Veintinueve

410 29 23
                                        

PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau disaksikan. PTSD termasuk kategori gangguan kecemasan yang membuat penderitanya tidak bisa melupakan atau sebaliknya tidak mau mengingat pengalaman traumatis tersebut, serta berpikir negatif terhadap diri sendiri dan dunia sekitarnya.

Sudah sangat lama sejak Kimo mendapat penyakit ini dan sampai sekarang penyakit itu terus saja menghantui dirinya. Kejadian saat itu benar-benar membekas, sampai rasanya ingin Kimo mati saja asal dia tidak mengingat semua kejadian itu.

"Arghh..." erang Kimo ketika kepalanya mulai terasa sakit. Ia memegangi kepalanya kuat-kuat, berharap agar rasa sakitnya mereda. Tetapi bukannya malah hilang, malah sakit itu semakin menjadi berkali-kali lipat.

Tatapan Kimo menjadi nanar. Langkahnya mulai tidak jelas dan kebingungan. Untung saja saat itu masih jam pelajaran sehingga tak ada yang melihatnya dalam keadaan yang begitu lemah, keadaan yang begitu rentan untuk disakiti oleh orang. Tidak boleh! Kimo harus melindungi diri sendiri.

Kimo bersandar ke dinding. Ia terduduk seraya masih dengan memegangi kepalanya kuat-kuat. Tatapannya nanar dan tangannya masih saja bergetar. Dingin, tubuh Kimo terasa dingin. Dingin sampai menggingil, membuat bulu kuduknya naik. Berkali-kali ia mengedipkan matanya, berusaha memfokuskan pandangannya. Tetapi tetap saja tidak bisa, lagi-lagi hanya sakit yang ia rasakan. Sampai akhirnya tubuh itu melemah hingga Kimo pun kehilangan kesadarannya.

***

Kimo membuka matanya dengan perlahan. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali agar dapat menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ketika matanya sudah menangkap pemandangan dengan jelas, ia menemukan sosok punggung yang sedang membaca sesuatu di dinding.

"Lo ngapain di sini?"

Laki-laki itu berbalik, kemudian tersenyum canggung. "lo udah bangun?"

"Lo ngapain di sini?" tanya Kimo dengan tajam. Perempuan itu sudah duduk.

"Gaada basa-basi bilang makasih dulu gitu?" tanya laki-laki itu. Kimo semakin menatap ia tajam, membuat si laki-laki jadi menghela napas kasar. Ia sudah duga juga akan jadi seperti ini. "Tadi pas gue mau ke toilet, gue liat lo pingsan. Gue bawa aja ke uks."

"Kenapa?" tanya Kimo lagi.

Laki-laki itu tidak mengerti. "Kenapa apa?"

Bodoh seperti biasanya, pikir Kimo. Kimo memejamkan matanya agar ia bisa bersabar, khususnya menghadapi laki-laki bodoh di depannya. "Kenapa lo bantu gue? Gue udah jahat sama lo."

"Pftt..." Laki-laki itu menahan tawanya. "Gue gak nyangka lo bisa ngomong gitu juga," kata laki-laki itu lagi. Ia tersenyum.

Kimo mulai malas menanggapi laki-laki di depannya. Ia pun turun dari kasur dan langsung bersentuhan dengan lantai yang dingin. Kimo sedikit kehilangan keseimbangannya.

"Wow lo ga papa? Pusing?" tanya laki-laki itu.

"Jangan dekati gue, Ray."

Laki-laki itu langsung diam pada tempatnya. Sepertinya Kimo kembali kepada sosoknya yang biasa.

"Perlu gue bantu?" tanya Ray sambil mengikuti langkah Kimo yang pelan.

Kimo berhenti, kemudian berbalik ke arah Ray. "Lo..." Kimo mengalihkan pandangannya. "Jangan bilang ke yang lain kalau gue pingsan." Setelah mengatakan itu, Kimo pergi keluar meninggalkan Ray sendiri lagi.

Ray berdecak setelah Kimo pergi. Mungkin jiwa kebaikannya sedang menggebu sekarang, terbukti dengan tindakannya yang sedang membersihkan seprai kasur uks yang ditiduri oleh Kimo tadi.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang