...10 VOTE UNTUK LANJUT KE CHAPTER BERIKUTNYA
...
Hari ini adalah shift malam Chi Cheng, dia pulang ke rumah sekitar pukul sepuluh, langit malam berawan tanpa bintang membuat jalan gelap gulita.
Chi Cheng berjalan keluar dari mobilnya, ia melihat sebuah siluet dengan penasaran, tidak ada yang akan berjalan-jalan ditengah angin malam kota Beijing pada bulan Maret, mereka semua menghabiskan waktu bersama keluarga mereka.
Duk Duk Duk
Suara dari bola yang memantul sampai ke telinganya. Chi Cheng nampak curiga. Di lapangan basket di sisi timur bangunan, seorang laki-laki masih bermain meggiring bola basket.
Bayangan itu terus berlari di bawah lampu jalan. Lututnya ditekuk, otot betis membentang menjadi garis lurus, pantat yang diangkat dengan tegas, Chi Cheng pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa pria dengan pantat yang besar memiliki libido yang sangat kuat.
Kakinya bergerak bergantian ke depan, mengambil lompatan, dan bola masuk ke ring. Wu Suowei mungkin tidak baik dalam banyak aspek, tapi dia bisa bermain basket dengan baik.
Di masa lalu, ketika Yue Yue melihat bagaimana kemampuannya di lapangan basket, wanita itu akan langsung berlari memeluknya. Bola basket memantul beberapa kali di tanah, dan menggelinding ke arah Chi Cheng.
Wu Suowei tiba-tiba berteriak "Lempar bolanya!"
Chi Cheng berjalan dan mengambil bola itu, Wu Suowei mengulurkan tangannya, namun Chi Cheng hanya berjalan mendekat kearah Wu Suowei, dan tiba-tiba memasukkan bola kedalam ring dengan slam dunk (teknik memasukkan bola dengan tangan yang menyentuh ring) yang sempurna.
Wu Suowei mengertakkan giginya-cemburu. Karena keterbatasan tinggi badannya, dia tidak bisa melakukan slam dunk, tidak peduli seberapa baik kemampuan melompatnya.
Wu Suowei menatap Chi Cheng menantang, mata hitam mengkilatnya menatap pria itu tajam, dan adrenalinnya melonjak. Chi Cheng melemparkan bola ke arah Wu Suowei, Wu Suowei berbalik mengambil bola dan mulai menggiringnya.
Chi Cheng menggunakan lengan panjangnya untuk memblokir Wu Suowei yang terus berusaha membebaskan diri.
Wu Suowei bergerak kesamping dan berputar melewati Chi Cheng. Dengan sigap dilemparnya bola itu kearah ring. Chi Cheng dengan cepat memahami situasi dan mengambil lompatan tinggi dan memblokir bola. Bola memantul ditangannya dan tidak memasuki ring.
Keduanya terpesona oleh keterampilan masing-masing. Sebuah peluang menembak yang besar, Chi Cheng memberikan terlalu banyak kekuatan di tangannya, sehingga bola membentur backboard, memantul keluar dari lapangan.
Sementara Chi Cheng berjalan mengambil bola, Wu Suowei membungkuk untuk mengikat tali sepatunya yang terlepas. Ketika Chi Cheng kembali, dia kebetulan melihat pantat Wu Suowei yang mencuat.
Di lemparnya bola yang ada ditangannya dengan akurat sehingga mengenai bokong Wu Suowei. Tubuh Wu Suowei terlempar ke depan, hampir saja dia jatuh ke tanah. Untungnya ia berhasil menstabilkan tubuhnya dan tidak jatuh ke bawah dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
Wu Suowei segera bangun dan menghampiri Chi Cheng dengan tatapan penuh kebencian.
Pada malam hari, mata Wu Suowei akan terlihat seperti cermin, memancarkan suasana hatinya dan bersinar terang.
Bola itu kembali ke tangan Chi Cheng. Kilatan jahat bisa terlihat dimatanya seperti tatapan mata harimau. Dia mengambil beberapa langkah dan berjalan ke belakang Wu Suowei, dengan bola ditangannya.
Dilemparkannya bola itu lagi ke bokong Wu Suowei, lebih kencang dan kuat daripada sebelumnya.
Wu Suowei berhasil mengekang kemarahannya, ia tidak mengutuk, ia berjalan dan meraih bola yang ada didekatnya.
Kau memukul pantatku? Aku akan menghancurkan burung sialanmu!
Dia mengangkat bola basket itu, dia masih tidak berhasil menembak dengan tepat ketika tiba-tiba lonjakan rasa sakit datang dari belakang nya.
Tidak tahu kapan Chi Cheng tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Tangan besar itu seperti cakar harimau tepat berada di pantat Wu Suowei, meraba-raba dua daging berbentuk bola itu, kemudian tangannya naik dan mencengkeram leher Wu Suowei yang memerah karena marah.
"Bicaralah, apa yang terjadi beberapa hari yang lalu?"
Wu Suowei masih keras kepala dan hanya diam seray mencoba melepaskan diri dari cengkraman Chi Cheng tanpa mau menjawab.
Dia memamerkan giginya dan berkata, "Apa? Apa yang terjadi?"
"Mau membodohiku?" lima jari Chi Cheng mencengkramnya lebih keras, hampir merobek daging Wu Suowei.
Wu Suowei memindahkan tangannya ke belakang untuk memukul pria itu dengan bola basket, ia ingin menyerang wajah Chi Cheng. Dia sedang menunggu kesempatan untuk menggigit pergelangan tangan Chi Cheng.
"Lepaskan! Lepaskan!" hidung Chi Cheng dipenuhi dengan aroma Wu Suowei. Tercium seperti akar rumput alami, sangat konsisten dengan keunikannya.
Wu Suowei mengambil keuntungan ketika Chi Cheng nampak terdiam, ia menyikut pria itu tanpa ampun, brutal dan membuyarkan lamunan Chi Cheng.
Wu Suowei berjalan kearah bangku panjang yang tidak jauh dari lapangan, mengambil sebotol air mineral dari tasnya, dan meneguknya rakus.
Ketika ia selesai minum, ia melihat bahwa Chi Cheng masih berdiri disana, dia mengeluarkan sekaleng minuman dari tas dan memasukkannya ke telapak tangan Chi Cheng.
Wu Suowei mondar-mandir di sekitar pria itu, ia tidak duduk, dan ia menatap Chi Cheng ragu-ragu.
Wu Suowei terdiam sejenak, dan kemudian dengan canggung mengatakan satu kata sederhana, "Terima kasih."
Chi Cheng memutar kaleng menggunakan tangannya seraya menatap langsung ke mata Wu Suowei, "Kau memberiku minum dan bahkan mengatakan terima kasih?"
"Terima kasih karena membebaskanku waktu itu, itu seperti suplemen. Bos sedang menungguku saat itu dan aku datang tepat waktu, tidak ada yang salah karenamu."
Chi Cheng menyipitkan matanya kearah Wu Suowei, "Kau menunggu begitu banyak hari hanya untuk mengucapkan terima kasih padaku?"
"Terus terang aku ingin mengatakannya, tapi aku ingat bagaimana kau selalu mengejar (menangkap) ku, jadi aku merasa kalau kau tidak layak mendapatkannya..."
Chi Cheng tiba-tiba meraih pergelangan tangan Wu Suowei yang berada dikantong celananya. Dan harusnya Wu Suowei tahu jika Chi Cheng adalah polisi yang handal.
Wu Suowei mengambil keuntungan ketika mereka berbicara tadi dan diam-diam menaruh tangannya ke saku Chi Cheng, tetapi ia tertangkap.
Tapi, kali ini dia tidak mencuri, ia memasukkan sesuatu ke dalam saku itu. Chi Cheng menarik tangan Wu Suowei, ia mencengkeram dua kantong Dougan (tahu kering) di tangannya.
"Bagaimana kau tahu bahwa aku suka makan Dougan?" Chi Cheng mengangkat alisnya dan menyeringai, kemudian menatap dalam kedua mata Wu Suowei, "Gigit dan bukakan untukku."
Wu Suowei tidak mengindahkan permintaan Chi Cheng, ia kemudian bangkit dan berjalan menuju tempat parkir.
Chi Cheng berjalan di belakang Wu Suowei, ingin membuka mobil. Tapi dia melihat jika tas Wu Suowei terlihat sangat penuh dan sesak dengan burung pipit. Wu Suowei mungkin menangkapnya setelah pulang bekerja.
"Dia tidak akan makan pemberian dari orang asing." kata Chi Cheng ringan.
Wu Suowei mengambil burung pipit itu dan meletakkannya di dekat mulut Xiao Chu Bao.
Dalam sekejap burung itu masuk kedalam perut Xiao Chu Bao.
Chi Cheng menatap kembali Wu Suowei untuk waktu yang sangat lama.
To Be Continue
...
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105
RomanceJudul: Counterattack Bahasa version Cast: Feng Jianyu as Wu Suo Wei (uke) Wang Qing as Chi Cheng (seme) Chen Qiushi as Jiang Xiaoshuai (uke) Cai Zhao as Guo Chengyu (seme) Zang Jiexi as Yue Yue Summary : Wu Suowei yang tidak ingin diputuskan pacarn...