CHAPTER 1

308K 6.7K 101
                                    

FOTO DIATAS INSPIRASI AKU YANG JADI HUNTER PRESSCOT

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku melenggangkan kaki ke dalam bandara London Heathrow dengan gembira. Hell yeah, I'm coming London!! Mungkin beberapa orang akan kebingungan dengan tingkahku yang agak kampungan, melihat etalase toko di sepanjang jalan di bandara dengan mata melotot takjub. Maaf saja, kalau aku kampungan karena aku baru tahu kalau ada bandara yang di dalamnya seperti mall, contohnya yang ada di London ini. Seorang wanita Asia yang memang terlihat sangat cantik melirik kepadaku dengan tatapan sinis memandangi tingkahku yang terlalu bersemangat.

"Your eyes, jerk!" gumanku dalam hati. Oke, kalau saja ini bukan negara orang, wanita itu pasti akan sudah kumaki dengan indahnya. Tidak ada yang boleh nge–judge apa yang aku lakukan. Bapak aja bukan! Ibu aja bukan! Saudara aja bukan! Amit–amit deh aku punya hubungan keluarga sama wanita itu. Dari tampangnya saja sudah terlihat kalau wanita itu adalah bitch.

Oke, aku akui kalau Audrey Laurencia Kosasih is a bitch. Tapi, aku tidak akan pernah menghakimi seseorang hanya dari luarnya. Aku masih merasakan pandangan wanita itu mengikutiku, tapi aku berjalan melewatinya dengan dagu terangkat dan memberinya pandangan mencela sekilas kepadanya. Aku menahan tawa ketika melihat reaksi wanita itu, harusnya aku merekam ekspresi wajah wanita itu yang tampak tercengang.

Suasana dalam bandara London Heathrow mampu membiusku, sehingga aku merasa berada di dunia lain. Bahkan, sejak aku menjejakkan kakiku di London – semua hal terlihat menakjubkan. Aku dibuat tercengang ketika aku berhadapan dengan teknologi ULTra PRT – untung saja aku pernah membaca kegunaan alat canggih itu untuk mengantarkan penumpang dari terminal bandara.

Bahkan setelah masuk ke dalam lingkungan bandara, aku masih saja harus tercengang dengan banyaknya jejeran estalase dari merek-merek terkenal. Ted Baker, Zara, dan masih banyak lagi. Jajaran restoran dan kafé yang terlihat elegan berjejeran dengan rapi untuk dipilih. Lantai marmer mengkilat dan suasana nyaman membuat siapa saja orang yang berjalan di Lonton Heathrow Airport, tidak ingin meninggalkan bandara ini dengan terburu-buru.

Begitu pula denganku, tapi sayangnya ada orang lain yang sedang menungguku. Aku mencari-cari dari sekian banyak kerumunan orang di bandara yang memegang namaku. Seorang laki-laki setengah baya berbaju serba hitam sedang berdiri di ujung tempat penjemputan internasional memegang tulisan Miss Kosasih. Aku mendekatinya, dan dia melirik ke arahku dengan wajah sangarnya.

"Miss Kosasih?" tanyanya dengan aksen British. Sweet Jesus, I really love British accent. Seandainya, saja aku bisa menggunakan aksen British seperti sahabatku, Alexandara.

"Yes, that's me." Aku memperhatikan laki-laki di depanku itu yang memiliki mata berwarna biru, berkulit gelap dan botak. Laki-laki itu membawakan koperku, dan berjalan dengan langkah cepat. Aku harus berlari-lari kecil untuk mengimbangi kecepatannya. "Hey, Mr. Siapa nama anda?" tanyaku setelah berhasil menjajarkan langkahnya.

"Larry!" ujarnya dengan pendek, mulai mengangkat koperku dengan mudahnya membuatku terpengah. Holy shit! Aku tahu barang apa saja yang kumasukkan ke sana, dan aku menyesal setelah harus menggeretnya di sepanjang bandara karena semua barang itu tidak penting dan beratnya mencapai tujuh kilogram.

Larry membukan pintu mobil tengah merek audy dan mempersilahkanku untuk masuk. Such as a gentlemen. Tanpa banyak bicara Larry melajukan mobilnya di jalanan London. Aku menempelkan wajahku di kaca mobil, terperangah menatap pemandangan kota London.

Kota London dengan arsitekturnya yang sangat menakjubkan. Bangunan-bangunan kuno yang sudah dibangun sejak era Tudor membuatku merasa kembali ke masa lalu. Bahkan bangunan modern kantor-kantor yang menjulang tidak membuat mataku terganggu karena bangunan itu dibangun dengan arsitektur yang sangat cemerlang. Bangunan kuno dan bangunan modern kota London seperti bercampur menjadi satu, menjadikan London menjadi salah satu tempat fantastis yang pernah kulihat.

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang