Veintiséis

401 34 18
                                    

Sena datang ke sekolah dengan perasaan kesal. Sangat kesal malah karena komputernya terkena virus akibat membobol situs web forum itu. Sebagian diri Sena merasa menyesal karena telah berhubungan dengan situs itu, tetapi sebagiannya tidak karena ia masih yakin pasti ada celah untuk membobol situs itu. Ia percaya akan mendapat keuntungan dari situs itu.

"Sialan! Website Kon**l!"

"Kasar woi!" celetuk Adang yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Sena. kedua laki-laki itu memang satu sekolah, Sena merasa kesal dengan fakta itu.

"Pagi-pagi dah nyebut punya lo aja. Ga usah diumbar-umbar juga kali," celetuk Adang lagi asal-asalan yang malah membuat emosi Sena semakin naik ke ubun-ubun.

Sena menghentikan langkahnya. "Perasaan gue lagi gak bagus sekarang, jadi lo kalau lagi ngajak baku hantam sekarang yaudah ayo aja. Gue ladenin."

Adang mundur beberapa langkah sambil mengangkat kedua tangannya. "Gak, gak. Santai, ga cari gara-gara deh gue pagi-pagi."

Sena menggelengkan kepalanya, kemudian pergi dengan cepat mendahului Adang. Adang tertawa. Melihat Sena marah-marah adalah hiburan tersendiri baginya. Adang suka mengganggu Sena, tapi kalau sudah seperti tadi ia tidak akan berani merecoki Sena. Ia tidak mau wajah tampannya babak belur karena tangan Sena.

Setelah Sena benar-benar berada di jarak yang cukup jauh darinya, barulah Adang berjalan kembali. Ia memperhatikan temannya itu dari belakang dan laki-laki itu terlihat sangat gusar. Adang yakin pasti ada sesuatu yang serius terjadi pada Sena, tapi nanti sajalah Adang tanyakan.

Adang berbelok ke sisi lorong yang berbeda dengan Sena karena laki-laki itu yang berstatus sebagai anak IPS, sedangkan Sena adalah anak IPA. Jangan tanyakan Adang kenapa laki-laki itu tidak masuk IPA, karena laki-laki itu benar-benar pusing ketika bertemu dengan rumus-rumus fisika dan hitung-hitungan yang tidak jelas. Adang lebih suka dengan hafalan. Berbanding terbalik dengan Sena yang malah membenci hafalan anak IPS yang terlalu banyak, menurutnya.

Sena biasa dikenal sebagai sosok yang sangat baik dan suka sekali menyapa atau membalas sapa. Tapi khusus hari ini, hanya tatapan kesal dan gusar yang diberikan Sena. Membuat orang-orang yang hendak menyapa Sena jadi mengurungkan niatnya.

"Sen, liat pr dong!" teriak Bara, dia salah satu teman Sena di kelasnya.

"Bacot!" jawab Sena ngegas. Bara jadi diam, kemudian menggerutu.

"Sombong amat," kesal Bara yang kemudian memilih untuk meminjam buku pr ke anak lain.

Sena duduk, lalu menghempaskan tangannya di atas meja. Hempasannya begitu keras membuat semua orang melihat ke arahnya. Sena memang seperti itu, dia sangat emosian ketika moodnya sangat jatuh. Dan jangan pernah mengganggu Sena ketika berada di dalam fase ini.

"Sena kenapa lagi?"

"Nggak tau."

"Lagi kumat itu mah."

Bisikan-bisikan orang itu membuat emosi Sena tambah naik. Berusaha keras ia menahan semuanya dengan menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Bisa bahaya kalau tidak ditahan, kelas bisa hancur karena perbuatannya.

"Sena?" suara lembut seorang perempuan masuk ke telinga Sena. Sena diam. "Lo kenapa Sen?" tanya perempuan itu lagi. Dia Rahma, gebetan Sena.

Sena tidak menjawab, membuat Rahma yang sebenarnya disuruh teman-temannya untuk menanyakan keadaan Sena sekarang jadi kelihatan gusar. Walaupun berstatus sebagai perempuan spesial Sena, Rahma tetap takut ketika Sena seperti ini. Rahma pernah melihat Sena mengamuk.

"Sen?"

"Gue gak papa, lo balik aja duduk sana," suruh Sena, tapi laki-laki itu tetap dengan posisi yang sama.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang