Hari ini aku dapat bernafas dengan lega karena akhirnya aku terbebas dari Reiko dan pergi berbelanja dengan Margareth menyiapkan makan malam untuk kendatangan ayah Hunter, Carl dan keponakan Hunter, Aurely. Aku membiarkan diriku untuk bernafas lega sesaat, membiarkan Reiko tertinggal di rumah sendirian karena Hunter sedang keluar untuk mengurusi beberapa proyek di Dublin.
Aku dan Hunter tidak berbicara sepagian ini hingga dia pergi mengurus projeknya. Tidak ada ciuman maupun pelukan seperti biasanya. Aku sangat marah karena dia menolak bercerita kepadaku dan dia juga marah kepadaku. Untung saja, tadi Reiko belum bangun. Aku tidak ingin wanita itu tahu kalau dia berhasil membuatku dan Hunter bertengkar hebat.
"Margareth. Aku perlu pergi ke toilet sebentar!" ujarku kepada Margarerh meminta maaf. Aku mencari-cari toilet wanita yang ternyata sedang kosong. Aku memasuki salah satu biliknya ketika mendengar langkah kaki memasuki toilet.
"Apa kau melihat foto tunangan Hunter Presscot?" tanya seseorang dari balik kamar mandi. "Dia tidak terlalu cantik, bukan?"
Tiba-tiba pikiranku serasa membeku ketika mendengar percakapan mereka. Dan berusaha untuk menarik nafas tanpa menimbulkan suara. Relax Audrey! Relax!
"Apa kau melihat kalung berlian yang dikenakannya?" tanya suara wanita lainnya.
Berapa orang yang mengira aku mendekatinya hanya karena Hunter memiliki uang? Mungkin semua orang berpikiran seperti itu terhadapmu. Aku telah selesai dan menarik bajuku turun, berusaha membetulkannya untuk tetap rapi. Yang ingin kulakukan sekarang adalah keluar dari tempat ini dan menyuruh mereka untuk mengurusi urusan mereka sendiri.
"Ah, Come on, Lucy. Hunter is beyond a fucking God. The money is just a bonus." Aku mendengar kembali suara orang pertama. Shit! Hunter pernah meniduri wanita ini?
"Oh my God. It's a shame but he's the best I've had and I'm never going to get to try it again, Lily." Damn. Hunter juga pernah meniduri wanita lainnya?
Emosiku mulai naik. Hunter meniduri mereka berdua. Aku memegang knot pintu, berusaha untuk menenangkan diriku, tapi itu tidak mungkin, terutama mendengar mereka berdua menginginkan Hunter untuk meniduri mereka lagi.
"Waow. He's so good, right?" tanya suara wanita pertama, Lily.
Aku tidak bisa mendengar ucapan mereka lagi. Aku memencet tombol flush, membuat mereka berdua terdiam. Setelah yakin pakaianku sudah tidak terlihat kusut, aku membuka pintu dan berjalan setenang mungkin. Aku tersenyum dengan sopan kepada mereka berdua yang sekarang terlihat syok, aku tidak menghiraukan mereka – menatap cermin dan berusaha menyisir rambutku. Aku mencuci tanganku mengabaikan suasana tegang di dalam toilet. Mereka berdua terdiam ketika aku menatap mereka semua sebelum akhirnya aku keluar dari kamar mandi.
Jantungku terasa melompat dan kakiku gemetaran, tapi aku berusaha untuk mendatangi Margareth. "Bisakah kita pulang sekarang?" tanyaku dengan suara gemetaran.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya melihat wajahku yang pasti terlihat pucat. Aku hanya menggelengkan kepalaku, tidak ingin menjelaskan pokok permasalahku. "Come on, Darling!" ujar Margareth berusaha membantuku berjalan.
Berapa banyak wanita yang sudah ditiduri oleh Hunter? Seharusnya kehidupan sex Hunter bukanlah urusanku, tapi entah mengapa aku sangat marah ketika kedua wanita itu membicarakan tentang kehebatan Hunter di ranjang. Hal itu membuatku marah. Sedih. Kecewa. Bahkan, aku tidak tahu mengapa.
Holy fucking hell. Kedua wanita itu adalah keturunan Asia. Mengapa Hunter selalu mengencani wanita keturunan Asia? Apa yang membuatnya tidak bisa mencintai wanita lain? Banyak sekali rahasia yang disimpan oleh Hunter, dan aku merasa bahwa rahasia pria itu sangatlah gelap. Aku tidak tahu apakah aku ingin mengetahui rahasianya? Hal bodoh apa yang telah kulakukan hingga harus berhubungan dengan pria seperti Hunter Presscot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...