Untuk pertama kalinya Kimo merasa senang ketika pergi sekolah. Mungkin ia senang karena ia baru saja memiliki seorang teman sekarang. Rasanya seolah Kimo sudah menjadi normal. Kimo tersenyum seraya menatap jalanan dari jendela. Dengan gerakan pelan ia menyambungkan earphonenya pada ipodnya, kemudian ia sumbatkan pada telinganya. Lantunan lagu piano klasik terdengar, seketika Kimo merasa sangat nyaman.
Kimo turun dari mobil yang dibawa oleh supirnya. Seperti biasa, ramai sekali murid-murid dengan seragam yang sama berjalan ke dalam sekolah, menuju kelas mereka masing-masing tentu saja.
Senyum kecil Kimo terukir di wajahnya. Memang kecil tapi mampu membuat wajah Kimo berkali-kali lipat lebih cerah. Bahkan beberapa teman sekelas yang melihatnya bertanya-tanya, tumben sekali Kimo terlihat cerah.
Kimo duduk di tempatnya dengan santai. Ia meletakkan barang-barangnya dengan santai tanpa beban dengan keadaan telinganya yang masih tersumbat. Perempuan itu sama sekali tidak menyadari kalau sudah ada Ray di sampingnya sedang tertidur menghadap ke sisi lain kelas sehingga Kimo tidak dapat melihat wajahnya.
Tidak apa-apa juga, lagian Kimo juga tidak peduli dengan laki-laki di sebelahnya.
Seketika Ray terjaga. Matanya yang masih sipit karena baru bangun mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ray langsung mematung ketika sudah ada Kimo yang seperti biasa sudah sibuk dengan bacaannya dan lengkap dengan penyumbat telinganya yang selalu mengeluarkan lagu yang Ray tidak tahu.
Ray menatap Kimo sebentar, lalu teringat masalah kemaren ketika di mall. Ray menghela napas kasar seraya mengacak rambutnya. Ia bangkit dan langsung menyandang tasnya seolah akan pergi.
"Lo mau kemana?"
Ray berhenti ketika ia baru saja hendak bergerak. Ray sedikit terkejut karena Kimo bertanya. Sebuah perkembangan ya kan?
"Gue mau pindah. Kan kemaren lo suruh gue pergi dari hadapan lo?"
Kimo terdiam. Ia melepas earphonenya dan memindahkan pandangannya dari bukunya ke arah Ray. Kimo menatap Ray dengan ekspresi heran.
Ketika mereka sama-sama terdiam dan Ray juga tidak kunjung bergerak untuk pergi, Zea datang dan menyapa Kimo dengan hangat. Kimo hanya tersenyum sebagai balasan.
Sesuatu muncul di kepala Kimo. Ia menarik sebelah alisnya, menatap Ray dan Zea secara bergantian. Tanpa diduga Kimo mengumpulkan semua barangnya dan pergi ke arah Zea. Kimo yang pindah. Kimo memilih untuk duduk dengan Zea supaya laki-laki itu tetap berada di tempatnya.
"Gue duduk di sini ya?" tanya Kimo tanpa menunggu jawaban Zea, ia sudah meletakkan barang-barangnya.
Zea terdiam, kemudian menoleh ke arah Ray. Terlihat Ray di sana yang masih berdiri sambil menyandang tasnya sedang menatap lurus ke arah Kimo dengan tatapan yang Zea juga tidak mengerti. Zea menoleh ke arah Kimo dan sekali lagi menoleh ke arah Ray. Diam-diam Zea penasaran, apakah terjadi sesuatu diantara Kimo dan Ray?
"Ray? Mau kemana lo?" tanya Tara menghampiri tempat duduk Ray. Tara baru saja datang.
Tara heran dengan arah tatapan Ray yang terlihat marah? Kesal? Atau kosong? Tara juga tidak tahu pasti. Tetapi tidak butuh waktu yang lama untuk Tara agar mengerti apa maksud dari tatapan Ray. Tara mengangguk paham, kemudian menepuk pundak Ray dengan pelan.
Tara kemudian berucap, "Gak papa. Hari ini lo duduk sama gue aja ya? Sini duh tayang-tayang."
Ray langsung menoleh ke arah Tara dengan tatapan kesal. Apalagi ketika Tara memanggil Ray dengan sebutan sayang yang diplesetkan. Menyebalkan, bikin Ray tambah kesal saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Novela JuvenilTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...