CHAPTER 38

1.3K 121 4
                                    

Setelah Hunter menurunkanku di rumah abuela. Aku segera masuk dan menemukan belajaanku yang kupesan untuk abuela belikan sudah terletak rapi di dapur. Sebenarnya dari tadi aku berusaha mencari ide untuk mengusir Hunter dari rumah tapi untung saja Hunter harus mengurus perkerjaannya. "Abuela!" teriakku.

Abuela turun dari lantai atas dan menatapku. "Di mana Hunter?" tanyanya kepadaku.

"Dia harus mengurus perkerjaan dan dia bilang kalau dia baru akan pulang pada saat malam."

"Berarti rencanamu akan berjalan dengan sempurna," ujar abuela gembira.

"Jadi bisakah abuela membantuku memasak?"

"Tentu saja!"

Lalu aku dan abuela mulai memasak sebuah kejutan yang akan kuberikan kepada Hunter. Oke, sebenarnya enam puluh persen abuela lah yang memasak karena kalau bisa dibilang memasak bukanlah keahlianku. Tapi, aku bersikeras untuk membuatkan cake untuk Hunter dengan jerih payahku sendiri. Walaupun kemungkinan rasanya tidak akan seenak masakan abuela atau Hunter yang sudah ahli.

Setelah berkutat selama empat jam, akhirnya kami berdua selesai memasak. Abuela berkata kalau dia akan menginap di rumah temannya walau pun aku sudah mengatakan kalau aku tidak mempermasalahkan kalau abuela ikut makan malam. Tapi abuela bersikeras untuk meninggalkan rumah dan membiarkan kami berdua menghabiskan malam natal ini.

Aku mengunci pintu setelah abuela pergi. Aku menatap jam yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Aku segera menatap ruang makan abuela, tempat kejutan untuk Hunter. Aku sangat menyukai pemandangan ruang makan rumah abuela.

Tepat di sebelah meja makan, kau bisa melihat taman belakang. Aku bisa membayangkan betapa indahnya taman itu pada malam hari, disinari cahaya bulan dan bintang. Seandainya saja sekarang ini bukan bulan Desember – mungkin aku berencana untuk mengadakannya di taman belakang. Tapi sayang aku tidak mungkin makan malam di tengah dinginnya bulan Desember.

Aku segera menggelar taplak meja berwarna hitam dan meletakkan vas bunga tulip putih yang sudah disiapkan abuela di tengah meja. Di samping vas, aku letakkan lilin yang akan kugunakan nanti. Aku menata piring di dua sudut meja dan juga gelas.

Segera setelah aku menata makanan – aku bergegas membersihkan diri. Aku menarik kemeja longgar berwarna biru tua dan celana pendek berwarna putih. Aku memoleskan make up tipis di wajahku. Setelah itu, aku segera menuruni tangga dan mematikan semua lampu dan menyalakan lilin setelah mendengar deruman mobil di depan rumah.

Aku menghela nafas lega karena waktu yang kuperlukan untuk mempersiapkan kejutan itu sesuai dengan kedatangan Hunter. Aku dapat mendengar suara pintu di buka dan Hunter datang ke arah ruang makan dengan mata membelak.

"Apa yang kaulakukan?" tanyanya dengan takjub ketika melihat makan malam yang telah kusiapkan untuknya.

"Mempersiapkan makan malam untukmu?" ujarku dengan ragu–ragu.

Hunter tersenyum dan segera melepaskan coatnya. Ia meletakkan beberapa map di sofa. "Di mana Soraya?" tanyanya kepadaku setelah ia membersihkan tangannya dan duduk tepat di depanku.

"Ah. Abuela bermalam di rumah temannya," ujarku dengan kikuk. "Jadi, mari kita mulai makannya."

Aku segera melahap makananku tanpa memandang Hunter lebih lanjut. Mengapa tiba–tiba aku merasa sangat canggung? Damn, Audrey. Dia pasti akan menyukainya. Mengapa kau sangat tidak percaya diri dengan kemampuanmu?

"Apa kau yang membuatnya sendiri semua ini?" tanyanya, membuatku mengangkat wajahku dan menatap mata abu–abunya. "Karena semua ini sangat lezat."

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang