"Kim, bentar lagi sekolah bakal asik!" pekik Zea tertahan. Pekiknya itu tidak keras. Sekedarnya saja, ia juga tidak seberani itu untuk benar-benar berteriak.
"Kenapa emangnya?" tanya Kimo tanpa menatap ke arah Zea. Seperti biasa perempuan itu hanya fokus dengan bacaannya.
Zea merasa gemas karena Kimo lupa akan terjadi apa di sekolahnya sebentar lagi. Padahal ketua osis sudah pernah masuk ke kelasnya dan menjelaskan semuanya dengan sangat lantang dan jelas. "Bentar lagi di sekolah kita itu bakal ada pensi! Bisa lo bayangin bakal semeriah apa sekolah kita," ujar Zea sambil membayangkan.
Kimo melirik Zea sedikit, lalu kembali fokus. Tetap saja, bagi Kimo tidak menarik.
"Cuma pensi Ze. Jangan berlebihan," balas Kimo akhirnya.
"Cuma? Lo tau gak..." Zea mendekatkan tubuhnya ke arah Kimo, walaupun Kimo tidak menatapnya. "Poinnya itu bukan sekedar pensi biasa, poinnya itu tentang siapa artis yang bakal osis undang buat meriahin sekolah kita."
"Dan siapa artis itu?"
"Ya, gak tau juga. Kan makanya gue sekarang ga sabar nunggu itu," ucap Zea dengan bersemangat. Wajahnya bersemu bahagia. Seperti akan bertemu dengan pujaan hatinya.
Kimo menghela napas. Akhirnya ia menutup bukunya. "Kenapa lo se-excited itu? Bisa aja ekspektasi lo ga sesuai sama realitanya kan?"
Zea menaikkan sebelah alisnya, "Maksud lo?"
Kimo lagi-lagi menghela napasnya. Kalau bukan Zea yang ada di depannya, ia tidak akan mau menjelaskan maksudnya panjang lebar. "Gimana kalau yang diundang malah artis lama yang nge hits tahun 90-an? Gue tau lo seseneng itu karena bakal liat cogan kan?"
Zea terdiam, terlihat berpikir. "Jangan yang 90-an dong. Malah keriput yang gue liat."
Kimo terkekeh, "Ga gitu juga. Artis 90-an juga bagus."
"Iya bagus, tapi gue maunya cogan Kim. Cogaaan," kata Zea merengut seperti anak kecil. Zea melipat kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi kesal. Apa yang dikatakan Kimo benar juga, tetapi tetap saja Zea tidak mau.
Kimo mengedikkan bahunya, lalu kembali melanjutkan kegiatan membacanya yang tertunda. Dibandingkan memikirkan siapa artis yang akan diundangnya untuk acara pensi mendatang, Kimo lebih suka memikirkan apa konflik selanjutnya yang akan ia baca di bukunya.
Kefokusan Kimo tidak berlangsung lama karena seorang laki-laki tiba-tiba duduk di depannya sambil tersenyum riang dengan wajah polos tak bersalah. Kimo dapat melihatnya dari matanya walaupun matanya itu sedang membaca buku. Tetap terlihat.
"Hei Kim sibuk gak?" tanya si empunya dengan menampilkan deretan gigi putihnya.
Kimo menurunkan bukunya. Menatap laki-laki itu dengan pandangan datar. Kimo melipat kedua tangannya, kemudian berkata, "Apa mau lo Rafael?"
Rafael menyengir, Kimo tidak suka. Kimo penasaran dengan apa yang berada di pikiran laki-laki di depannya itu, ia sulit menebak. Walaupun begitu Kimo yakin apapun kata-kata yang akan dikeluarkan laki-laki itu pasti tidak akan membuatnya senang.
"Kita kan sekelompok, jadi,-"
"Gue yang kerjain semuanya sendiri," potong Kimo cepat.
Rafael terdiam. Zea yang disebelahnya juga terdiam. Zea menatap aneh ke arah Rafael.
Rafael mengusap kepalanya dengan wajah bingung. Sebenarnya niat Rafael untuk datang ke Kimo bukan untuk menyuruh perempuan itu saja yang mengerjakan. Lantas Rafael ingin mengajak Kimo untuk mengerjakan tugas itu bersama karena anggota kelompoknya yang lain tidak ada yang berani untuk berbicara dengan Kimo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Ficção AdolescenteTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...