Aku menatap mata Chris beberapa detik sebelum akhirnya memencet nomor handphone Hunter. Otakku berpikir dengan keras untuik mengatakan tempat keberadaan kami tanpa Chris sadari.
"Presscot," ujar sebuah suara yang sudah sangat kurindukan. Jantungku berdetak dengan kencang mendengar suaranya. Suara Hunter Presscot terdengar serak. Apa dia sakit? "Hello? Siapa ini?" tanyanya menghembuskan nafas panjang tampak lelah. Pengelihatanku mengabur karena air mataku. Haruskah aku mengatakannya. Aku menatap Chris menempatkan sebuah pisau pada leher Kate. "Audrey... Audrey."
"Hunter," ujarku pelan berusaha menahan tangisanku.
"Audrey, apa kau baik–baik saja?" tanyanya dengan panik.
"Aku baik–baik saja."
"Kau dimana? Aku akan menjemputmu."
Aku terdiam. "Hunter, jangan cari aku lagi."
"Apa maksudmu?" tanyanya bingung. "Apa kau sedang diculik? Apa psyco gila yang terobsesi denganmu mengancammu dan menyuruhmu mengatakan semua ini?"
"Hunter, kumohon," ujarku dengan suara bergetar menahan isak tangisku.
Freddy mengambil handphone Chris dari genggamanku. "Dengar, Presscot. Kau akan berhenti menyuruh anggota FBI atau polisi untuk mencariku atau kalau tidak kau akan melihat apa yang akan terjadi dengan tunanganmu."
Chris meraung dengan marah ketika mendengar Freddy mengatakan kata 'tunangan.' Aku dapat mendengar umpatan Hunter. "Collins, aku bersumpah akan membunuhmu ketika aku mendapatkanmu."
Freddy tertawa geli. "Aku akan membunuh Audrey terlebih dahulu sebelum kau berhasil membunuhku." Mata hitamnya lalu menatapku dengan gelap. "Aku akan tahu kalau kau masih belum mencabut laporanmu. Partnerku berteman baik dengan orang dalam pihak FBI."
Chris mengangguk kepada Anna dan memberikan ancungan jempol kepadanya. Anna mengangguk dengan wajah datar. "Nah, aku berikan kau satu kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada...ah... mantan tunanganmu."
"Aku berjanji pasti akan menemukanmu, " ujarnya dengan suara tercekat. "Tapi, aku sama sekali tidak...."
"Hunter," ujarku memutuskan apapun yang akan dikatakannya karena sekarang aku yakin Anna ada di balik ini semua.
"Audrey..." Aku bisa mendengar suaranya bergetar ketika menyebutkan namaku.
"Jangan mencariku lagi, kumohon. Aku tidak ingin mereka membunuhku." Dan, dalam hati aku berdoa semoga dia menyadari semua perkataanku yang melantur. "Biarkan kenangan terakhir kita saat berkencan di sekitar mansion dengan gondola sebagai kenangan terakhir kita berdua. Jika kau sedih kau bisa mengunjungi tempat itu. Sampai bertemu di lain waktu Hunter."
Aku mematikan sambungan telepon sebelum Hunter mengatakan apa pun. "Good job, Audrey," ujarnya bertepuk tangan dengan senyum memuakan. "Dan, Anna. Terima kasih karena kau sudah memperingatiku kalau polisi dan beberapa anggota FBI mulai mencari Freddy lagi."
"Kita adalah partner Chris," ucap Anna dengan dingin. "Partner bukankah harus saling membantu?"
Chris menganggukan kepalanya dengan puas. "Nah, sekarang bagaimana kalau kita menyelesaikan urusan kita lagi, Audrey."
*******
Tidak ada lagi ketakutan ataupun keraguan ketika aku menatap mata hitam Chris. Sebentar lagi Hunter akan menyelamatkanku dan dia tidak akan dapat menyentuhku lagi. "Freddy, kau bisa berjaga di pintu depan!" ujar Chris.
"Mengapa aku harus menjaga di depan?" tanya Freddy dengan jengkel. "Sudah ada beberapa bawahanmu disana."
"Sebentar lagi Presscot akan datang kemari," ujar Chris tanpa mengalihkan tatapannya dariku. "Dia memberitahunya. Kau pikir aku orang bodoh, Audrey?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...