Didekasikan untuk seluruh reader yang milih jawaban Henry Presscot. Yes, si pria Presscot yang datang adalah Henry Presscot.
Enjoy!
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jangan gugup! Relax, Audrey. Aku berusaha menghitung sampai sepuluh untuk memelankan debaran jantungku. Padahal aku sudah tahu seberapa banyak penonton yang akan menonton ujian di tempat kuliahku – tapi, aku tetap merasa nervous. Ujian menggubah lagu memang terbuka untuk umum dan lebih dapat disebut pertunjukan, dibandingkan ujian.
"Audrey, sehabis ini giliranmu!" ujar Miss Lanny, dosen pembimbingku. Walaupun beliau sudah tua tapi aura kecantikan masih terlihat dari wajahnya. "Tenang saja. Kamu sudah sering melakukan pertunjukan seperti ini dan lagu gubahan kamu sangat bagus. Saya optimis kamu akan mendapat tempat teratas."
Aku berusaha tersenyum tapi wajahku hanya menampakan wajah datar akibat terlalu tegang. Bagaimana aku tidak tegang, kalau aku menjadi finalis penutup. Selama penampilanku, aku tidak pernah menjadi pembuka atau penutup. Entahlah, bagian penutup seperti kau adalah sajian utamanya. Miss Lanny menyuruhku memasuki panggung.
Dan seperti flashback yang kembali lagi terjadi. Aku merasakan aliran listrik dan bahkan sebelum aku melihatnya – aku dapat merasakannya, kalau dia berada di sini. Mataku mencari sosok orang itu dan aku menemukannya duduk di barisan paling depan – tempat VIP, tempat para tamu kehormatan duduk. Kami berdua saling bertatapan. Dia masih sama seperti yang terakhir kali kami berpisah.
Rambut cokelat tua berantakan, mata abu-abu intens yang sekarang sedang menatapku, bibir penuh, dan terlihat sangat tampan mampu membuat mahasisiwi lainnya menatapnya tampak tersihir. Breathe, Audrey. Breathe. Breathe.
Dengan berat hati, aku mengalihkan pandanganku darinya. Berjalan agak limbung menuju tempatku seharusnya, dibalik piano. Entah mengapa alam bawah sadarku tahu bahawa dia akan datang pada saat aku ujian. Maka dari itu, aku memilih untuk menggubah sebuah lagu yang menggambarkan perasaanku kepadanya. Perasaan cinta yang kurasakan hanya untuknya. Aku mulai memainkan tuts piano, membayangkan dirinya.
When the rain is blowing in your face... And the whole world is on your case... I could offer you a warm embrace... To make you feel my love... When the evening shadows and the stars appear... And there is no one there to dry your tears... I could hold you for a million years... To make you feel my love... I know you haven't made your mind up yet... But I would never do you wrong... I've known it from the moment that we met... No doubt in my mind where you belong... I could make you happy, make your dreams come true... Nothing that I wouldn't do... Go to the ends of the Earth for you... To make you feel my love... To make you feel my love
Aku dapat merasakan tatapan intensnya mengikuti ketika aku masuk kembali ke belakang panggung. Aku berusaha diri untuk tidak melonjak gembira karena Hunter berada di Indonesia. Berada di gedung ini untuk menontonku. Damn. Aku harus segera menemuinya.
"Audrey!" teriak Chris yang menerobos masuk ke belakang panggung dan memelukku dengan erat. "Performamu sungguh fantastis. So amazing." Dan entah mengapa setelah perbincangan terakhirku dengan Alexa – aku menyadari tatapan mata Chris kepadaku mengingatkanku kepada tatapan yang selalu kuberikan kepada Hunter.
"Kita harus membicarakan sesuatu Chris." Dia mengangguk dan aku mengajaknya ke ruang ganti, di tempat yang lebih sepi sehingga tidak ada orang lain yang dapat mendengarkan perbincangan kami berdua dan membiarkan pintu sedikit terbuka untuk berjaga-jaga jika Chris tidak bisa mengendalikan emosinya. Sebelum aku bertemu kembali dengan Hunter lebih baik aku menyelesaikan permasalahan kami berdua. Aku tidak ingin Hunter menjadi marah karena tahu kalau aku pernah make out dengan Chris, setidaknya aku sadar betapa protektifnya Hunter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...