Bab 33

44.6K 2.5K 512
                                    

Queen berusaha memejamkan matanya tapi tidak bisa karena selalu terbayang Ucapan Anne yang mengatakan jika Atarik adalah suaminya, setelah mengatakan itu Anne pergi meninggalkannya tanpa menjelaskan semuanya.

"Sial banget gue disini dan kenapa banyak rahasia di dunia ini? Gue pikir setelah masuk ke dunia novel ini gue hanya akan membalaskan rasa sakit gue ke Anjani meskipun Keduanya berbeda, tapi gara-gara Ala dan Atarik gue hampir melupakan tujuan gue disini. Sebenarnya untuk apa sih gue disini, sedangkan semua masalahnya tidak ada hubungannya sama gue." Gerutu Queen kesal, padahal dirinya ingin tidur dan istirahat tapi dirinya selalu memikirkannya perkataan Anne, akhirnya Queen bangun dan mengambil ponselnya.

Tertera nama SayangAla, seketika sudut bibir Queen tertarik menjadi sebuah senyuman tapi Queen menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan ingatan tentang Ala yang romantis padanya.

"Kayaknya gue beneran udah gila deh, dulu gue enggak suka nama kontak ini tapi kenapa sekarang saat melihatnya ada rasa bahagia di diri gue? Ala, jangan harap Lo bisa lepas dari gue." Gumam Queen, dirinya sedang bingung antara menelpon Ala atau tidak. Tapi bagaimanapun Ala sudah membantunya di sekolah tadi.

"Iya sayang, aku jika tidak berniat melepaskan kamu."

"Eh!" Queen terkejut mendengar suara yang dirinya sangat kenali, Queen melihat sekelilingnya tapi tidak ada siapapun lalu tatapannya melihat ponselnya yang ternyata sedang menelpon Ala. Seketika wajah Queen memarah malu karena ketahuan berucap seperti itu, anjirrr ngapain gue telpon Ala? Malu banget- pikir Queen.

"Ada perlu apa sayang kamu telpon aku?" Tanya Ala diseberang sana, rasanya Queen ingin menenggelamkan saja wajahnya ke lobang apapun itu.

"Gue..."

"Aku sayang bukan gue."

"Ah iya! Maksudnya aku engga sengaja tekan tombol panggilan Ala."

"Masa? Bukan karena kamu rindu sama kekasih kamu ini."

"Eng-engga kok!"

"Yaudah kalau begitu, aku matikan telponnya...."

"Jangan!" Seru Queen spontan, dirinya menggigit bibir bawahnya karena malu. Kenapa semenjak keduanya resmi jadian Queen jadi merasa gugup ya?

"Iya."

"Se- sebenarnya aku rindu mungkin? Aku engga tahu Ala." Terdengar tawa diseberang sana membuat Queen memegangi letak jantungnya yang berdegup kencang karena mendengar tawa Ala yang lepas karena dirinya.

"Haha, aku juga rindu sama kamu sayang. Andai aku ada dihadapan kamu, mungkin sekarang wajah kamu sangat memerah dan rasanya aku ingin mencium seluruh wajah kamu, pasti sangat menggemaskan."

"ALA, JANGAN BERUCAP SEPERTI ITU!" Seru Queen salting, untuk pertama kalinya dirinya menjalin hubungan dengan seorang pria dan ternyata tidak buruk juga, bahkan hatinya senang meskipun Ala selalu menggoda dirinya.

"Cih, menjijikan." Cibir seorang pria diseberang sana membuat Queen mengerutkan keningnya heran karena suaranya seperti dirinya kenal.

"Ala, suara siapa itu?" Tanya Queen.

"Tikus kejepit sayang, tidak mungkin bukan kamu curiga itu suara perempuan?"

"Tentu saja tidak, kecuali jika kamu suka batangan maka aku akan mempercayainya." Jawab Queen ngasal, tapi dirinya masih merasa bingung dengan suara tadi.

"Ala?"

"Iya sayang."

"Terima kasih sudah membantu aku di sekolah tadi." Ucap Queen lirih, terjadi keheningan sebentar lalu suara Ala terdengar lagi.

Transmigrasi Queen Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang