...
Pendeknya ketika Chi Cheng pulang dari rumahnya, dia juga beranjak menuju klinik.
Jiang yang baru saja akan membereskan barang-barangnya kaget saat melihat Wu Suowei yang baru saja datang. Dia menyimpan kembali tasnya dan menghampiri pria itu dan bertanya, "Bagaimana masa penyembuhanmu?"
Wu Suowei merasa sangat bahagia, "Bagaimana menurutmu?"
Jiang menangkap basah hal yang janggal. Tadi siang, ketika Chi Cheng datang dan menginvestigasinya tentang Wu Suowei. Dia sangat khawatir jika Chi Cheng akan membawa malapetaka bagi Wu Suowei, dan membuat masa penyembuhan Wu Suowei semakin lama.
Siapa yang akan berpikir jika Wu Suowei akan kembali secepat ini dengan wajah bahagia pula? Ekspresi yang sangat mencurigakan.
"Mana mesin pembuat permenku?" teriak Wu Suowei keluar dari kamarnya.
"Tuan otot besar itu." kata Jiang jujur.
"Alasan apa sehingga dia berani mengambil milikku?" tanya Wu Suowei jengkel.
Tentu saja itu ekspresi yang bisa diprediksi Jiang, jadi dia bisa dengan cepat menjawabnya, "Aku sudah memperingatinya, dan bilang kalau kau pasti akan sangat marah, tapi dia tidak peduli."
Wu Suowei mengambil ponselnya dan menekan tombol panggilan.
"Siapa yang memberimu ijin mengambil permenku hah?"
Suara berderak terdengar dari line seberang. Chi Cheng sedang menikmati sebuah mentimun dan 'terlalu sibuk' sekedar untuk menjawab.
"Kalau kau ingin mengambilnya, sisakan juga untukku!"
Ada suara lain dari seberang sana. Chi Cheng tiba-tiba saja bersuara ketika Wu Suowei berniat menutupnya.
"Pacarku bilang permen yang kau buat tidak terlihat bagus. Jadi, aku mengambil alatnya."
Wu Suowei menjadi semakin jengkel. Dia pikir paru-parunya akan meledak karena sangat marah. Semua tindakan Chi Cheng sebelumnya tiba-tiba saja hilang karena kalimat itu. Dia melempar ponselnya dengan marah, "Guru, berikan aku pakaian yang bagus. Yang paling menyesakkan. Besok, aku akan pergi menemuinya, jika aku tidak membuatnya tergila-gila, jangan panggil aku Wu!"
...
Esoknya, Wu Suowei pergi keluar dengan pakaian yang sangat stylist. Dia menggunakan topi baseball, jacket yang nyaman dan celana harem, membawa bola basket diketiaknya. Suara bola terpantul terdengar dari dalam kantor polisi.
Chi Cheng muncul ketika Wu Suowei baru saja memulai permainannya. Seragam yang dikenakannya memperlihatkan lekuk otot yang menonjol, juga sebuah belt hitam yang gagah, rambut yang tertiup angin, begitu tampan dan kuat. Chi Cheng menghampirinya dan mengangkat tubuhnya bagai karung beras dengan mudah.
"Turunkan aku!"
Suaranya terdengar marah, tapi sejujurnya dia sedang berpikir, dia benar-benar jatuh hanya karena ini? Dia bahkan tidak bisa menahan pesonaku hahaha...!
Tiba-tiba selangkangannya terasa sakit, saat sebuah tangan meremasnya. Wu Suowei menjadi marah dan meninju bahu Chi Cheng. Kaki Chi Cheng sangat kuat dan tegap. Mata tajam itu memperhatikannya dari atas ke bawah.
"Berdandan centil, bukankah ini yang kau inginkan?" lalu tangannya meremas penis Wu Suowei dan menyentil bolanya.
Wu Suowei mendongakkan kepalanya dengan tangan terkepal, seperti kebiasaannya dia menggunakan kepalanya untuk memukul tulang bahu Chi Cheng.
Chi Cheng sudah memperingatkan tentang ini sebelumnya. Idiot ini masih berani melakukannya?!
"Coba pukul aku lagi!" marah Chi Cheng. Dia tidak pernah melihat orang sekeras kepala Wu Suowei.
Kepala Wu Suowei sudah terasa sangat sakit, tapi dia tidak akan menyerah.
Awalnya, Chi Cheng ingin menyuruhnya lagi, tapi melihat mata Wu Suowei yang memerah dan siap untuk menangis, hatinya tiba-tiba menghangat. Selama hidupnya, orang yang bermarga Chi tidak pernah menyerah dalam hidupnya, kata itu bahkan tidak pernah keluar dari mulutnya. Tapi, semua kekejamannya hilang begitu saja, dia menurunkan pria itu dengan pelan.
"Biar kuperiksa. Apa dahimu masih utuh atau tidak." Chi Cheng memegang dahi itu.
Wajah Wu Suwoei berubah suram, memalingkan wajah dan mengambil tasnya seraya beranjak untuk pergi. Tapi, tangan kuat Chi Cheng menariknya dan membawanya semakin dekat.
"Kenapa kau sangat bandel heum?" suara dalam Chi Cheng terdengar sangat lembut. "Bukankah aku sudah memperingatkanmu? Jangan biasakan menggunakan kepalamu untuk memukul sesuatu!"
Chi Cheng mengambil tas Wu Suowei dan membukanya. Mengeluarkan tahu fermentasi, yang dibuat khusus ibu Wu.
"Kau datang kemari untuk memberiku tahu ini?"
"Siapa bilang? Berikan padaku!" teriaknya dan berusaha merebut tahu itu kembali.
Chi Cheng mengembalikan tas itu pada Wu Suowei, dan berjalan menjauh dari lapangan basket dengan tahu ditangannya, bersandar pada pohon dan mulai memakan tahunya. Matanya terus saja menatap Wu Suowei dari waktu ke waktu.
"Kemari atau kau mati." katanya mutlak.
Wu Suowei berjalan malas dengan kaki yang diseret.
To Be Continue
...
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105
RomanceJudul: Counterattack Bahasa version Cast: Feng Jianyu as Wu Suo Wei (uke) Wang Qing as Chi Cheng (seme) Chen Qiushi as Jiang Xiaoshuai (uke) Cai Zhao as Guo Chengyu (seme) Zang Jiexi as Yue Yue Summary : Wu Suowei yang tidak ingin diputuskan pacarn...