CHAPTER 42

86.4K 4K 285
                                    


WARNING:

1. BUAT YG UDAH DI ATAS UMUR AJA BWAT CHAPTER INI

2. YG PUNYA FOBIA TAKUT ADEGAN MENGERIKAN, SEPERTI PENYIKSAAN DLL. LBH BAIK LONCATIN CHAPTER INI AJA.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku mendengar kembali suara gemerincing pintu besi di buka. Aku segera duduk dan berusaha menyesuaikan mataku dengan cahaya redup di ruangan ini. Aku menatap Kate yang tertidur di sampingku, tanpa dapat kucegah aku tersenyum kecil menatapnya terlelap seperti itu. Kate terlihat seperti wanita inosen ketika sedang tertidur.

Tubuhku menegang ketika melihat dua sosok yang menatapku dengan pandangan intens. "Bawa dia keatas!" ujar suara berat yang kusadari adalah Drake. Freddy mengangguk dan menarikku untuk turun dari matras.

Goncangan tubuhku pada matras, membuat Kate dan terbangun. Ketika mata hitamnya menatap Freddy, dia langsung berteriak kencang dengan ngeri. Freddy tertawa terbahak–bahak ketika melihat Kate berteriak dengan histeris dan berusaha memukul sekitarnya tidak tentu arah.

"Kate. Tenanglah!" ujarku dengan panik ketika tangan Kate membentur dinding. "Semua akan baik–baik saja."

Freddy menyeretku untuk segera keluar dari ruangan dan kali ini aku menurutinya karena aku ingin segera membuat Freddy keluar dari ruangan yang sama tempat Kate berada.

"Sebentar. Aku mengubah rencanaku," ujar Drake dengan senyuman mengerikan. Perhatianku dari Kate segera teralih melihat pria di depanku. Pria itu menggunakan topi baseball dan kacamata berbingkai – hingga bagian atas wajahnya tertutupi oleh topi. "Freddy, kau bawa wanita gila itu ke tempat bermain. Aku ingin, dia menyaksikan apa yang akan kulakukan kepada adiknya."

"Apa aku harus membawa wanita ini ke atas?" tanya Freddy tampak tidak senang dengan apa yang diperintahkan oleh Drake. Aku tidak melihat wajah Drake karena apa pun itu – Freddy akhirnya masuk ke dalam ruangan lagi, sebelum Drake menyuruhku berjalan. Aku bisa mendengarkan teriakan histeris Kate yang memantul pada ruangan.

Jantungku segera bertalu–talu ketika mendengar perkataannya. "Kumohon. Kumohon, jangan lakukan apa pun kepada Kate. Biarkan dia disini." Aku memohon dengan sepenuh hatiku. Aku tidak pernah memohon kepada siapapun sedespresi ini.

"Hmmm. Aku lah memgang kendali di sini, little one," ujar Drake mendorongku untuk terus berjalan.

Aku segera menyadari, Drake lah yang memegang kendali selama ini, bukan Freddy. Apa dia juga yang selama ini menyuruh Freddy untuk mendekati Kate agar dia juga bisa mendapatkanku?

Mataku segera mengerjap ketika merasakan cahaya terang segera mengenai mataku. Setelah beberapa jam berada di tempat gelap, tempat terang terasa menyakitkan bagi mataku. Tapi Drake tampaknya tidak peduli kalau mataku masih berusaha menyesuaikan karena dia masih memaksaku untuk tetap berjalan.

Aku menatap tempat sekelilingku dengan curiga. Semuanya terasa normal, tempat ini tampak seperti rumah mewah. Lantai marmer berwarna kecokelatan, dinding berwarna putih bersih. Siapa pun, pemilik rumah ini pasti adalah orang kaya. Aku menatap sebuah jendela yang kordennya terbuka dan menatap jalanan.

Aku tidak mempercayai mataku pada awalnya – tapi, aku sangat yakin kalau aku mengenali jalanan itu. Aku mendengar Drake meruntuki sesuatu – sebelum ia memaksaku untuk segera masuk dan mendorongku hingga terjatuh di atas kasur. Ia menatapku sekilas, keluar, lalu mengunci pintu dari luar.

Aku menatap ruangan indah ini tapi entah mengapa terasa sangat dingin. Aku menatap ranjang berukuran king dan terdapat empat tiang di ujungnya terletak pada tengah kamar. Aku turun dari ranjang dan merasakan dingin lantai segera menerpa kakiku. Aku segera mencari jendela untuk mencari tahu letak keberadaanku – tapi, betapa kecewanya aku ketika melihat jendela di kamar ini telah ditutupi dengan kayu. Aku sudah hendak kembali lagi ke kasur, ketika tatapanku tertuju kepada lemari kaca.

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang