Kimora memasukkan buku-bukunya dengan tenang ketika bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, wajahnya tidak berekspresi. Hanya datar, tanpa emosi apapun yang menyertai.
"Ray, kantin. Anak-anak udah pada nungguin," kata Tara kepada Ray. Ray langsung mengacungkan jempolnya sebagai jawaban, lalu bangkit dari duduknya.
Sebelum pergi, Ray melirik teman sebangkunya itu. Sejujurnya ia merasa tidak nyaman dengan keterdiaman perempuan itu. Ia merasa perempuan itu hanya berfokus pada dunianya sendiri. Ray jadi takut untuk sekedar menyapa hanya karena dikali pertama ia tidak dihiraukan.
Akhirnya, Ray berjalan melewati mejanya dan berjalan menyusul Tara yang tengah menunggunya di depan kelas.
Kemi : gimana sekolahnya? Asik, gak?
Kimo : biasa aja. Gak ada yang istimewa.
Kemi : jadi ada niat mau balik ke Amerika? Gue bisa bujuk ayah lho. Tawaran yang menarik kan?
Kimo menghela napas, lalu mengetik jawabannya.
Kimo : jangan bahas ini lagi, Kemi. Gak ada lagi ceritanya gue bakal balik ke Amerika
Kemi : Tapi bunda ada di Amerika dan lo sekarang di Indonesia. Lo gak keberatan?
Sejenak, Kimo terpaku karena pesan yang dikirimkan oleh Kemi. Untuk sesaat pikirannya langsung menjadi kosong, sampai beberapa teman sekelasnya menghampirinya.
"Hai Kimo. Mau ke kantin bareng?" tanya perempuan berambut keriting kepada Kimo dengan senyuman ramahnya.
Kimo menatap datar kepada perempuan itu, berniat untuk tidak menanggapi. Ketika Kimo hendak kembali berfokus pada pesan yang dikirimkan Kemi, perempuan lain berceletuk. "Kelas bakal kosong lho. Kan gak enak sendirian. Mending bareng kita-kita."
Kimo mengedarkan pandangannya, lalu kembali bersitatap dengan perempuan kedua yang berbicara. "Sendiri? Jadi anak perempuan di sudut gak kalian anggap?"
Sekumpulan perempuan-perempuan itu yang berjumlah tak lebih tak kurang sepuluh orang dengan serentak menatap perempuan yang duduk di sudut. Untuk sesaat, kesepuluh orang itu saling bertatapan penuh arti, lalu menatap Kimo dengan canggung.
"Iya, kayaknya lo gak bakal sendiri. Kalo lo gak mau, yaudah deh," kata perempuan pertama dengan senyum yang dipaksakan. Kemudian, mereka berjalan bersama-sama keluar kelas sambil membisikkan Kimo.
Kimo tidak peduli, lalu berfokus kepada buku yang kini sudah terbuka lebar di depannya. Ia tidak lapar, karena perutnya sudah kenyang karena menonton banyak wajah-wajah bermuka dua.
"Stupid." sindir Kimo yang ditujukan kepada sepuluh perempuan tadi.
***
"Serius gue Bro. Ini mah bule bening," kata Tara menggebu-gebu kepada teman-temannya yang semeja dengannya.
"Gak percaya gue. Mana anaknya? Ke kantin aja enggak" jawab laki-laki lain, meragukan kata-kata Tara.
"Eh seriusan gue, gak bo-ong. Tanya aja tuh sama si Ray. Orang anaknya sebangku tuh sama si Ray," kata Tara, membuat keempat laki-laki yang ada di meja petak itu menatap Ray dengan penasaran.
Ray langsung menghentikan gerakan memasukkan bakso ke dalam mulutnya itu ketika namanya disebut oleh Tara. Untuk sejenak, tangan laki-laki itu tergantung sampai pada akhirnya ia kembali meletakkan sendok itu pada mangkoknya.
"Apa?" tanya Ray.
"Eh, Bro! Seriusan itu si bule bening sebangku sama lo?" tanya laki-laki yang bernama Ares. Perlahan tapi pasti, Ray menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Fiksi RemajaTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...