GREEN EYED GIRL PART I (HUNTER'S POV)

1.2K 85 1
                                    

Kalian tahu bagaimana rasanya kau bangun di malam hari, mendapati ranjangmu kosong dan wanita yang kau cintai tidak berada di sampingmu? Pertama kali, aku terbangun dan mendapati Audrey tidak berada di sampingku – aku berusaha keras untuk tidak langsung berteriak atau berlari – aku menuruni tangga dan memanggil namanya tapi dia tidak berada di rumah.

Amarah segera menggelegar di pikiranku. Dia keluar dari rumah in? Bukankah sudah kubilang dia tidak boleh keluar di rumah ini selama psyo itu masih belum tertangkap? Tapi, dia melawanku. Lagi.

Soraya mencoba menenangkanku mengatakan kalau mungkin Audrey membutuhkan ruang untuk berpikir. Soraya mencoba menelepon handphone Audrey yang nomornya sudah kugantikan dengan nomor Madrid, tapi Audrey terdengar dari atas kamar – berarti dia tidak membawa handphone bersamanya.

Amarahku berubah menjadi khawatir karena dia tidak pulang walau pun jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam yang artinya dia sudah keluar selama dua jam. Bahkan Soraya sudah tidak lagi berusaha menenangkanku tapi dia sudah terlihat ingin menangis.

Tanganku bergetar ketika memencet sebuah nomor di handphoneku. "Liam, kumohon kau segera datang ke Madrid sekarang," ujarku dengan suara bergetar.

"Hunter.." ujar sepupuku dengan bingung. "Aku berada di Spanyol juga dan kau dimana?"

"Rumah Soraya."

"Aku akan sampai disana dalam beberapa jam," ujarnya menutup teleponku. "Dan jangan pergi kemana–mana sebelum aku sampai disana."

Aku tidak perlu memberitahunya dimana rumah Soraya karena Liam hampir mengetahui segelanya tentang Audrey setelah aku meminta pertolongannya untuk menemukan Audrey di Jakarta ketika kami berdua berpisah.

Pukul dua belas malam dan Audrey belum juga kembali. Aku yakin seratus persen kalau Audrey bukan sekedar berjalan–jalan lagi tapi ada sesuatu yang terjadi dengannya. Aku mendengar suara pintu diketuk dan seperti robot aku membukanya – menemukan sepupuku sedang menatapku dengan wajah dinginnya.

Aku melihat Soraya duduk di ujung sofa berusaha menjelaskan kepada polisi tentang hilangnya Audrey, tapi tentu saja mereka tidak bisa melakukan pencarian sebelum dua puluh empat jam dilalui.

Aku mengusap rambutku dengan frustasi dan aku mendengar suara geramanku ketika merasa ada sesuatu yang menghilang dari jiwaku. "Apa yang terjadi? What's wrong?" tanya Liam menatapku dengan mata hitam dinginnya.

"Dia menghilang dari tadi sore," ujarku pendek.

"Ceritakan kejadiannya!" perintahnya kepadaku tapi aku hanya diam tidak bisa memikirkan apapun kecuali Audrey.

Aku mendengar Soraya mengambil ahli tugasku dan menjawab semua pertanyaan Liam. Aku merasa ada sesuatu yang meremas jantungku dan aku yakin jika ada sesuatu yang terjadi dengan Audrey, aku tidak akan bisa hidup.

Ketika aku merasa diriku mulai tenggelam dalam kegelapan, aku meraskan Audrey di hatiku dan aku kembali lagi dalam realita. Aku ingin berteriak, memukul, meninju, menghancurkan sesuatu tapi itu perilaku yang tidak boleh kulakukan sekarang. Jika tempramen menguasaiku sekarang, aku tidak akan bisa menyelamatkan Audrey sekarang. Ketika aku berhasil menangkap Freddy, aku berjanji akan menyiksanya terlebih dahulu dan baru memasukkannya ke penjara.

Ruangan ini dipenuhi dengan pembicaraan yang sangat pelan. Liam berusaha menelepon salah satu bawahannya dan Soraya sibuk menelepon seorang dokter yang waktu dulu mengecek mayat palsu Freddy. Setelah menelepon Liam mengecek data–data yang dikirim oleh bawahannya melalui Ipadnya.

"Hunter," ujarnya pelan membuatku menoleh ke arahnya. "Lebih baik kau beristirahat terlebih dahulu. Tidak ada yang bisa kita lakukan pada hari ini tapi kau memerlukan semua energimu untuk besok."

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang