Trece

583 46 2
                                    

Kesal, adalah satu kata yang bisa Kimora rasakan sekarang karena setelah bersusah payah memanjat dinding sekolah, ia kehilangan laki-laki tadi. Sekarang apa yang akan dilakukannya di luar sekolah seperti ini? Ia benar-benar terlihat seperti orang bodoh sekarang.

Semua orang yang berjalan melewatinya, memperhatikan dirinya dari atas hingga bawah. Lalu, mereka akan lanjut saling berbisik seolah sedang membicarakan dirinya. Kimo tidak mengerti kenapa orang-orang melihat dirinya dengan pandangan yang begitu aneh. Ia berusaha untuk tidak peduli dan berjalan tak tentu arah melewati toko-toko yang dipenuhi dengan kaca. Ketika berjalan melewatinya, tak sengaja ia melihat bayangan dirinya di sana. Akhirnya ia mengerti kenapa semua menatap dirinya dengan tatapan aneh. Ia terlihat sangat kotor. Wajahnya hitam-hitam, begitupun dengan seragamnya.

"Oh shit" kesalnya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak mungkin dia berkeliaran di luar seperti ini. Akhirnya ia memilih untuk berjalan pulang.

***

"Oh nona muda sudah pulang. Mau disiapkan makan siang?" tanya salah satu asisten rumah tangganya ketika ia baru saja pulang.

"Tidak usah, saya juga akan pergi" jawab Kimo dengan datar, ia berjalan dengan pandangan lurus ke arah kamarnya. Walaupun Kimo berkata seperti itu, asistennya itu tetap menyiapkan makanan untuk Kimo.

"Kalau begitu biar saya siapkan air panas beserta pakaian nona" Kimo berhenti dan menoleh ke arah asistennya itu ketika asistennya menawarkan bantuan. Ia berpikir sejenak, kemudian berjalan begitu saja untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Pikirannya kosong, ia tidak memikirkan apa-apa. Ia menutup mata dan membiarkan dirinya larut dalam ketenangan. Dalam hati ia berkata, tidak bisakah ia terus merasa tenang seperti ini?

Tiba-tiba terdengar suara dentingan pelan dari hpnya. Sebuah notifikasi terlihat dari salah satu aplikasi chatnya. Nama Kemi tertera di sana lengkap dengan pesan yang dikirimkannya.

Kemi : Baraq ke Indonesia. Jauhi dia, Kim

Pesan itu masih saja tertera di layar hp Kimo, tetapi sang pemilik belum menyentuh hp tersebut. Ketika suara dentingan mulai terdengar kembali dan terus saja terdengar berturut-turut, Kimo mulai menggerutu.

Tanpa membuka matanya, ia meraih hpnya dan mematikan hpnya agar ia tidak merasa terganggu. Kimo tidak membaca pesan peringatam tersebut.

Ketenangannya sudah berakhir, ia pun menggerutu. Ia langsung bangun dan melepaskan semua pakaiannya. Dengan ketidakpeduliannya, ia melempar pakaiannya ke sembarang arah. Ia hanya berpikir, toh nanti asistennya akan membersihkan kekacauan yang ia buat di kamarnya sendiri. Ia pun meraih handuk dan segera membersihkan tubuhnya.

"Non, kalau makan itu semangat dikit. Biar enak gitu diliat" kata asisten rumah tangganya yang sudah berkepala empat yang hampir berkepala lima itu. Kimo menatap ART nya itu dengan tatapan datar membuat ART nya yang sebenarnya memiliki nama Mbok Sum itu jadi merasa canggung dan bersalah.

Sejak awal Kimo tidak menyukai ART nya itu. Sikapnya yang sok akrab dan aura keibuannya yang menyebar kemana-kemana, membuat Kimo merasakan kehadiran bundanya untuk sesaat. Namun, realita menamparnya begitu keras. Bundanya tidak ada. Kimo tidak menyukainya.

"Lanjut aja makannya, Non. Maaf kalau mbok ngeganggu" ucap Mbok Sum pada akhirnya karena tidak tahan ditatap datar oleh anak majikannya.

Sementara Mbok Sum menyibukkan dirinya dengan berbagai cara agar dirinya tidak mengganggu Kimo, Kimo pun kembali memain-mainkan hpnya. Sebenarnya tidak ada yang akan dimainkannya di dalam hpnya dan sebenarnya itu hanya kedok agar Mbol Sum tidak mengajaknya berbicara.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang