Cincuenta y uno

140 6 0
                                    

"Gila, dikit lagi gue menang nih bangsat!" seru Rafael dengan semangat. Matanya antusias menatap ke layar hpnya.

"Ga bisa. Lo bakal gue tahan, Anjing!" balas Farel tak mau kalah.

Tanpa kedua sejoli itu ketahui, seisi kelas sudah sangat ribut ketika mendengar Kimo bertengkar dengan salah satu anak populer yang notabenenya adalah teman dekat Zia. Mereka semua heboh, berlari-larian hanya untuk melihat pertengkaran tersebut.

Tidak sengaja seseorang menyenggol hp yang dipegang oleh Rafael. Hp itu terjatuh bahkan tertendang jauh karena semua orang berlarian seolah sedang terjadi bencana alam. Rafael spontan menggerutu, berbeda dengan Farel yang bersorak riang karena berkat jatuhnya hp Rafael, Farel jadi memenangkan permainan.

"Anjing nih semua anak kelas."

Farel tertawa. "Lu nya aja yang goblok."

"Sialan lo, Babi."

Tawa Farel memudar. "Eh pada napa ni kelas pada sepi?"

Kemudian terlihat dari jendela semua orang berlarian ke arah yang sama.

Rafael menanggapi, "Kita lagi simulasi gempa, apa gimane?"

Farel mengedikkan bahu. Ia memukul bahu Rafael pelan, memberi tanda untuk mengajak Rafael keluar mengikuti kemana semua orang berlarian. Farel dan Rafael berlari-lari kecil dengan wajah yang kebingungan sampai ia melihat semua orang tengah bergerombolan mengelilingi sesuatu.

Sebisa mungkin kedua laki-laki itu masuk menyelip sampai ke depan. Ketika tahu apa yang terjadi, mereka serempak menutup mulutnya karena terkejut. Mata keduanya sama-sama terbelalak saking terkejutnya karena pasalnya yang ada di depan matanya adalah Nadia yang adalah teman dekat Zia tengah menarik rambut Kimo dari belakang. Bagi Farel dan Rafael, sungguh itu adalah pemandangan yang fenomenal.

"Mau lo apa, Bodoh?" tanya Kimo dengan tajam.

Melihat tatapan itu, Nadia terlihat sedikit ciut, tetapi dia menutupinya. Ia bersikap seolah yang paling berani sekarang. Entah kenapa dia yakin tidak mungkin Kimo berbuat macam-macam kepadanya mengingat semua orang ramai menonton mereka.

"Yang gue mau itu lo minta maaf sama temen gue. Kalau perlu lo berlutut sama dia karena udah bikin dia ketakutan," ujar Nadia.

"Gue ga kenal sama temen lo. Jangan buang waktu gue."

Kimo mau berbalik lagi dan berusaha untuk cepat mengakhiri drama yang dibuat Nadia. Tetapi Nadia tidak tinggal diam, ia mencegat tangan Kimo dengan mencengkramnya sok kuat.

"Lo ga bisa kabur aja sialan! Zia lo bikin trauma! Dasar manusia ga punya hati!"

"Nadia! Berhenti!" teriak Zia yang tiba-tiba masuk. Ekspresi seperti khawatir dan ketakutan. Ia menarik tangan Nadia, kemudian berkata, "Udah Nad. Jangan. Gue takut nanti lo juga ditatar seperti gue. Cukup gue saja yang jadi korban, jangan ada yang lain." Mata Zia berkaca-kaca ketika mengatakan hal itu. Semua orang langsung merasa bersimpati dengan Zia dan langsung mencemooh Kimo yang dianggap tidak memiliki hati nurani.

Kimo menarik sebelah alisnya, rasanya ia ingin meludahi wajah Zia sekarang juga. Dalam hati Kimo menggerutu, Sampai kapan gue di sini. Gue keluar hanya untuk beli minum, bukan untuk meladeni orang bodoh.

Kimo melirik jam tangannya. 10 menit lagi waktu yang tersisa untuk menghabiskan bekalnya. Sial, 10 menitnya sudah terbuang sia-sia karena waktu istirahatnya adalah dua puluh menit.

"Minta maaf sekarang!" teriak Nadia, didukung oleh semua orang. Tanpa disadari semua orang Zia tersenyum senang melihat Kimo dipojokkan semua orang.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang