.
.
Pada malam hari, Wu Suowei sibuk di ruang pemeliharaan ular, saat tiba-tiba pergelangan kakinya tertutup oleh sesuatu. Dia menunduk dan melihat jika Xiao Bao Er sedang merayap pada betisnya. Wu Suowei terkejut dan buru-buru mengambil Xiao Cu Bao ke dalam pelukannya, dan dengan riang bertanya, "Apa yang kau lakukan disini?"
.
Chi Cheng bersandar pada dinding pintu dengan rokok menggantung di mulutnya. Tubuh tinggi dan kekarnya memblok setengah dari cahaya.
.
Setelah pergi selama beberapa hari, dia melihat bahwa Chi Cheng seperti tidak merasakan apapun setelah pergumulan intim mereka. Wu Suowei tiba-tiba merasa sedikit tertekan dan dia tak tahu mengapa.
.
"Taruh di lantai." kata Chi Cheng, "Biarkan dia bermain."
.
Wu Suowei baru saja akan menempatkan Xiao Cu Bao di lantai ketika ular itu mulai merayap di sepanjang celananya.
.
"Bukan salahku." kata Wu Suowei.
.
Chi Cheng mengambil dua langkah besar ke arah Wu Suowei dan mengambil Xiao Cu Bao dari lengan Wu Suowei. Chi Cheng mengangkatnya dan mensejajarkan mata mereka bermaksud menegurnya, dan ular itu malah melotot padanya, "Kau tertanggu?"
.
Xiao Cu Bao mengepakkan ekornya, dan kepala runcingnya gemetar. Jika dia bisa berbicara dalam bahasa manusia, dia sudah akan mengatakan, "Aku kesal!!! Aku kesal...! Aku kesal..!!!"
.
Melihar Er Bao yang tidak berperilaku baik membuat wajah Chi Cheng menggelap. Dia membawa rokok yang sejak tadi ada di sudut mulutnya untuk mendekat ke kepala Xiao Cu Bao.
.
Bangsa ular sangat takut asap dan Xiao Cu Bao tidak terkecuali.
.
Sesaat kemudian, Er Bao merayap pergi dengan patah hati.
.
"Tutup semua peti ularmu dengan erat. Jangan biarkan dia memakannya."
.
Wu Suowei tiba-tiba teringat, dan buru-buru menyegel semuanya dengan erat.
.
Keduanya pergi keluar untuk mencari tempat teduh untuk duduk. Chi Cheng berpaling untuk melihat wajah Wu Suowei. Wu Suowei telah melakukan banyak hal sebelumnya, dan pada saat mereka duduk, keringatnya bergulir ke bawah seperti air dan bagian depan kemejanya basah.
.
"Kenapa kau berkeringat begitu banyak?" Chi Cheng menyeka pipi Wu Suowei dengan punggung tangannya.
.
Wu Suowei tersadar lalu bergerak menjauh dari tangan itu dan berkata ringan, "Jangan menyeka itu. Itu akan keluar lebih banyak jika kau menghapusnya."
.
Chi Cheng bersikeras menyekanya, dan secara khusus memilih, leher, telinga, klavikula, dan juga menyeka tempat khusus, dada Wu Suowei. Wu Suowei buru-buru mendorong dan memblokir tangan Chi Cheng. Chi Cheng memegang kedua tangan Wu Suowei dan dengan bersemangat menyerempet bibir lalu telinga Wu Suowei.
.
"Jangan melakukan itu." seru Wu Suowei tidak senang, "Aku berkeringat. Kau tidak mau menjadi bau kan?"
.
Setelah Chi Cheng menjilat gigi Wu Suowei dengan ujung lidahnya dia berkata pelan, "Aku suka bau keringatmu. Pantatmu benar-benar tertutup oleh keringat pada saat kau mencapai orgasmemu dan kasur basah karenamu."
.
Wu Suowei mengertakkan giginya dan sengaja untuk membuat Chi Cheng merasa mual, "Keringat dan urin terbuat dari hal yang sama. Kau pasti memiliki bakat untuk minum air kencing!"
.
Chi Cheng terlihat tidak peduli, "Jika kau berani untuk buang air kecil di mulutku, maka aku akan berani untuk meminumnya."
.
Selangkangan Wu Suo Wei mengejang. Ia berdiri untuk pergi, tapi ia ditarik kembali oleh Chi Cheng, dengan tegas di dorong ke bangku. Tangannya meremas batang tegak Wu Suo Wei.
.
Objek berharga di bagian bawah tubuh Wu Suowei menjadi lebih tinggi dan bersemangat setelah ditekan selama beberapa hari. Angin malam bertiup dan cabang-cabang membuat suara berderak. Wu Suowei menjadi tegang. Dia memegang teguh tangan Chi Cheng dan berkata, "Nanti ada orang."
.
Chi Cheng benar-benar tidak menganggapnya sebagai masalah serius, "Jangan khawatir. Mereka akan lebih malu daripada kau."
.
Hembusan lain dari angin bertiup dan daun membuat suara mendesis. Chi Cheng mengambil kesempatan untuk menakut-nakuti Wu Suowei, "Ada yang datang."
.
Wu Suowei berada di ambang batasnya. Dia menjadi khawatir ketika ia mendengar perkataan Chi Cheng dan segera meledak.
.
"Eunghhh...." dia hanya bisa mengubur wajahnya di bahu kokoh Chi Cheng dan melenguh disana karena tidak mampu untuk menekan erangan paraunya dan juga takut jika erangannya mungkin didengar oleh orang lain.
.
Beberapa menit kemudian, Wu Suo Wei sudah bisa mengangkat wajahnya, dia berjalan di samping Chi Cheng, mereka sedang merokok dan tidak berbicara sepatah katapun.
.
"Sudah berapa lama kita tidak bertemu?" tanya Chi Cheng.
.
"Lima hari." jawab Wu Suo Wei tenang.
.
"Ini hari ke enam." kata Chi Cheng.
.
Wu Suo Wei masih merokok dan hanya bisa menatap sepatu Chi Cheng sebelum tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak nyambung, "Rokokmu sangat bagus. 7 yuan per pack dan 70 yuan perpack untuk berbagai rasa."
.
Chi Cheng mengangkat tangannya dan menyentuh rambut pendek Wu Suo Wei, sebelum mengelus pucuk kepala itu, "Sudah menjual ular-ularnya?"
.
"Belum. Tidak ada harga yang cocok. Harga ular tahun ini sangat rendah di bandingkan tahun sebelumnya."
.
Arti sebenarnya dari perkataan Wu Suo Wei adalah, Cepat bantu aku! Bukankah kau juga yang akan untung jika aku berhasil di masa depan!
.
Chi Cheng memperlihatkan smirknya, Sudah pintar bermain-main dengan hatiku rupanya. Kau benar-benar tidak tahu harga untuk tahun ini?
.
Aku tahu kalau kau suka permainan pikiran. Batin Wu Suo Wei.
.
.
To Be Continue
80 VOTE + 20 COMMENT = LANJUTTT
KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105
RomanceJudul: Counterattack Bahasa version Cast: Feng Jianyu as Wu Suo Wei (uke) Wang Qing as Chi Cheng (seme) Chen Qiushi as Jiang Xiaoshuai (uke) Cai Zhao as Guo Chengyu (seme) Zang Jiexi as Yue Yue Summary : Wu Suowei yang tidak ingin diputuskan pacarn...