CHAPTER 41

78.3K 3.4K 140
                                    

INSPIRASI GW YG JADI HENRY PRESSCOT >>

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mataku mulai membuka setalah aku terbangun dari tidur yang paling melelahkan seumur hidupku. Reflek aku berasumsi kalau aku terbangun di kamarku, dalam rumahku dan berada di pelukan Hunter – dan ketika mataku mulai terbuka, aku melihat sekitarku dan melihat ruangan yang tidak kukenali.

Aku segera duduk di atas kasur, menatap dan memperhatikan sekeliling ruanganan ini. Ruangan ini tampak seperti penjara bawah tanah. Matras keras, tempat yang sekarang kududuki terlihat kusam sepadan dengan dinding sel yang terbuat dari batu abu–abu. Semua ruangan ini terdiri dari warna abu–abu, termasuk meja besi dan kasur di pojok ruangan yang merupakan satu–satunya perabotan di tempat ini.

Kejadiaan mengerikan itu kembali lagi dalam ingatanku dan aku berusaha mengatur nafasku karena aku sendiri merasa kalau diriku sulit bernafas karena ketakutan.

Oh, my God. I've been kidnapped.

Dua orang gila itu berhasil menangkapku, menculikku, memasukkan dan mengunciku di dalam apa pun tempat ini. Mungkin aku akan mati. Mungkin mereka akan menempatkanku dalam suatu ruangan dan mereka berdua akan menyiksaku habis–habisan.

Tidak seharusnya aku berada di sini. Tidak seharusnya, aku berhasil ditangkap oleh kedua orang gila itu. Seharusnya, aku berada di atas kasur ranjangku yang empuk dan di pelukan Hunter Presscot. Bukan berada di matras keras dan memeluk diriku sendiri.

Penyesalan selalu datang terlambat. Aku menyeringai ketika mendengar kalimat itu diotakku. Fuck. Aku akan mencari cara untuk keluar dari tempat ini dan kembali pada Hunter. Dan aku berjanji kepada siapapun yang akan mendengarkannya kalau aku tidak akan pernah lagi meremehkan perintah Hunter Presscot atau menuruti kata hatiku yang masih labil.

Aku mnyentuh hidungku dan segera menyesalinya karena ketika tanganku menyentuhnya – aku hampir saja berteriak karena itu terasa sakit hingga air mataku keluar dengan sendirinya. Shit. Aku teringat ketika pria itu memukul hidungku. Aku merasakan rasa nyeri pada hidung dan wajahku – bekas perilaku buruk kedua orang gila itu.

Panik segera merayapiku ketika kesunyian mencengkarmkan ini segera tergantikan germicing pintu yang terbuka, membuat suaranya tampak mengerikan bagiku saat ini. Otomatis aku terlonjak dan mendorong tubuhku pada dinding, sehingga punggungku menempel dan menjauh dari sosok itu yang masih tidak kuketahui – apakah dia Freddy atau Drake.

"Morning, Audrey." Suara itu adalah suara Freddy. Dia menyapaku dengan senyuman menjijikan. Aku mengingatkan diriku untuk terus merapatkan diriku pada dinding dan tidak menggerakan sedikit pun ototku. Dia berjalan mendekati kasur dan aku merasa diriku semakin menempelkan tubuhku pada dinding dan aku merasa kalau punggungku akan terasa sakit nantinya.

Aku mengembuskan nafas ketika Freddy mengangkat tangannya dan aku berpikir dia akan menamparku seperti beberapa waktu lalu atau meninjuku lagi seperti yang dilakukan Drake. Tapi, dia mengeluarkan tangannya dari balik punggungnya dan terdapat sebuah piring dengan dua roti berada di atasnya.

Aku menatap piring itu dengan tidak percaya dan menatapnya dengan curiga. Dia masih tersenyum kepadaku, tatapan mata hitamnya tampak geli dan tidak normal. "Aku tidak meracuni atau memberi apapun yang ada dipikiranmu pada makanan ini, kau telah tidak sadar beberapa saat. Kau lebih baik makan sesuatu." Dia memberitahuku, dan mendorong piring itu ke arahku. Aku mengambil piring itu tanpa melepaskan tatapan matanya kepadaku. "Tidak ada kata–kata terima kasih?" Dia bertanya, dan tersenyum.

Aku ingin membunuhnya. Aku ingin menyiksanya. Aku ingin menghapus senyum menjijikan itu dari wajahnya. "Dalam mimpimu," ujarku penuh rasa kebenciaan.

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang