Chapter 54: Tumbuh dengan Makan Kotoran

5.7K 604 18
                                    

.....


Mata Chi Cheng setajam pedang. Tangannya menggenggam wajah Wu Suowei dengan keras. Dari sisinya, Wu Suowei dapat melihat garis wajah maskulin Chi Cheng dan juga jakunnya yang naik turun ketika ia bernapas, menggetarkan hati kecil Wu Suowei.


Wu Suowei sangat ingin mengatakan, aku benar-benar tidak memiliki perasaan padamu!


Meskipun gurunya berada di luar, semua pelajaran yang diberikannya terus berdering. Untuk menjaga dirimu, lihat kesempatannya!


Chi Cheng kemudian mendorongnya lagi, sehingga badan Wu Suowei bersandar pada meja. 


"Sejak kapan kau menjadi seorang penjajah." kata Wu Suowei.


Chi Cheng mendekatkan wajahnya, tapi Wu Suowei membuang wajahnya dan bibir tipisnya berakhir mencium pipi Chi Cheng. Chi Cheng menerima ciuman itu dengan bahagia. 


"Kau memberitahuku semua hal sebelumnya, bahkan semua pertemuan kita adalah rencanamu."


Chi Cheng sedang membahas mengenai peristiwa penumpahan bubur, pertunjukan jalanan, pencurian dompet dan mengendarai mobil secara ilegal yang sengaja dirancang Wu Suowei untuknya. Namun, didalam hatinya Wu Suowei terus menggerutu, Harusnya itu disebut sebagai rencanamu! Kau yang selalu menghalangiku!


Setelah berpikir beberapa saat, Wu Suowei akhirnya menganguk mengiyakan.


"Kenapa kau tidak langsung saja bilang padaku, kalau kau menyukaiku?" selangkang Chi Cheng menyentuh perut bagian bawah Wu Suowei.


Wu Suowei merasa sangat malu dan ingin segera menjauhkan tubuh mereka. Namun, Chi Cheng memegangnya sangat erat dengan tubuh kuatnya.


Tangan besar Chi Cheng berada diatas pantat Wu Suowei dan itu membuatnya kesulitan walau hanya membuka mulut. Tangan Chi Cheng sepertinya telah siap untuk mengerayangi pantatnya, matanya juga siap menelanjanginya, sepertinya semua itu bergantung bagaimana ia mengendalikan mood Chi Cheng saat ini.


Hari ini, Chi Cheng sudah memutuskan bahwa untuk mendapatkan pria ini, dia akan membiarkan bibirnya disentuh, setelah sekian lama tidak ada yang berani menyentuhnya kecuali, tentu saja anak kesayangannya, ularnya.


Lidah Chi Cheng sangat tipis dan menggairahkan, tubuh Wu Suowei membeku ketika lidah itu menjilat bibirnya dengan cara yang eksotis. Tangan Chi Cheng mendorong wajah Wu Suowei semakin dekat. Ciuman itu menjadi semakin dalam, Wu Suowei kesulitan untuk bernapas. Tapi, dia lebih kesulitan untuk mengendalikan dirinya sendiri.


Chi Cheng menyesap sudut bibirnya bergairah, lidahnya menjajal bibirnya dengan kuat. Wu Suowei kesulitan bernapas, terlebih Chi Cheng sepertinya belum enggan melepas ciumannya. Bibir itu terus saja mengecup dan menyesap bibir milik Wu Suowei.


Chi Cheng adalah pencium yag handal dengan berbagai teknik yang dapat dilakukannya. Untuk beberapa saat, Wu Suowei merasa sangat sedih, dulu dia mengira jika dia adalah pencium yang handal, tapi semua itu runtuh begitu saja.


Chi Cheng kemudian membawa tangan Wu Suowei keselangkangnya seraya menatap Wu Suowei tajam, ciuman panjang mereka baru saja berakhir.


"Kau ingin melihatnya?" tanya Chi Cheng.


Wu Suowei memalingkan wajahnya dan melihat ke arah pintu, "Aku ingin melihatnya.... atau tidak ingin melihatnya?"


"Pada siapa kau bertanya?" seru Chi Cheng pendek.


Diluar kamar, Jiang cekikikan mendengar pertanyaan Wu Suowei.


Tangannya mengetuk pintu dan berbisik pelan, "Aku akan pulang ke rumah."


Kakinya melangkah menuju pintu dan energi cerah yang dia tunjukkannya tiba-tiba menghilang. Jiang merasa seperti sedang memaksakan dirinya, Mereka akan menjadi semakin mesra, kenapa aku merasa tidak baik?


Chi Cheng mendorong Wu Suowei keranjang, "Apa kau sudah melihat penis orang lain?"


Wajah Wu Suowei menjadi sangat merah. Dia tidak kolot, tapi tidak pernah sekalipun ada yang bertanya seperti itu. Biasanya pria memang saling menggoda satu sama lain dan bertanya tentang, "Apa kau sudah melihat daerah privasi wanita?". Tapi, pertanyaan ini menjadi begitu besar bagi Wu Suowei.


"Di toilet pria."


Asap rokok keluar dari mulut Chi Cheng, tangannya dengan mudah membuka ring yang melekat dicelananya. Underwear hitam itu melekat dengan sangat pas. Menggambarkan begitu besarnya milik Chi Cheng. Setelah itu, terlihat dengan jelas penis besar milik Chi Cheng.


Wu Suowei sebenarnya tidak ingin melihatnya, tapi dia sangat shock.


Para pria biasanya sering membandingkan ukuran penis pria lain, Kita berdua sama-sama pria, tapi kenapa miliknya begitu besar?


Chi Cheng meremas pantat Wu Suowei, kemudian meletakkan rokok itu kembali kemulutnya. 


Apa ibumu memberimu makan kotoran sampai punyamu sebesar ini? Bagimana bisa itu tumbuh begitu...besar dan kuat?



To Be Continue

...



[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang