"Lo mukul dia lagi, gue tembak kaki lo." Ucap seseorang yang baru datang.
Queen melihat orangnya, dirinya penasaran siapa yang berani mengganggu kesenangannya dan ternyata ada Anne disana sedang menodongkan pistol ke arahnya. Bukannya merasa takut Queen malah tersenyum sinis kepada Anne, ia bahkan ikut mengeluarkan pistol di saku jaketnya dan menodongkannya ke kepala Atarik.
"Silahkan tembak gue, maka suami lo akan mati." Ucap Queen santai, sedangkan Ala hanya diam saja menyaksikan mereka. Bukan karena tidak peduli, tapi Ala sudah memperkiraan semuanya akan terjadi.
Anne dan mereka terkejut melihat Queen mengeluarkan pistol, apalagi cara Queen memegang pistol sangatlah profesional seperti sudah terbiasa.
"Master, kenapa lo biarin Queen menghabisi suami gue?" Tanya Anne bingung, tapi tidak ada kemarahan sedikitpun.
"Dia pantas menerimanya." Itulah jawaban Ala sambil menatap kekasihnya yang memegang pistol dengan tatapan memuja, gadisnya sangat keren jika seperti ini.
"Istri, bantu suamimu ini." Ujar Atarik manja padahal sekujur tubuhnya terluka ulah keganasan Queen, Anne yang mendengar nada manja suaminya menjadi jijik bahkan pistolnya ia simpan kembali.
"Queen, bunuh saja dia. Gue juga udah dari lama muak sama sifatnya yang sok tahu itu, kalo lo berhasil bunuh dia gue kasih master sepenunya sama lo deh." Ucap Anne santai bahkan ikutan duduk di samping Ala dan mulai menonton pertunjukannya.
Atarik melongo melihat istrinya yang malah pasrah menyerahkan dirinya kepada gadis ganas didepannya, setelah mengingat perbuatannya kepada sang istri barulah Ata sadar kalau selama ini dirinya terlalu jahat. Queen pun sama terkejutnya tapi dirinya bisa mengontrol kembali ekspresinya, bahkan ia tak segan bersiap menembaknya.
Anne yang melihat suaminya menunduk merasa sedikit iba, bagaimana jika peluru itu membuat suami gue meninggal, masa gue harus jadi janda muda sih- pikir Anne kesal.
"Queen, lo pikir-pikir lagi deh kalau mau nembak kak Ata. Dia tuh orangnya engga berguna, jadi sayang aja peluru lo nanti habis." Ucap Anne kejam, bukannya marah Ata mendongak menatap istrinya yang membela nya bahkan Ata tidak mempermasalahkan perkataan istrinya yang menusuk jantungnya.
"Justru karena engga berguna untuk apa hidup?" Ujar Queen membuat Anne skak tidak bisa berkata-kata.
"Eummm..." Sial, baru kali ini gue gagap kayak gini, awas lo kak Ata gue hukum dikamar nanti- pikir Anne kesal.
"Beri gue alasan, agar melepaskan suami lo." Ucap Queen yang sudah mulai tenang, diam-diam Ala tersenyum tulus. Ia sudah sangat hafal dengan sifat kekasihnya dan sifat itu juga yang membuat Ala tertarik kepada sang kekasih.
"Dia sudah menerima hukuman." ucap Anne lirih, Queen mengerutkan keningnya bingung.
"Hukuman? lalu kenapa dia masih hidup?" Tanya Queen lalu memukul tengkuk gadis itu agar tidak mendengar semuanya, ia menatap Ata dingin yang terbatuk mengeluarkan darah.
"Dia pernah koma selama sebulan." Anne mendekati Queen lebih tepatnya kearah suaminya, bahkan Anne berjongkok dan mulai membersihkan darah disudut bibir suaminya dengan raut wajah tenang.
"Terus, apa masalahnya sama gue?"
"Dia koma karena kakaknya sendiri yang membela kekasihnya." Ucap Anne. barulah Queen terdiam dengan pandangan menatap Ala yang sedang memakan buah apel, entah dari mana buah itu Queen lebih penasaran kenapa Ala tidak berucap apapun padanya dan membiarkan dirinya menghajar adiknya.
"Bukan membela, dia hanya menyadarkan adiknya agar tidak melakukan hal yang membahayakannya. Bukan begitu, Ala?" Mereka terdiam Ata juga baru menydari kalau kakaknya melakukan itu pasti demi kebaikannya, seketika matanya berkaca-kaca. Ala yang akan menggigit buah apel terdiam lalu melanjutkan makannya, dia hanya memberikan respon senyum saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Queen Antagonis
Teen FictionRatu Azzura, anak ketua mafia pecinta kedamaian yang hobinya menolong orang-orang dengan cara membully nya balik. Protagonis atau Antagonis? Entahlah tapi orang-orang bilang dirinya antagonis, Ratu harus meninggal karena dirinya menolong seorang ana...