"Help me!" rintih sebuah suara di telingaku. Aku mengerjapkan mataku dan menemukan seorang wanita tengkurap di sebuah ranjang. Aku hendak berdiri dari kursiku ketika aku menyadari bahwa kakiku telah dirantai di tempat itu. Kegelapan ruangan ini tidak memungkinkanku untuk menatap wajah wanita yang meminta pertolonganku.
"No, please stop it..." isak sebuah suara lainnya.
Seseorang membuka lampu hingga membuat ruangan ini tidak lagi gelap. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menemukan pria yang telah menyetubuhiku sekarang sedang menyetubuhi seorang wanita. Gadis kecil bermata hijau itu terlihat memohon kepada pria itu.
Aku berteriak ketika pria itu mencekik leher wanita yang merintih kesakitan itu sambil melakukan perbuatan jahanamnya. Aku tidak bisa melihat wajah wanita itu karena rambut hitamnya menutupi wajahnya.
Teriakan wanita itu begitu melengking memilukan, lalu dan hanya isakan tangisan gadis kecil itu yang terdengar. Pria itu melepaskan bagian tubuhnya dari wanita tidak bernyawa itu dan mengangkat wajahnya. Aku tercekat ketika menemukan wajah pria itu adalah wajah pria dari masa laluku. Pria yang selalu menjadi mimpi burukku. "You can't help her," ujarnya menyeringai menatapku.
Sebuah isakan tangisan membuat perhatianku tertuju pada gadis kecil bermata hijau tersebut tapi bukan gadis kecil itu yang berada di sana melainkan seorang wanita yang sudah sangat kukenal. "Why don't you help her?" ujar Alexa dengan marah. "Look at her! She is die."
Pria itu sudah berganti wajah menjadi wajah Freddy Collins – mengangkat wajah wanita itu dan aku berteriak ketika menatap wajah Audrey yang penuh dengan luka – tidak benyawa.
*******
"AUDREY..." Aku terbangun sekali lagi dengan mimpi buruk dengan masa sekarang bercampur dengan masa laluku. Jantungku berpacu dengan cepat ketika mengingat mimpiku kembali.
Tidak. Tidak. Dia pasti akan baik–baik saja. Itu hanya mimpi buruk, semuanya mimpi buruk. Aku menatap jam yang baru menunjukkan pukul empat pagi. Kepalaku terasa sangat berat setelah hanya beristirahat selama dua jam. Aku dan Henry mencari berjam–jam di luar dengan udara sangat dingin dan tidak menemukan hasil sama sekali.
Kami bertanya kepada orang–orang yang berjalan, mencari hampir seperempat kota Madrid – setelah pukul satu pagi aku hampir bertengkar dengan seorang pria Spanyol yang sedang mabuk dan Henry memutuskan kalau lebih baik kami pulang ke rumah, melanjutkan pencarian nanti siang lagi.
Aku keluar dari kamar dan memutuskan untuk tidak kembali lagi tidur. Hell. Aku tidak akan tidur dengan mimpi buruk yang sama dua hari berturut–turut. Melihat Audrey meninggal dalam mimpi mampu membuat duniaku serasa musnah.
Wajah pria bernama Freddy Collins itu entah mengapa membuatku selalu teringat dengan pria iblis dari masa laluku.
"Tidak bisa tidur?" tanya sebuah suara lembut. Aku menemukan Alexa berada di dapur dalam keremangan, memegang sebuah gelas dan sebatang rokok di tangannya. Aku mengangguk dan duduk di seberangnya. "Mau?" tanyanya menawariku vodka yang sedang diminumnya dan bungkusan rokok.
"Mengapa kau tidak tidur?" tanyaku menuang vodka dalam gelasku dan menolak rokok yang ditawarkannya. Aku sedikit terkejut melihat wanita di depanku ini ternyata adalah seorang perokok. Audrey tidak pernah sedikit pun bercerita kalau sahabatnya merokok.
"Mimpi buruk," ujarnya dengan enggan. Kami meminum minuman kami dalam diam. "Apa kau sama?" Aku mengangguk dengan artian tidak ingin menceritakan tentang mimpi burukku. "Tidak ingin menceritakannya?" tanya Alexa dengan lembut
"Aku..."
"Tidak perlu!" ujarnya menghentikan ucapanku lalu menghisap rokoknya dengan mata terpejam tampak menikmati. "Aku akan menceritakan tentang mimpi burukku. Aku selalu mimpi tentang masa kecilku hanya sekarang sudah sangat berkurang, baru hari ini aku memimpikannya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...