Sesenta y uno

144 6 0
                                    

Saat yang seharusnya menjadi saat-saat yang menyenangkan dalam sekejap berubah menjadi muram. Rahma yang masih ketakutan, tetap saja memluk Sena dengan erat. Rahma sudah menceritakan semuanya dan itu sukses membuat Sena langsung menghubungi teman-temannya dari solar system.

Dari posisi di stand kebab, kini mereka berpindah ke parkiran agar tidak terlalu terlihat mencolok. Semua orang sudah berkumpul dalam kekhawatiran yang sama.

Ketika Rahma berhasil ditenangkan oleh Sena, perempuan itu mengatakan kalau tadi saat baru saja ia turun dari mobil temannya, Rahma langsung ditarik paksa ke lorong sepi SMA Elangsa oleh yang Rahma yakini adalah teman-teman Faras. Perempuan itu ketakutan dan menjadi tambah ketakutan saat salah satu teman Faras yang berjumlah lima orang itu membuka baju bagian belakangnya dengan paksa. Rahma menjadi saat takut, ia takut akan dilecehkan. Tetapi untung saja setelah itu laki-laki itu pergi dan meninggalkan Rahma seorang diri terduduk di lorong sepi karena ketakutan.

Mendengar itu Sena naik pitam. Rasanya Sena ingin langsung mematahkan tangan laki-laki yang sudah bernai-beraninya mencoba untuk melecehkan miliknya. Sena geram, tetapi segera ditahan ketika Rafael mengingatkan bahwa temannya juga hilang. Kimo menghilang dan tidak kembali walaupun sudah dicari. Mereka yakin sekali pasti Faras lah alasan menghilangnya Kimo.

"Sialan, kita harus cari dia kemana?" tanya Sena daritadi belum bisa berhenti mengumpat. Dengan sekuat tenaga Sena menahan emosinya.

"Bakar aja markas mereka," kata Adang kesal.

"Jangan, itu bakal ngerugiin kita. Dengan ngebakar markas mereka ga mungkin bisa bikin Kimo balik," ingat Farel sebagai sosok yang paling logis.

"Gue tau."

Semua orang yang ada di sana menoleh ke asal suara. Di sana sudah berdiri Ray dengan wajah peluh dan tangannya mengepal erat seolah sedang menahan sesuatu.

"Gue tau dimana Kimo, tapi kalian harus bantu gue."

"Bukan," kata Rafael membantah. "Bukan kami yang bantu lo, tetapi lo yang bantu kita."

***

Ray memandang kosong ke arah jendela. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Baru saja tadi dia masih berjalan-jalan dengan keempat temannya untuk menikmati acara sekolah. Bahkan terbesit di pikiran Ray untuk mencari Kimo agar ia bisa mengajak perempuan itu untuk jalan-jalan. Tapi dalam sekejap semuanya berubah ketika tau-tau ia bertemu dengan Baraq tadi penuh dengan keringat dan wajah yang terlihat sangat khawatir.

"Lo kenapa Raq?" tanya Ray ketika melihat laki-laki itu seperti buru-buru sekali.

Laki-laki itu tidak membiarkan Ray untuk berbasa-basi dengannya, langsung ditariknya Ray dari keramaian dan membawa Ray ke tempat yang lebih sepi agar tidak menarik perhatian.

"Lo dengerin gue baik-baik," kata laki-laki itu dengan serius. "Kimo sekarang dalam bahaya dan lo harus bantuin gue."

"Dari mana lo tau soal,-"

"Bukan sekarang saatnya buat bahas itu. Lo cinta kan sama Kimo? Maka selamatkan dia! Lo, gue bergantung sama lo Ray. Nyawa perempuan yang lo cintai itu dalam bahaya."

Ray mengusap wajahnya dengan gusar. Ia merasa panik setengah mati. Apalagi ketika mengetahui kalau nyawa Kimo dalam bahaya, rasanya jantung Ray akan berhenti.

"Udah gue bilang buat jebolin aja si sialan itu ke dalam penjara kan?!" Marah Adang ketika mengingat protesannya dulu tapi tidak ada yang menyetujuinya.

"Lo bisa diem ga Dang? Lo cuma bakal memperkeruh semuanya!" sahut Rafael yang duduk di depan.

Ray menghela napas kasar. Dari tadi laki-laki di dalam mobil yang Ray tempati saling salah menyalahkan. Terutama Rafael dengan laki-laki yang tidak Ray kenal. Dari yang Ray tangkap semua orang di mobil ini kecuali dirinya sudah tahu siapa dalang dari penculikan Kimo ini. Bahkan mereka sudah tahu semua kejadian ini akan terjadi. Tetapi kenapa mereka tidak melakukan sesuatu untuk mencegahnya?

Ray juga kesal kenapa bisa-bisanya membiarkan Kimo berteman dengan orang yang justru membuat perempuan itu dalam bahaya, mengingat Rafael dan teman-temannya ini adalah musuh besar dari si pelaku yang Ray dengar bernama Faras. Bukankah sama saja seperti melempar diri ke kandang serigala?

"Kenapa kalian ga mencegah kalau kalian tahu ini akan terjadi? Kenapa kalian ga masukin si Faras itu dalam penjara?" Akhirnya pertanyaan yang Ray simpan sejak tadi keluar. Sekarang Ray sudah mulai masuk ke acara salah-menyalahkan keempat laki-laki itu.

"Lo ga tau apa-apa diem ya bangsat!" ujar Sena di kursi kemudi.

Farel menghela napas kasar. Ia yang duduk di sebelah Ray, menoleh ke arah laki-laki itu untuk menjawab, "Karena Kimo yang minta seperti itu."

"Dan lo setuju aja? Dan untuk apa Kimo menolak untuk memasukkan Faras ke dalam penjara. Kalian ga waras!"

Farel hendak menjawab, namun ditahan oleh Sena karena kesal dengan kata-kata Ray yang mengatakan bahwa ia dan teman-temannya tidak waras. Padahal Ray tidak tahu masalahnya apa dan malah main memojokkan saja.

"Masalah ini lebih dari soal perang antar komunitas. Ini lebih dari yang lo pikirkan."

"Gue gak ngerti."

Farel menghela napas, "Ini soal Kimo dan keluarganya. Dan kenapa Faras ga dimasukkan ke penjara karena Kimo ingin jadiin dia barang bukti untuk menjebloskan musuh yang sebenarnya."

Ray masih tidak mengerti. "Jadi siapa musuh sebenarnya?"

"Musuh keluarga Kimo. Musuh yang menjadi alasan kenapa mama Kimo masih koma di rumah sakit sampai sekarang!"

Ray termenung. "Dan musuh itu lah yang menjadi alasan kenapa Kimo punya trauma dan menjadi seperti psikopat kayak sekarang. Iya kan?"

"Lo tau."

Sekarang semuanya masuk akal. Dan itu maksud yang omongan Kemi kemaren di rumah sakit.

Tbc.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang