Hal yang pertama yang kulihat adalah gelap. Ruangan ini sangat gelap. Chris mendorongku untuk segera masuk ke dalam ruangan itu. Lalu aku mendengar suara kunci. Bau bunga lavender segera memenuhi penciumanku dan tidak beberapa lama kemudian keseluruhan ruangan ini terlihat dengan jelas setelah Chris menyalakan lampu.
Mataku membelak ketika melihat isi dari ruangan ini. Dinding yang kurasa pada awalnya berwarna putih sudah tertutupi dengan berbagai macam warna dari foto. Seluruh dinding di ruangan ini tertutup oleh berbagai macam foto yang di tempel di atasnya. Aku menatap foto–foto itu dengan cepat dan aku menyadari sembilan puluh persen objek dari foto itu adalah diriku sendiri.
Aku menemukan fotoku berumur sepuluh tahun saat sedang menangis. Foto aku berumur tujuh belas tahun saat menggunakan seragam putih abu–abu sehabis pulang sekolah. Fotoku saat bergandengan tangan dengan Ryan. Foto saat aku menghadiri pemamakan mom dan dad. Foto saat aku memeluk Alexa di tempat kuliah. Hingga foto saat berlari pagi dengan Hunter.
"Kau menyukainya?" bisik Chris memelukku dari belakang. Aku menggigit bibirku berusaha untuk tidak menyingkirkan tangannya dari perutku. "Aku mulai memujamu saat kau berumur sembilan tahun dan dari foto–foto inilah aku mampu bertahan hidup dengan tidak memilikimu disampingku. Kau menyelamatkanku saat kau masih kecil. Kau membuatku ingin bertahan hidup dengan suara tawamu. Kau penolongku!
Keringat dingin mulai menetisi dahiku ketika melihat foto–foto itu. Pri ini. Pria disampingku ini benar–benar terobsesi denganku. Beberapa hari ini aku selalu bertanya–tanya dalam hati mengapa dia menculikku dan begitu terobesesi denganku. Selama ini otakku selalu berpikir apa yang membuatnya terobsesi kepadaku? Dan, aku hanya memikirkan ucapan Anna yang memang benar, karena pria ini tidak punya otak. Karena Chris adalah orang gila.
"Ini hanya sebagian dari foto yang kukumpulkan. Aku membuat replikanya saat datang kemari karena aku ingin membuatkan kejutan untumu," bisiknya pelan di telingaku. "Aku akan memperlihatkanmu 'Studio Audrey' sesungguhnya yang berada di rumahku. Kau pasti akan menyukainya."
Mataku berhenti ketika menatap foto sebuah mobil yang sudah hancur lebur yang sudah sangat kukenal. Tanpa dapat kutahan, tubuhku bergerak untuk mendekati foto itu. Mataku melebar ketika mengenali mobil siapa itu dan artikel koran di sampingnya membuatku meyakini dugaanku.
"Ini... mobil.. siapa?" tanyaku dengan suara bergetar. Tuhan, kumohon biarkan dugaanku salah. Jangan bilang....
Chris mendekatiku dan menatapku dengan wajah serius, tapi matanya masih terlihat sangat bahagia. "Mobil Kevin dan Elanour Kosasih?" ujarnya dengan mata menerawang. "Mobil kedua orang tuamu."
"Kau membunuh mereka?" tanyaku dengan nada suara lebih kuat, walau pun tidak demikian dengan isi hatiku yang sudah ingin menangis dan putus asa.
Chris mengangguk perlahan. Wajahnya tidak memperlihatkan ketakutan, malu atau sedih – hanya terlihat dingin dan bangga. "Mereka pantas mendapatkannya," ujarnya merajuk. "Mereka membuatku tidak bisa menyentuhmu selama ini. Jadi aku harus menyingkirkan mereka."
Jantung berdetak dengan kencang ketika mendengar suara iblisnya berbicara. Air mataku sudah menetesi pipiku. Aku berjalan mundur untuk menjauhinya. "Kau menyuruh Freddy untuk mendekati Kate?" tanyaku dengan putus asa dan jijik, menanyakan pertanyaan itu untuk memastikannya sekali lagi.
Chris sekali lagi mengangguk dan kali ini dia tampak sedih. "Pada awalnya kami akan menggunakan Katherine untuk mendekatimu tapi sayangnya rencana itu gagal."
Oh, Tuhan. God. God. Mengapa ada orang seperti dia dilahirkan di dunia ini? Dia tidak sedih karena telah menyakiti orang, tapi dia sedih karena dia gagal mendapatkan apa yang dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...