SEBELAH LAGU YG DIDENGERIN AMA AUDREY AND HUNTER DI RESTORAN>>
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
"Miss Kosasih?" Tanner membukakan pintu dan membantuku turun. Apa aku harus terkejut sekali lagi tentang Hunter Presscot? Walaupun, dia sering membawaku ke tempat mewah, membelikanku barang-barang yang harganya sangat tidak masuk akal. Harusnya aku sudah mulai terbiasa dengan semua itu, tapi jawabannya tidak. I'm not going to get used with his fucking money. Hunter Presscot membawaku ke salah satu restoran ekslusif di London, The Foyer At Claridge's.
Aku menghitung sampai sepuluh, sebelum aku masuk ke dalam hotel dan juga restoran tersebut. Seorang resepsionis, laki-laki berpakaian rapi dan elegan, berambut cokelat, berwajah lumayan tampak tergagap ketika melihatku mendekatinya. Wajahnya tampak memerah ketika menanyai apakah aku sudah memesan tempat dan aku menyebutkan nama Hunter Presscot.
Resepsionis mengantarkanku menuju ke sebuah ruangan megah bergaya Victoria hotel. Berlantai marmer yang tampak sangat mahal dengan dinding bercat putih tulang. Untung saja aku berdandan karena para pengunjung lain pun berdandan dengan sangat mewah. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah vas besar dan terdapat bunga berwarna putih.
Dan aku sangat puas ketika Hunter yang telah menungguku di sana menatapku dengan mulut terbuka. Aku juga dapat merasakan tatapan orang padaku atau mungkin dia. Aku tidak terlalu peduli karena pria itu akan menjadi milikku.
"Can I help you, Miss?" tanya resepsionis itu dengan wajah masih memerah kepadaku setelah Ia menarikkan kursi dan aku duduk di atasnya di seberang Hunter.
"No," ujar Hunter dingin, mengusir resepsionis itu. Lalu tatapannya beralih kepadaku dengan marah. "Bagaimana kau bisa memiliki pakaian itu?" tanyanya pelan dengan nada berbahaya.
"Aku membelinya."
"Aku tidak menyukai gaun itu."
"Aku terlihat cantik mengenakan pakaian ini," ujarku berusaha mengatakannya dengan percaya diri. "Aku kira semua orang setuju denganku." Aku menatap sekelilingku dan beberapa pengunjung masih menatap meja kami dengan tatapan ingin tahu. "What's wrong Hunter?" tanyaku dengan nada menggoda.
Ia tampak frustasi menatapku dan mengusap rambutnya dengan kasar. Ia juga terlihat seolah-olah ingin menarikku dan menyembunyikanku dari tatapan para pengunjung. Padahal kemungkinan besar, dialah yang menjadi objek tatapan semua orang bukan diriku. Hunter memejamkan matanya, seperti berdoa.
"No, it's okay," ujarnya dengan nada menyerah. "Kau terlihat stunning dengan gaun itu. Aku baru tahu kalau ternyata kamu menyimpan nomer Thalia."
Aku berhenti tersenyum ketika menyadari Thalia dalam bahaya. "Bukan salah Thalia. Dia hanya bersikap profesional. Aku ingin membeli gaun ini dan dia sebagai penjual yang profesional mengantarkan gaun yang ingin kubeli," ujarku menekan kata profesional kepadanya.
"Aku tidak akan menyentuhnya," ujar Hunter dengan wajah yang patut dicuragai.
"Dia adalah temanmu. Kau tidak akan macam-macam, bukan?"
Wajah Hunter menggelap seketika. "Aku tidak memiliki teman."
Aku berhenti berbicara menatapnya dengan sedih. "I know. Apa kau sudah memesan makanan?" tanyaku merubah arah pembicaraan. Aku tidak ingin merusak malam ini.
"Yes. Aku juga sudah memesan makanan untukmu." Aku memutar bola mataku dengan dramatis dan Hunter tertawa melihat tingkahku.
"I love this song," gumanku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...