Kimo memarkirkan mobilnya di tepi jalan rumah besar mewah tingkat dua itu. Kimo memeriksa map nya, lalu kembali menatap ke arah rumah besar itu.
"Sepertinya benar," gumam Kimo dengan dirinya sendiri.
Dengan cepat Kimo membuka kolom pesannya dengan Rafael. Ia ingin memberitahu laki-laki itu bahwa ia sudah sampai. Kimo bergegas mengambil tasnya yang terletak di samping. Ia pun keluar dan berjalan tanpa menyadari ada seseorang yang ia kenal baru saja melewatinya dengan mobilnya. Sungguh permainan takdir yang lucu.
Kimo membuka pagar rumah tersebut. Ia sedikit terkejut ketika menemukan banyak sekali motor dan mobil yang terparkir di halaman rumah besar tersebut. Apa-apaan ini? Apakah ini rumah atau forum kendaraan?
"Kim," panggil Rafael sambil menyapa dengan begitu hangatnya.
Tanpa ekspresi seperti biasa, Kimo berjalan mendekat menghampiri Rafael. Ia mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri, kemudian berakhir ke Rafael. Kimo terlihat penasaran dengan tempat yang ia kunjungi.
"Tempat apa ini?" tanya Kimo.
"Ini markas geng gue, Solar System."
Kimo tertawa meledek, "Solar System? Kalian menjual bensin atau apa?"
Wajah Rafael berubah kesal seketika. "Kami bukan anak pertamina."
Kimo menggelengkan kepalanya, menertawakan nama geng Rafael yang konyol dan tidak masuk akal. Entah apa makna yang terdapat dibalik nama itu, tapi tetap saja terasa aneh ketika mendengarnya.
"Tunjukkan jalannya," pinta Kimo.
Rafael menghela napas, laki-laki itu masih kesal dengan ledekan Kimo. Walaupun begitu, ia tetap menunjukkan jalan menuju ruangan Sena.
Kimo lagi-lagi mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Banyak sekali orang di sana. Benar apa yang dikatakan Rafael, tempat ini adalah markas.
"Waw siapa lagi ini?" tanya Adang yang lagi-lagi tidak sengaja lewat.
"Temen gue, dia mau ketemu sama Sena."
Adang berdecih. "Banyak amat bule yang mau ketemu Sena."
Kimo menajamkan matanya ke arah Adang, membuat laki-laki itu terperanjat dan jadi takut-takut menatap Kimo.
"Jangan pernah panggil gue dengan sebutan itu," kata Kimo dingin.
Rafael jadi tidak enak, ia merasa canggung terlebih dengan suasana permusuhan yang diciptakan oleh Kimo.
"Udah-udah. Mending kita langsung ke Sena aja. Ruangannya yang pintu coklat itu." Rafael menunjuk pintu yang dimaksud. Kimo kemudian berjalan duluan dan Rafael mengikuti di belakangnya. Dari belakang, Rafael meminta maaf kepada Adang atas sikap permusuhan yang ditimbulkan oleh Kimo.
Rafael mengetuk pintu tersebut terlebih dahulu, kemudian ia membukanya dan membawa Kimo masuk ke dalam ruangan tersebut. Rafael dapat melihat Sena yang sedang minum seraya menatap layar komputernya dengan serius. Pandangan Sena perlahan berganti mengarah ke dirinya dan Kimo. Tidak diduga sama sekali, Sena menyemburkan isi mulutnya dan malah menatap terkejut ke arah dirinya dan Kimo.
Ada apa dengan Sena? Batin Rafael bertanya-tanya.
"Sen, ini temen gue yang mau ketemu sama lo. Namanya Kimo," ucap Rafael memperkenalkan.
Kimo maju mendekat ke arah Sena, lalu mengulurkan tangannya. "Gue Kimo. Senang bertemu dengan lo." Kimo berucap lengkap dengan senyum miringnya.
Sena berdehem, kemudian mengedipkan matanya berkali-kali untuk menormalkan dirinya. Sena harus bisa mengendalikan diri dari keterkejutannya yang tidak terduga. Sena tidak boleh seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Teen FictionTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...