin cici de" Gumam Shani dibarengi air mata yang tiba-tiba menetes dari sebelah kiri.

"Miaw miaww"

Shani menunduk melihat makhluk kecil berbulu di kakinya. Kucing itu mendongak menatap Shani sambil menepuk rok kebayanya.

Dia berjongkok mengelus kepala kucing tersebut dan tersenyum. "Halo, kamu lapar?"

"Miaw" Suaranya terdengar lirih. Shani bisa melihat kedua mata kucing itu menyiratkan kesedihan.

Lalu dia naikkan kedua kakinya di lutut Shani dan mendekatkan wajahnya. Shani terkekeh pelan dan langsung menggendongnya.

Dia duduk di kursi taman itu sambil memangku kucing tersebut. "Aku tau kamu pasti kangen sama adik ku kan, Piko"

Piko adalah nama pemberian dari Christy untuk kucing tersebut.

"Sabar ya Piko, aku juga kangen sekali dengan dia. Tapi aku gatau sekarang dia ada dimana. Aku sudah berusaha mencari selama ini"

"Aku cuma bisa berdoa kalau dia masih hidup dan ada orang baik yang menolongnya. Kamu berdoa yang sama kan denganku, Piko?"

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang