47

2.3K 403 35
                                    

Matahari mulai tenggelam dan langit pun berganti malam. Shani dan Vienny baru saja turun dari taksi yang ditumpanginya. Kini mereka sudah menginjakkan kaki di sebuah klub yang tempo hari mereka kunjungi.

Sebelum masuk kedua gadis itu saling menatap satu sama lain sejenak. Lalu perlahan mereka menganggukkan kepalanya dan berjalan maju.

Alunan musik mulai menggaung di gendang telinga mereka, cahaya lampu juga menusuk indra penglihatannya. Padahal ini masih belum terlalu malam, tapi pengunjung klub itu sudah banyak sekali.

Shani bahkan tidak sadar kalau tangannya sudah digenggam oleh Vienny.

Vienny menarik tangan Shani dengan berjalan di depannya untuk mendorong orang-orang yang menghalangi jalan mereka. Setelah melewatinya, mereka langsung naik ke atas tangga yang pasti disana ada beberapa ruang kamar.

"Menurut lo kamar yang mana yang kita buka?" Tanya Vienny dengan berbisik.

Shani melihat pintu-pintu yang mereka lewati. "Yang ujung sana coba Vin"

Vienny mengangguk lalu menarik Shani ke ruang yang ada di ujung.

Vienny memegang gagang pintu itu dan menarik nafasnya sejenak. Dengan sekali tekan, pintu pun terbuka lebar.

"Anjir ga ada orang" Umpat Vienny.

"Ppftt" Shani menahan tawanya membuat Vienny menoleh.

"Insting lo jelek" Kata Vienny.

"Dihh"

"Coba deh yang itu" Tunjuk Vienny ke pintu yang paling tengah.

"Vin" Panggil Shani saat Vienny hendak melangkah.

"Apaan?" Tanya Vienny dengan alis terangkat.

Shani melirik tangan mereka yang bertaut. "Ini ga bisa dilepas aja?"

Vienny menunduk melihat genggaman tangan mereka. Dengan menahan rasa malunya, ia langsung melepaskan genggaman tangan tersebut.

"Sorry, makanya kalo jalan cepetan" Ucap Vienny menutupi rasa saltingnya.

"Halah, kamu aja yang nyaman kan megang tangan aku"

Vienny menyentil kening Shani pelan.

Tuk

"Ge-er lo. Ayo ah"

Shani mengusap keningnya dengan bibir cemberut. "Dasar cewek gajelas, mood swing, kutub es, tembok huuu" Gumam Shani menyoraki gadis itu.

Shani mengikuti Vienny dari belakang. "Semoga dia ada disini ya" Ucap Vienny menatap Shani sambil memegang gagang pintu itu.

Dengan satu tarikan nafas, Vienny membuka kasar pintu tersebut.

Brak

Baik Shani maupun Vienny tercengang dengan pemandangan yang mereka lihat di dalam kamar itu. Sedangkan orang yang ada di kamar itu langsung menoleh ke arah pintu dengan tatapan terkejut.

Laki-laki yang ada di atas tubuh seorang perempuan langsung di dorong ke samping dengan cukup kuat.

"Kalian!"

"A-anin" Ujar Vienny tak menyangka.

Shani yang ada di belakang Vienny menutup mulutnya sendiri dengan pandangan yang tak lepas dari Anin.

"Vin, gue bisa jelasin semuanya" Ujar Anin berkaca-kaca. Ia mencengkram kuat ujung selimutnya yang menutupi badannya hingga atas dada.

Laki-laki yang menindihnya tadi hanya diam disamping Anin.

THOSE EYES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang