Chapter 55: Serangkaian Ketakutan

5.8K 635 29
                                    

...



Chi Cheng mematikan puntung rokok miliknya. Membelai leher Wu Suowei, mendorong tubuhnya semakin dekat. Tangannya kemudian berpindah pada bahu Wu Suowei, semakin turun dan kemudian menyentuh bagian bawah pajamanya. Mata Chi Cheng tidak berhenti menatap Wu Suowei.


"Perlihatkan punyamu."


Bulu kuduk Wu Suowei berdiri tegang mendengar perkataan singkat Chi Cheng. Kemudian mendorong tubuh Chi Cheng menjauh.


Apa ini? Ini tidak boleh terjadi!


Tubuh Chi Cheng tidak bergeser sedikitpun akibat dorongan Wu Suowei. Dia menggertakkan giginya lalu bertanya, "Tidak boleh?"


Pembuluh darah disekitar leher Wu Suowei mengalir deras, dia memaksa dirinya untuk berbicara, "Punyaku terlalu kecil. Aku sangat malu jika milikku dibandingkan denganmu."


"Kalau ku ingat, punyamu cukup besar ketika ereksi." ejek Chi Cheng seraya  memindahkan tangannya semakin kebawah.


"Kau pasti salah mengingatnya!" keringat dingin keluar dari dahi Wu Suowei, "... dia belum tumbuh dengan baik." sekali lagi, Chi Cheng menggertakkan giginya dan tangannya turun semakin rendah.


"Sering mengocoknya, itu akan membuatnya tumbuh dua kali lebih besar." lagi, tangannya turun lebih bawah.


Wu Suowei membuka mulutnya, menghirup udara sebanyak yang ia bisa, wajahnya berubah merah. Chi Cheng belum menyentuhnya, tapi dia merasa sudah dicumbu oleh Chi Cheng. 


Setelah Wu Suowei mencoba melepaskan diri beberapa kali, Chi Cheng menahan pergerakan Wu Suowei semakin kuat.


Wu Suowei merasa ingin mati. Kali ini dia akan menggunakan trik terakhir miliknya. Kepala sekeras batu Wu Suowei memukul collarbones Chi Cheng dengat begitu kuat. Skill yang tidak akan bisa diambil dari Wu Suowei. Tulang selangka Chi Cheng terasa begitu sakit, dan mata Wu Suowei memerah.


Dia mencoba untuk lari dan turun dari ranjang. Nafasnya terengah-engah dan manik-manik keringat mengalir turun dari dahinya.


Hati Chi Cheng terasa begitu aneh ketika pria itu menolaknya. Ini pertama kalinya dia menemui situasi seperti ini dan dia menyukai reaksi pria itu. Ketika ia kembali mengingat reaksi Wu Suowei ketika pertama kali mereka berpegangan tangan, dia pikir reaksi itu masuk akal.


Chi Cheng meletakkan tangannya di kedua pipi Wu Suowei, tapi Wu Suowei memalingkan wajahnya. Chi Cheng kemudian membawa wajah itu mengarah padanya. Dengan lembut diusapnya keringat yang mengalir di dahi Wu Suowei.


"Kenapa kau sangat takut? Aku tidak akan memakanmu."


Aku tidak takut! Aku hanya tidak tahu jika ini akan berakhir seperti ini! Wu Suowei sangat ingin menangis. Mem-bully orang seperti ini, semua pria memiliki hal yang sama, apa yang harus dilihat?!

[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang