CHAPTER 10

171K 4.5K 57
                                    

HENRY PRESSCOT>>

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

"Wake up sleeping beauty," ujar sebuah suara lembut membangunkanku. Aku menggumam tidak jelas masih separuh tersadar menolak untuk berdiri.

Hunter tertawa sebelum ia menggendongku turun dengan cara bridal style dari mobil dan membawaku menuju ke elevator penthouse. Tanganku merangkul sekitar leher Hunter dan aku membenamkan wajahku di relung lehernya, menghirup dalam-dalam aroma Hunter yang sudah menjadi aroma favoritku. Aku membiarkan mataku tetap terpejam, menikmati saat-saat kebersamaan kami berdua.

Wajahku memerah ketika melihat Tanner membukakan kami pintu dan ketika mata kami bertemu dia tampak nyengir melihat tingkah laku kami berdua. Seharusnya aku malu tapi aku tidak terlalu peduli dan semakin menghirup dalam-dalam aroma tubuh Hunter. Mungkin karena aku terlalu lelah karena perjalan panjang dari Dublin atau karena aku merasa sangat nyaman berada di pelukan Hunter.

Aku mendengar Hunter menutup pintu kamar dengan kakinya dan mendudukanku di sofa besarnya. "Audrey, bangunlah!" bisiknya mengelus wajahku. Aku menggumam tidak jelas. "Apa kau ingin aku mengganti bajumu?" tanyanya.

Mataku seketika terbuka mendengar ucapannya. Hunter tersenyum nakal ketika melihat wajahku merona. Damn it! Dia sedang menggodaku dan aku harus mengatur nafasku ketika melihat laki-laki di depanku itu sedang menatapku dengan tatapan laparnya. Hunter menggelengkan kepalanya, seperti berusaha untuk membersihkan pikirannya. "Kau lelah!" ujarnya membelai wajahku dengan lembut sebelum mengecupku sekilas.

Hunter menopang dan membantuku berjalan menuju kamar. Lantai marmer berwarna putih dengan dinding berwarna abu-abu terlihat sangat mewah. Terdapat bathtub terbuat dari marmer berwarna putih gading di tengah-tengah ruangan dan shower di sudut ruangan. Keseluruhan kamar mandi milik Hunter terlihat sangat serasi dengan pemiliknya. Sangat indah dan eksotis tapi juga misterius.

Aku membiarkan Hunter mempersiapkan sikat gigiku. Aku meletakkan kepalaku di bahunya. "Come on, Angel! Atau aku harus membantumu untuk menyikatkan gigimu?" tanyanya membuatku buru-buru mengambil sikat gigiku dari tangannya dengan wajah memerah. "Aku akan mengambilkan pakaian tidurmu. Keep still!" pintanya.

Sebuah seringaian muncul di sudut bibir Hunter ketika ia masuk ke dalam kamar mandi, membuatku menatapnya dengan curiga. Ia membawakanku kaos kebesaranku dan celana panjang, pakaian yang kukenakan sebelum aku berangkat ke Dublin.

Ia menyodorkan pakaian itu kepadaku. Hunter mencium bagian belakang telingaku membuatku bergidik. "You look so damn sexy!" Lalu ia keluar dari kamar mandi tapi sebelum ia menutup pintu ia melontarkan kata-kata yang dapat membuat seluruh tubuhku merinding. "Aku akan menunggumu, Angel!"

Jika kami berdua akan menghabiskan sisa siang ini dengan salah satu kegiatan favoritku, make out – aku harus segera membersihkan tubuhku terdahulu. Aku melepaskan pakaianku dan menyalakan shower sebelum membasahi seluruh tubuhku.

Damn. Sepertinya mood Hunter beranjak membaik karena dia terus-terusan menggodaku. Aku sangat bersyukur melihatnya mulai kembali rileks. Teringat kembali kejadian tidak menyenangkan di rumah Margaret. Aura ketegangan sangat terasa sejak kedatangan Henry, kakak Hunter. Carl hanya berbicara sesedikit mungkin sejak kedatangan anak pertamanya dan Hunter bersikap dingin kepada kakaknya. Henry berusaha mengajak Hunter berbicra, tapi adiknya itu selalu mengabaikannya. Tapi, Henry bersikap sangat dingin kepada Carl, sikap dinginnya itu mengingatkanku kepada Hunter.

Aku bingung sebenarnya apa yang terjadi dengan keluarga Presscot. Apa yang terjadi antara Henry dan Hunter? Mengapa Henry terlihat membenci ayahnya? Lalu mengapa Aurely tinggal bersama Margareth dan Carl? Lalu dimana ibu Aurely?

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang