Bab 15

7.9K 582 502
                                    

Queen belum mengerti kenapa Atarik merangkulnya, setelah menyapanya Atarik pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang kebingungan.

"Queen, semalem Lo kemana aja? Benar ya Lo sama pacar Lo nginep di hotel." Tanya Jenni dengan wajah serius menginginkan penjelasan, Queen menghela nafasnya pasrah sudah sekian kalinya Jenni bertanya seperti ini dan jika tidak dijawab maka akan terus bertanya.

"Salah ketik, maksud gue itu hotel dekat pantai bukan punya pacar." Jawab Queen, bagaimana mungkin dirinya mengakui pacar sedangkan dirinya saja tidak mengingat Ala.

"Bohong! Udah jelas-jelas Lo nulisnya punya pacar, meskipun gue minus tapi gue masih bisa baca." Jawab Jenni.

"Terserah kalau Lo engga percaya, saran gue sih mending lo periksa mata kayaknya minus nya semakin bertambah bahkan baca pesan dari gue aja salah." Queen berucap santai, Jenni yang kesal melihat ponselnya kembali.

"Oke, gue buktiin kalau yang harus periksa mata itu Lo Queen." Jenni melihat pesannya dan wajahnya melongo, tak lama Jenni cengengesan menatap sahabatnya yang sedang menatapnya santai.

"Hehe kok iya ya Queen, gue kira Lo punya pacar." Ucap Jenni terkekeh.

"Pulang sekolah nanti Lo periksa mata ya." Ledek Queen kembali sibuk dengan bukunya, berbeda dengan Jenni yang terus menerus membalikan ponselnya siapa tahu dirinya salah baca lagi. Jenni menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa heran dengan tulisannya yang berubah padahal semalem dirinya Melihatnya bukan hanya sekali tapi berkali-kali.

"Setahu gue semalam bukan gini tulisannya, apa bener gue salah baca ya?" Gumam Jenni masih bingung.

"Bodo lah, bingung gue." Jenni kembali melanjutkan menulisnya, diam-diam Queen tersenyum miring dirinya yang melakukan itu.

Setelah KBM selesai, Jenni dan Queen pergi menuju kantin sepanjang jalan banyak yang memperhatikan keduanya dan ada yang terang-terangan membicarakan Queen juga, tapi keduanya mengabaikannya.

Saat sedang asik makan, keduanya di kejutkan dengan kedatangan Zayn dkk dan Anjani yang selalu menempel padanya.

"Kita boleh gabung engga?" Tanya Lingga dengan suara lembutnya, Jenni menatap mereka sinis.

"Apaan! Engga ada, cari kursi yang lain aja disini penuh." Sahut Jenni.

"Pelit banget! Penuh darimana nya, lihat kursi kalian masih kosong." Ujar Fatar menatap Jenni tidak suka.

"Suka-suka gue lah, kenapa Lo yang ribet sih! Mau kursi ini penuh atau engga gue enggak peduli, intinya gue engga mau kalian duduk disini."

"Jenni, boleh ya kita duduk disini? Soalnya tempat yang lain udah penuh." Ucap Anjani lembut, bahkan Jika ada yang mendengarkannya pasti akan luluh.

"Gue bilang engga ya enggak!" Seru Jenni membuat wajah Anjani sedih, sontak saja mereka menjadi pusat perhatian bahkan ada yang terang-terangan mengutarakan tidak menyukai sikap Jenni dan Queen.

"Ribet." Ucap Atarik yang sedari tadi hanya menjadi penonton dan mulai terasa pegal berdiri akhirnya duduk disamping Queen, diikuti yang lainnya tanpa meminta persetujuan kepada mereka.

"Gue engga nyuruh Lo duduk disini, pindah." Ucap Queen menatap Atarik datar.

"Bagaimana kalau gue engga mau?" Tanya Atarik membalas tatapan Queen sambil tersenyum miring.

"Terserah." Setelah mengatakan itu Queen melanjutkan makan tanpa menghiraukan obrolan yang menurutnya tidak penting, sedangkan Zayn yang melihat keduanya merasa cemburu tapi tiba-tiba ada tangan yang memegangnya.

"Zayn, kamu mau aku suapin engga?" Tanya Anjani dengan suara lembutnya, Jenni yang mendengarnya merasa ingin muntah.

Zayn menatap Queen yang sedang makan dengan lahap, ide berlian muncul di otaknya. "Boleh sayang, pasti enak banget kalau makan pakai tangan kamu."

Transmigrasi Queen Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang