Pov Ala.
Dirinya duduk di sofa rumah sakit dengan tatapan menatap tajam pria tua yang sedang terbaring tidak berdaya tapi tatapan tua Bangka itu menatap dirinya tak kalah tajam.
Ala tersenyum miring. "Bagaimana, apa anda sudah puas bermain. Kakek?"
"Kamu cucu tidak tau diri, Ala. Saya pastikan kamu akan menyesal melakukan ini kepada saya." Ucap Ricard membuat Ala terkekeh.
"Benarkah? lalu bagaimana dengan anda yang tega membunuh daddy di hadapan saya, apa anda pikir saya begitu baik hati membiarkan pembunuh itu hidup? tentu saja tidak, saya bahkan akan membunuh mereka yang menyakiti daddy." Ucap Ala dingin, ingatannya kembali mengingat saat Daddynya meminta tolong di lepaskan tapi Ricard seakan tuli dan tidak melepaskannya membuat daddy menyerah dan pasrah mereka mau melakukan apa pada dia.
Tangan Ala mengepal, nafasnya memburu mengingat kenangan menyakitkan itu yang sampai kapanpun tidak akan pernah dirinya lupakan seumur hidup ini.
"Hahahaha kamu benar, saya sangat puas saat dulu menyiksa Belder bahkan dia berkali-kali menyebut namamu agar pergi meninggalkannya tapi ternyata malah dia yang pergi dulAKHHHH DASAR GILA!" ucap Ricard di akhiri teriakan menyakitkan saat pisau menancap di tangan kanannya.
"Jika mulut anda menyebut nama Daddy lagi, maka saya tidak akan segan merobek mulut anda sekarang." Ya, dirinya melemparkan pisau buah yang ada di meja kepada Ricard.
"AAKKHHH TANGAN SAYA!" Seru Ricard heboh, berusaha memberontak tapi tidak bisa karena seluruh tubuhnya lumpuh.
Darah di tangan Ricard mengalir tapi tidak ada satupun yang menolongnya bahkan Ala menjentikan jarinya menyuruh bawahannya menyalahkan televisi dan kalian ingin tahu apa siaran hari ini?
"Kakek, lihatlah baik-baik saat cucu anda memberikan hadiah spesial kepada anda." Ala tersenyum misterius sedangkan Ricard merasakan perasaan yang tidak enak, saat melihat siaran itu Ricard terdiam tidak berkutik dengan mata melotot marah dan gigi gemertak.
"Ala, apa yang kamu lakukan kepada bisnis saya?!" Seru Ricard terkejut sekaligus merasa takut saat melihat bangunan mafia dan perusahaan nya mulai hancur meledak.
"Menghancurkan." Jawab Ala santai, dirinya menatap televisi itu dengan senyum puas, itu berarti Atarik dan Anne berhasil menghancurkan markas mafia dan perusahaan milik Ricard yang tersembunyi darinya selama bertahun-tahun.
"ARGGGGGG PERUSAHAAN SAYA!"
"JANGAN! JANGAN HANCURKAN BISNIS SAYA."
"ALA HENTIKAN MEREKA, JIKA TIDAK SAYA AKAN MEMBUAT KAMU MENYESAL SEUMUR HIDUP!"
Bukannya takut dirinya malah tertawa puas melihat Ricard yang hanya bisa menjerit saja tapi tidak melakukan apapun, ia sengaja menyiarkan kehancuran itu agar semua orang yang ada di dunia ini tahu kalau Ricard Charleston sudah hancur dan tidak mempunyai apa-apa lagi.
Ala juga yakin orang-orang yang dulu pernah Ricard siksa akan merasa senang melihat tua Bangka itu sudah tidak berdaya lagi dan dengan begitu dirinya, keluarganya, dan Queen akan bahagia bersama.
DUARRRR
DUARRRRR
Itulah bunyi suara ledakan bisnis Ricard yang sangat menyenangkan di dengar, Ricard yang melihat semuanya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan gigi gemertak menahan emosi.
"Kakek, anda sudah tua dan sudah seharusnya beristirahat." Ucap Ala lagi, tak lama bunyi ponselnya berbunyi dan dirinya mengangkat telponnya.
Ala menatap tajam ke depan dengan aura membunuh, tanpa basa basi Ala melempar ponsel miliknya yang harganya miliaran ke sembarang arah lalu menerjang Ricard dan mencekiknya kuat membuat Ricard tidak bisa bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Queen Antagonis
Teen FictionRatu Azzura, anak ketua mafia pecinta kedamaian yang hobinya menolong orang-orang dengan cara membully nya balik. Protagonis atau Antagonis? Entahlah tapi orang-orang bilang dirinya antagonis, Ratu harus meninggal karena dirinya menolong seorang ana...