Chapter 81: Akankah kau benar-benar membiarkanku pergi?

6.2K 730 54
                                    

.

.

Dalam perjalanan pulang, Chi Cheng menggosok bagian atas kepala Wu Suowei sehingga rambut yang sudah berantakan mulai terlihat seperti sarang burung. Wu Suowei menoleh memarahi Chi Cheng, dan menggenggam tangan itu.

.

"Kau harus potong rambut." kata Chi Cheng

.

Wu Suowei mengangguk, "Aku sangat sibuk untuk sementara waktu, tapi setelah pekerjaanku selesai. Aku akan pergi untuk memotongnya."

.

"Gaya apa yang kau inginkan?" Chi Cheng bertanya santai.

.

Wu Suowei telah memikirkan banyak ide dan dia sangat ingin potongan rambut pendek dengan warna merah marun, dan bagian depan yang panjang. Tapi gaya itu mungkin cool tapi kenyataan sangat kejam. Chi Chengku [dalam Cina digunakan untuk memanggil orang yang sudah di anggap keluarga dan biasanya hanya untuk bermain-main] sudah memberitahu jika dia ingin pendek, maka dia pasti akan memangkas rambutku sampai habis.

.

"Aku tidak peduli dengan potongan apa rambutmu saat kau kembali ke rumah, aku akan mencukurnya sangat halus, sehingga kau dapat tampil lebih baik."

.

Angin malam ini sangat dingin dan musim gugur perlahan mendekati... pikir Wu Suowei, akhirnya musim panas terik akan mereda.

.

Setahun telah berlalu dalam sekejap.

.

Setahun lalu Wu Suowei memiliki keyakinkan pada Yue Yue, dan setahun kemudian dia terlibat hubungan ambigu dengan pacar wanita itu.

.

Dunia ini benar-benar gila!

.

Ketika dia sedang memikirkan perempuan itu, telepon Chi Cheng berbunyi.

.

Siapa itu, yang berani menelepon begitu larut? Itu pasti, si kesepian nymphh Yue Yue!!!

.

Karena sangat kesepian, dia memohon pada Chi Cheng untuk datang dan menemaninya.

.

Wu Suowei tidak tahu apakah itu karena dia sudah terbiasa, atau karena dia masih memiliki keinginan untuk menghancurkan telepon itu ketika dia mendengar Yue Yue merengek di sisi telepon meskipun taktiknya telah berubah. Untungnya, Chi Cheng dengan cepat menutup telepon, saat Wu Suowei hampir tidak bisa mengekang dorongan jiwanya lagi.

.

Kali ini, Wu Suowei yang berbicara pertama dan tidak menunggu Chi Cheng mengatakan apapun.

.

"Kembalilah dengan cepat."

.

Itu diucapkan agak tidak tulus, dan dengan keengganan sedikit tapi dia jauh dari munafik.

.

Mata Chi Cheng menggelap. Dia memegang bagian belakang kepala Wu Suowei, menarik Wu Suowei ke arahnya dan alis yang kuat muncul diatas dahi Wu Suowei. Nafas Wu Suowei didominasi oleh bau tembakau.

.

"Apa kau akan benar-benar membiarkanku pergi?"

.

Wu Suowei merasa seperti dia bukan dirinya sendiri, tapi seorang aktor dalam sebuah drama. Karena dia terlalu jauh di dalam drama, dia tak perlu lagi berpura-pura mengatur ekspresinya, dan kata-katanya keluar dengan mudah.

.

"Jangan lupa jika ularmu masih terikat oleh ayahmu."

.

Tatapan mereka bertemu, keinginan tersembunyi melonjak dan mereka kewalahan dengan perasaan masing-masing. Perasaan yang tak bisa terlukiskan.

.

Tangan Chi Cheng menggenggam tangan Wu Suowei. Kulit bersentuhan satu sama lain, Wu Suowei bisa dengan mudah menghapus genggaman itu tapi tampaknya seperti dia tidak akan pernah bisa melepaskan genggaman Chi Cheng. Wu Suowei sebenarnya ingin agar hatinya bersenang-senang, dengan cara disengaja, seperti sebelumnya, dia ingin merubah taktiknya. Dan ingin membuat wanita itu bersembunyi di bawah selimut sambil menangis tersedu-sedu.

.

Tapi, pada akhirnya, dia masih bisa menahan diri.

.

Alih-alih membuat wanita itu menangis sekarang, dia mungkin bisa membuat wanita itu menangis untuk seumur hidupnya.

.

Wu Suowei menarik tangannya dari genggaman Chi Cheng dan berkata, "Tanganmu."

.

Memaksakan senyum, dia memberi Chi Cheng tepukan dibahu, "Cepatlah pergi. Aku tidak bisa mandi dan berganti pakaian jika kau tidak pergi. Aku memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan besok. Aku harus tidur lebih awal."

.

Chi Cheng tiba-tiba menarik pingang Wu Suowei dan memeluknya erat.

.

Wu Suowei menusukkan kejam Chi Cheng dengan sikunya dan mengeram, "Kau menghabiskan waktu luangmu denganku tetapi kau tidak punya waktu untuk menghabiskan waktu dengan ayahmu."

.

Setelah dia mengatakan itu, dia mendorong Chi Cheng pergi dan berjalan cemberut menuju klinik. Dia menyeret kakinya dengan tangan yang mengepal, Aku akan terus menggertakkan gigiku. Cepatlah pergi! Jika kau tidak pergi, aku mungkin tidak dapat membiarkanmu pergi lagi!

.

Maka, Chi Cheng telah benar-benar meninggalkan klinik itu.

.

Ketika Wu Suowei sedang mandi, dia mendengar suara bel di pintu masuk berdering, dan hatinya berdebar liar. Mungkinkah kau kembali? Jangan datang kembali! Jika tidak, semua usahaku akan menjadi sia-sia!

.

Wu Suowei berdiri bertelanjang kaki di kamar mandi dan dengan gugup mendengarkan setiap gerakan dari luar.

.

Chi Cheng melirik kamar mandi dan dia bisa melihat pantulan siluet kaku di celah pintu. Dia dengan jelas bisa melihat wajah itu, seluruh ekspresi yang Wu Suowei tunjukan penuh dengan kecemasan, harapan, ketakutan, kegelisahan... Chi Cheng meninggalkan pintu seolah-olah ada sesuatu yang menarik-narik hatinya.

.

Pada akhirnya, pintu kamar mandi tertutup rapat dan situasi yang Wu Suowei takutkan tidak terjadi.

.

Chi Cheng telah meninggalkan klinik dan ada sebuah kotak di pintu masuk.

.

Wu Suowei menunduk dan itu adalah kotak Chunghwa, salah satu yang pernah Wu Suowei puji sebagai jenis rokok yang sangat bagus dan sangat diinginkannya.

.

Sebuah merek rokok premium di Cina.

.

Dia duduk di atas kotak, dan merasakan sakit yang tak dapat dijelaskan di dalam hatinya.

.

.

80 VOTE + 20 COMMENT = LANJUT!!!

[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang