CHAPTER 5

168K 4.8K 47
                                    

AUDREY KOSASIH>>

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Apa yang biasanya wanita normal kenakan saat kencan mereka? Sejak dulu, aku tidak pernah memiliki sahabat wanita dan gambaran Alexa, satu-satunya sahabat wanitaku saat berkencan juga tidak banyak membantu. Delapan puluh persen pakaian yang digunakan Alexa adalah kaos dan celana jeans dan dia masih tampak cantik dengan semua pakaian tidak bermodel itu.

Aku berusaha mencari di internet apa yang dilakukan para artis atau model saat mereka berkencan dengan pacar mereka. Terima kasih internet karena berhasil membantu memecahkan masalahku.

Aku memilih mengenakan celana ketat berwarna hitam, tank top berwarna hitam, dan jaket kulit berwarna merah maron. Sepatu ankle boot berwarna hitam mampu membuat tubuhku menjulang lebih tinggi dan aku memperkirakan tinggi badanku dengan mengenakan ankle boot berada di batas telinga Hunter.

Di berkatilah tinggi tubuhku karena tidak terlalu pendek layaknya wanita Asia kebanyakan karena aku bersumpah Hunter memiliki tinggi seperti pemain basket. Terima kasih mom, karena darah Spanyol yang mengalir di tubuhku – membuat tinggi badanku menjadi normal di kalangan orang Eropa.

Aku memutuskan untuk mengenakan sedikit make up, hanya bedak, lip gloss, dan maskara. Rambutku kubiarkan terurai, menampilkan ikal di ujungnya. Saat aku melihat kaca, aku cukup puas dengan penampilanku – walaupun, aku terlihat sedikit seperti remaja yang akan pergi ke konser rock. Pakaianku tidak terlalu terbuka seperti yang diinginkan Hunter, tapi juga tidak terlalu tertutup hingga masih dapat memperlihatkan lekuk tubuhku.

Aku mulai mengumpulkan barangku untuk dimasukkan ke dalam tasku, ketika aku mendengar suara ketukan pintu. Aku buru-buru menutup tasku dan membuka pintu menemukan Hunter Presscot berdiri di depan pintu dengan penampilan yang sangat mengagumkan. Sweater lengan panjang dengan leher V berwarna hitam, celana khaki berwarna cokelat muda dan rambut cokelatnya tampak berntakan.

"Apa kau sudah selesai meneliti penampilanku?" tanyanya membuat mataku mengalihkan perhatian dari tubuhnya ke arah matanya yang menatapku dengan tatapan puas.

Aku dapat merasakan wajahku yang mulai memanas. "You look not bad," ujarku berusaha mengendalikan getaran pada suaraku.

"And you look so stunning." Dia tersenyum setengah miring membuat detak jantungku berdetak dengan kencang. "Apa kita pergi sekarang?" tanyanya kepadaku. Aku mengangguk dan mengunci kamarku.

*******

Perjalanan menuju gedung bioskop terasa sangat canggung pada awalnya. Kami berdua tidak tahu bagaimana cara pasangan normal berpacaran? Jantungku terasa berdetak dan keringat dingin membasahi tanganku. Ketika aku masuk ke dalam mobilnya seketika aku tahu kalau dia tidak menyukai menceritakan tentang dirinya kepada orang lain dan begitu pula denganku. Ini tidak akan berhasil.

Tapi aku berusaha menekan ketidaknyamananku dan berusaha untuk mengajaknya berbicara untuk lebih mengenal dirinya. "Apakah kita akan diam terus selama perjalanan? Kupikir kita melakukan eksperimen ini untuk saling mengenal satu sama lain."

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan," ujarnya dengan suara canggung.

Aku sedikit terkejut mendengarnya dan untuk pertama kali aku melihatnya dengan lebih jelas – kecanggungan di seluruh gestur tubuhnya. Aku tersenyum tidak membayangkan pria dalam mobil ini adalah pria yang sama ketika aku pertama kali bertemu pandang dengannya pada saat di City Hall. Sikap percaya dirinya tergantikan dengan sikap canggungnya. Dan itu semakin membuktikan kalau dia hanyalah pria biasa.

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang