"Jelaskan semuanya padaku sekarang juga! Apa yang kalian lakukan?" tanyaku kepada mereka berdua yang sekarang sedang duduk berdampingan di depanku yang untungnya sudah mengenakan pakaian.
Alexa tersenyum gugup. "Seperti yang sudah kamu lihat. Kami sedang melakukan..."
Aku mengangkat tanganku, memberi tanda kepada Alexa untuk tidak melanjutkan perkataannya lagi. Tidak pernah terbayangkan sedikitpun di dalam pikiranku, aku akan merasa jijik dengan kata sex.
"Sejak kapan kalian melakukan kegiatan. Er... S... itu?" tanyaku berusaha menahan ludahku.
"Maksudmu sex?" tanya Alexa, memutar bola matanya tampak geli mendengarku bersusah payah mengatakan kata sex. Iyuh... Sebenarnya, aku bukan orang polos yang merasa malu ketika membahas tentang sex, tapi kalau yang melakukannya adalah kedua sahabat baikku. Aku merasa sangat jijik.
"Aku tidak ingat kalau kamu adalah seorang gadis polos yang bahkan nggak bisa mengatakan kata sex!" ujar sebuah suara bariton.
"Shut up, Ryan!" bentakku kepadanya. Aku berusaha menenangkan pikiranku, ketika menghadapi kenyataan jika Ryan dan Alexa memiliki hubungan intim – entah, sudah berapa lama. "Oh, damn! Sejak kapan kalian melakukan 'itu'?"
"Maksud kamu sejak kapan kami melakukan hubungan sex?" tanya Ryan, sengaja menggunakan kata sex karena dia tahu betapa sangat menjengkelkannya kata itu di telingaku saat ini. Aku menatapnya dengan tatapan membunuh. "Hmmm. Mungkin sejak satu tahun yang lalu, entahlah aku tidak terlalu mengingatnya." Ryan mengrenyitkan dahinya, tampak berpikir. "Apa kamu masih ingat Alexa sejak kapan kita berhubungan sex?"
Aku menggingit bibirku dengan ngeri, melihat betapa santainya mereka berdua ketika membahas tentang perbuatan s- mereka. "Kurasa memang sejak satu tahun yang lalu," ujar Alexa dengan santai.
"Holy toast!" sahutku dengan marah.
"Holy toast?" tanya Alexa dan Ryan bersamaan dengan wajah menahan tawa, tapi aku tidak menghiraukan candaan mereka berdua. Masalah ini sangat serius.
"Bukankah kau adalah seorang gay? Dan kau sedang dekat dengan siapapun namanya pria mantan tunangan Diana?" tanyaku menunjuk Ryan. "Dan bukankah kau berhubungan dengan Henry Presscot?" tanyaku kepada Alexa.
"Hey, aku belum mengumumkan diriku sebagai gay tapi bisexsual yang artinya aku masih tertarik dengan makhluk yang memiliki vajajay, " tanya Ryan dengan bingung kepada Alexa bersamaan dengan ketika Alexa mengatakan 'aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Henry.'
Aku memutar mataku dengan jengkel. "Kau, Ryan! Jawab pertanyaanku terlebih dahulu!" pintaku kepadanya.
"Aku putus dengan pria itu," ujar Ryan.
"Dan aku tidak memiliki hubungan dengan Henry," balas Alexa dengan jengkel.
"Bagaimana ceritanya kamu bisa memiliki hubungan dengan Henry Presscot?" tanya Ryan bingung menatap sahababatnya atau mungkin juga pacarnya. Entahlah, aku masih belum mengerti hubungan mereka berdua.
"Hanya masa lalu yang tidak ingin kubicarakan," ujar Alexa dengan nada final yang mampu membuat Ryan tidak mengatakan apapun lagi.
Sebentar! Mereka melakukan kegiata s- ini sejak satu tahun yang lalu. Bukankah pada saat itu Ryan sedang berpacaran dengan Diana dan Alexa sedang berpacaran dengan Aldi? "Alexa bukankah kau baru putus dari Aldi. Jadi selama ini yang dikatakan oleh Aldi benar? Kalau kalian berdua ber..." Aku bahkan tidak sanggup mengatakan apapun lagi karena kecewa melihat perilaku mereka berdua. Aku paling tidak sanggup melihat perselingkuhan karena menurutku lebih baik kau memutuskan pacarmu daripada berselingkuh di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...