Tahu tidak bagaimana rasanya jika kamu terbangun di pagi hari dan merasa kalau hari ini akan menjadi hari yang indah dan menyenangkan dan tiba-tiba hari itu menjadi salah satu hari terburuk di dalam hidupmu. Apalagi yang menjadi penyebab hari terburukmu adalah orang yang sudah tidak kau sukai dari awal kau bertatapan mata dengannya.
Tahu tidak bagaimana rasanya ingin memaki, menjambak, dan mengusirnya jauh-jauh agar tidak dekat denganmu atau tunanganmu? Tapi, aku tidak bisa melakukannya karena orang itu adalah mantan tunangan Hunter yang ternyata juga adalah sahabat masa kecil Hunter. Suara tawa Reiko terdengar samar-samar dari ruang keluarga.
Aku menggertakan gigi berusaha menahan emosiku ketika aku membawakan makan pagi ke atas meja dan menatap Reiko yang sedang berusaha berbicara kepada Hunter yang tampak tidak nyaman dengan sentuhan Reiko di lengannya. "Angel. Apa yang kamu masak?" tanyanya segera berdiri. Senyum kemenangan terukir dibibirku ketika merasakan lengan Hunter yang besar memelukku dari belakang dan mencium leherku. Margareth yang baru saja keluar dari dapur tersenyum melihat perilaku anaknya kepadaku.
"Gado-gado," ujarku. Mungkin biasanya, aku tidak akan terlalu nyaman bermesraan dengan laki-laki di tempat umum – tapi keberadaan Reiko membuatku tidak tenang.
Aku sangat membenci Reiko Im.
Aku bisa melihat dengan jelas jika Reiko masih menginginkan Hunter dan dia tidak akan segan merebut Hunter jika memiliki sebuah kesempatan. Aku dapat melihat dari sorot matanya jika ia sedang mengawasi gerak-gerikku dan memperhitungkan cara untuk mengalahkanku. Hanya dalam mimpimu, Im. Selama aku berada di London, aku tidak akan melepaskan Hunter untuk dirimu.
Ekspresi Hunter berubah ketika melihat masakan yang baru saja kubuat dan menatapnya dengan penasaran. Margareth menatap masakanku. "Aku mengingat makanan ini. Terakhir kali aku memakannya saat aku berusia tujuh belas tahun."
Reiko menatapku dengan pandangan membunuh. "Margareth" ujarnya dengan nada manja membuatku memutar bola mataku dengan reflek, Hunter menahan senyumannya melihat kelakuanku. "Bisakah aku menginap di rumahmu selama tiga hari?" tanyanya dengan suara super imut memuakan. "Aku sudah lama tidak mengunjungimu. And I miss you."
Margereth menatapku dan Hunter bergantian meminta bantuan. "Tapi, ruangan di dalam rumah tidak cukup untuk kita semua. Besok Carl dan Aurely sudah pulang."
"Kalian berdua tidak tidur bersama?" tanya Reiko mengacungkan kedua jarinya padaku dan Hunter.
"No, karena dia suka berteriak saat datang," ujar Hunter membuatku terbatuk dan wajahku memerah dengan sendirinya. "Dan kupikir mom tidak akan nyaman kalau kami berdua melakukannya di atap yang sama dengannya. So, I think it was the best we don't share our room." Margareth menahan senyum mendengar ucapan anaknya.
Sekarang semuanya menjadi terlihat lebih nyata. Hunter tidak menginginkan Reiko, tapi wanita itu menginginkan Hunter. " Aku bisa tidur bersama dengan Aurely atau Audrey. Can I?" tanyanya kepada Margareth yang tampak sudah menyerah untuk mengusir Reiko secara halus.
"I don't know. Aurely tidak suka membagi kamarnya dengan orang baru. Audrey?" tanya Margareth dengan wajah meminta maaf.
"Of course."
*******
Hari ini jelas dapat dimasukkan sebagai lima hari terburuk yang pernah kualami sepanjang hidupku. Kehadiran Reiko bagaikan neraka dalam kehidupanku. Margareth lebih memilih mengurusi tamannya daripada bertatapan muka dengan Reiko. Sedangkan aku harus selalu berada dalam satu ruangan dengan wanita pengganggu itu.
Jika saja Reiko tidak selalu menempel pada Hunter dengan senang hati aku akan menjauhi wanita ini. Aku tidak menyukai kelakuannya, perkataannya, bahkan aku membenci seluruh benda yang melekat padanya. Bahkan, pada malam hari pun aku harus tidur dalam satu ruangan dengan Reiko. Hell, apa sebenarnya dosaku hingga harus bersama that bitchy selama tujuh puluh dua jam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...