CHAPTER 12

2.4K 210 1
                                    

"Kamu yakin tidak ada perasaan lebih dalam hubungan bisnis kalian berdua?" tanya Ryan dari seberang telepon.

"Tidak. Aku yakin."

"Lalu kenapa kamu setuju buat bantuan cowok cekep itu?" Aku memutar bola mataku mendengar sebutan Ryan kepada Hunter. "Aku rasa kamu bukan tipe seorang malaikat yang mau bantuin orang tanpa balasan."

"Dia mau menjamin kehidupanku disini, Ryan. Kamu tahu kan seberapa kayanya cowok itu," ujarku berbohong kepadanya. Tidak mungkin, aku bilang kepadanya kalau aku tidak bisa menjauh darinya karena kemungkinan besar aku telah jatuh cinta kepadanya sejak pertama kali melihatnya.

"Kamu bukan cewek matre dan kamu gak pernah kekurangan uang, sweetheart. Jadi berhenti berbohong."

"Oke. Oke. Because he looks like he just stepped out of a photoshoot straight out of a damn GQ magazine. Dan dia punya sesuatu yang bisa bikin aku tidak bisa menolak permintaannya."

Ryan terdiam. Terdapat jeda diantara kami berdua.

"Oke. I know. Tapi kamu tidak jatuh cinta kepadanya, bukan?"

"Tidak!! Kamu harus merasakan sendiri saat melihatnya memohon kepadamu untuk membantunya. Kau juga pasti akan melakukan hal yang sama denganku. Dia bisa menjadi sangat meyakinkan saat menginginkan sesuatu."

Ryan terdiam sesaat. "Ya. Aku mungkin juga tidak akan bisa menolaknya, melihat betapa tampannya seorang Hunter Presscot," ucap Ryan dengan nada mendamba.

"Hentikan pikiran kotormu itu, Ryan!" dengusku pelan sudah menebak ke arah mana imajinasi Ryan.

Ryan tertawa pelan. "Aku tidak mau kamu sakit hati hanya karena kamu jadi punuk merindukan bulan." Shit. Apa dia baru saja bilang kalau kemungkinanku untuk mendapatkan Hunter seperti dibawah nol persen. "Sweetheart kamu baik-baik saja, kan? Aku cuma bercanda. Ada apa sih sama kamu? Biasanya kalo aku ngomong gitu, kamu pasti sudah maki aku."

"No!" ujarku dengan panik. "Aku lagi mikirin buat pertunjukan tiga hari lagi. Makanya aku agak tidak fokus dengan pembicaraan kita."

"Upss. Kayaknya aku sudah ganggu kamu, ya?" Memang. Cepat tutup telepon ini. Aku takut kalau Ryan akan menyadari kalau aku jatuh cinta kepada Hunter karena sahabatku ini mengenalku luar dalam. "Ya sudah deh. Selamat menikmati harimu sama cowok cakep. Bye."

*******

Aku menekan tuts piano tidak beraturan dengan perasaan frustasi. Apa yang akan kamu lakukan, Audrey untuk membuat pria itu jatuh cinta kepadamu? Pikirkan! Thinking! Biar kulihat situasinya. Aku hanya memiliki waktu kurang dari seminggu dan laki-laki itu seperti Dewa yang dikerumuni oleh wanita-wanita yang lebih cantik dariku yang mengantri untuk menjadi pasangannya.

Keuntungan yang kumiliki. Kedua orang tua Hunter sepertinya sangat menyukaiku begitu pula keponakan kecilnya. Dan sekarang, aku memiliki Hunter sepenuhnya untuk diriku sendiri tanpa gangguan wanita lain. Ehm. Hunter juga ingin lebih mengenalku. Hatiku berbunga-bunga mengingat kembali bahwa aku lebih mengenal tentang Hunter Presscot.

Sebuah tanda pesan masuk terpampang di layar handphoneku. Aku tersenyum ketika menyadari pesan itu dari Hunter.

Miss you so much.

Hunter Presscot


Miss you too. Aku rindu kau di sampingku.

A


Aku sangat merindukan sesi ciuman kita.

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang