Bab 54

4.8K 581 897
                                    

"Apa yang terjadi?" Lirih Queen.

Ala membuka matanya dan menatap Queen dengan wajah lelah. "Rindu kamu." Lirih Ala membuat Queen linglung.

"Hah! Jangan bilang kamu lakuin semua ini karena aku?" Tanya Queen terkejut, karena setau dirinya Ala tidak akan terluka sedangkan penyebab utama Ala sering terluka adalah Ricard yang sudah dia tangkap.

"Ala?" Panggil Queen karena Ala tak kunjung menjawab malah memalingkan wajahnya, itu berarti tebakannya benar kalau Ala melukai dirinya sendiri.

"Jangan gila Ala, stop melakukan hal bodoh lagi!" Seru Queen kesal sedangkan Ala menunduk pasrah, seperti anak kecil yang di marahi ibunya.

"Jangan pedulikan aku, bukannya kamu datang kesini ingin bertemu pembunuh itu bukan karena aku." Ucap Ala merajuk, bukannya mendengarkan Queen melihat sekelilingnya.

"Dimana p3k?" Tanya Queen, Ala mengerucutkan bibirnya kesal diabaikan tapi tangannya menunjuk dimana letak barang yang kekasihnya cari.

dirinya sudah mengambilnya lalu duduk di samping Ala dan menyuruhnya menghadap dirinya. Dengan taletan dirinya mengobati luka sang kekasih meskipun jantungnya berdisko karena tatapan tajam Ala terus melihat wajahnya lebih tepatnya kearah bibirnya.

"Kenapa tadi menyuruhku pergi dan engga boleh nyentuh kamu?" Tanya Queen.

"Takut kamu kotor karena darah aku."

"Jangan melakukan hal gila lagi." Ucap Queen berusaha tenang.

"Ini bukan gila sayang, tapi kesenangan." Jawab Ala santai, berbeda dengan Queen yang menatapnya datar.

"Aku rindu, pengen cium bibir... akhh sakit sayang." Ujar Ala diakhiri ringisan karena Queen menekan luka yang berada di pipinya.

"Makanya diam, baru tahukan sakit makanya jangan sok kuat." Ala tertawa mendengarnya, para pelayan yang melihat majikannya tertawa bernafas lega karena sudah beberapa hari ini wajah majikannya terlihat murung bahkan kadang pulang ke mansion selalu ada luka baru membuat mereka takut meskipun sudah terbiasa.

"Bukan sok kuat sayang, dari dulu aku sudah biasa melakukan ini karena tidak ingin memohon belas kasihan kepada tua bangka itu makanya aku berlatih seperti ini agar terbiasa dengan rasa sakit." Ucap Ala tenang, Queen menatap kekasihnya kasihan pasti sangat berat sekali menjadi seorang Alaric.

"Dengan cara melukai dirimu sendiri?" Ala menangguk sambil tersenyum, Queen menghela nafasnya dirinya sudah selesai mengobati luka kekasihnya.

"Sini tangan kamu." titah Queen, Ala menurutinya dan snyumnya semakin lebar saat Queen meniup luka di tangan nya.

"Mau ditiup juga yang di wajah." Ujar Ala manja.

"Kamu bilang hal itu lagi, aku patahkan tangan kamu." Ancam Queen, bukannya takut Ala malah tersenym lagi seperti orang bodoh.

"Silahkan, sepertinya akan lebih seru." Dirinya mendengus mendengar ucapan Ala yang menurutnya gila.

"Kamu memang gila Ala."

"Aku tahu, jadi.... Apakah kamu sudah memaafkan orang gila ini?" Tanya Ala dengan tatapan memohon, Queen menghela nafasnya mengingat kembali masalah keduanya.

"Kamu akan tahu jawabanya, sekarang tunjukkin dimana ruang bawah tanah milik kamu?" Bukanya menjawab, Ala berdiri dengan tangan menggenggam tangan sang kekasih. Keduanya berjalan menuju ruangan yang di maksud Ala, dirinya melihat sekelilingnya yang serba berwarna hitam.

"Kenapa semua yang disini berwarna hitam?" Tanya Queen padahal kan bisa abu-abu atau lainya gitu, agar tidak terlihat seram.

"Sama seperti kehidupan aku. Kenapa, kamu engga suka?"

Transmigrasi Queen Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang