38

2.9K 466 75
                                    

Christy sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa dalam kondisi yang masih tertidur. Di samping bangsalnya ada Shani yang setia memandang wajah adiknya dengan mengusap-usap punggung tangan gadis tersebut.

Apa yang dibilang oleh eyang tadi ternyata benar. Dokter mengatakan hal yang sama pada Shani bahwa adiknya hanya dehidrasi saja dan kecapean.

"Permisi" Ucap suster yang baru saja masuk.

Shani menengok dan tersenyum ramah.

"Saya ganti dulu ya cairan infusnya" Kata suster sambil melepas cairan yang mengantung di tiang infus karna sudah habis.

"Dehidrasi adiknya cukup parah jadi dia harus menerima cairan infus lagi ya ka" Ucap suster lagi.

"Iya sus, terimakasih" Balas Shani ramah.

Dering handphone Shani berbunyi mengisi ruangan itu. Ia segera mengambil benda itu dari saku rok seragamnya.

Shani sejujurnya malas sekali menerima telfon dari mamanya itu. Tapi ia tetap mengangkatnya walaupun setengah hati.

Ternyata ia diminta untuk pulang sebentar ke rumah. Shani sudah menolaknya, namun sang mama tidak ingin dibantah olehnya. Berujung Shani pun mengalah dan mematikan telfon tersebut.

"Sus, aku titip adik ku sebentar ya. Aku ada urusan sebentar" Ujar Shani.

"Oh oke, tenang aja pasti aman ko adiknya" Balas suster tersenyum.

Shani melempar senyumnya pada suster itu juga. Lalu ia mencium hidung dan kening Christy sebelum beranjak pergi.

"Cici pulang sebentar ya, nanti balik lagi. Cepat bangun ya cantik" Bisik Shani di depan wajah adiknya.

Setelah itu, ia langsung pergi untuk pulang ke rumahnya sesuai perintah dari sang mama.

"Kaka kamu pasti sayang banget ya sama kamu de" Gumam suster itu sambil merapikan selimut Christy.

~~~

Tepat jam tujuh malam Shani mematikan mesin mobilnya di garasi rumah. Tanpa mengetuk pintu rumahnya, ia masuk berjalan menuju ruang keluarga.

Raut wajahnya jelas terlihat masam. Tak ada senyum yang terpatri di bibir tipisnya, sorotan matanya yang tajam, dan langkah kakinya yang tegas.

Di ruang keluarga itu sudah berkumpul anggota keluarganya yang pasti memang sedang menunggu kehadirannya.

"Mau bahas apa? Shani ga punya banyak waktu" Ujar Shani.

Sontak ketiga orang itu menoleh ke arah sumber suara. Shani masih berdiri di perbatasan antara ruang keluarga dan ruang tv.

"Duduk dulu ci" Titah Keynal sambil menutup laptopnya.

Dengan malas, gadis jangkung itu menuju ke sofa panjang yang berhadapan langsung dengan kedua orang tuanya. Ada Muthe yang duduk di samping Shani.

"Papa udah baca hasil tes dna kamu sama anak itu. Ja–"

"Ck, dia punya nama" Potong Shani.

"Papa tau" Sahut Keynal sebelum melanjutkan bicaranya yang tertunda tadi. "Jadi dengan hasil tes itu kamu mau apa?"

"Simple ko, aku pengen mama papa terima kehadiran dede dan dia tinggal bareng-bareng sama kita disini" Jawab Shani.

"Apa yang akan Shani lakukan jika papa dan mama ga mewujudkan keinginan kamu itu?"

"Aku bakal angkat kaki dari rumah ini dan ga akan kembali. Aku mau sama adik aku, aku ga mau dia sendirian"

Keynal terkekeh pelan sambil meraih gelas kopinya. "Kamu yakin?" Tanya Keynal lalu menyesap kopi susunya.

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang