Kimo menghempaskan tubuhnya ke atas kasur setelah pakaiannya berganti dengan sebuah piyama tipis yang sangat ia sukai dan pastinya longgar. Kimo memejamkan matanya ditambah dengan posisi satu tangan yang menutup mata kanannya. Napasnya begitu tenang dan hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk membuat Kimo terlelap dalam mimpinya.
Hp yang terletak di samping tubuhnya bergetar, terasa sampai ke punggungnya. Kimo membuka matanya lalu meraih hp nya dengan tangan kiri. Sebuah pesan masuk, Kimo pun membacanya.
Ray : sori gue kayaknya ganggu lo malam ini ya?
Tanpa disadari, Kimo bangkit dan terduduk hanya karena sebuah pesan itu. Ia menekuk lututnya di atas kasur dan menumpukan wajahnya di sana seraya membalas pesan tersebut. Wajahnya mungkin tanpa ekspresi, tapi hatinya menampilkan beribu-ribu ekspresi.
Kimo : Mengganggu karena apa?
Sudah 10 detik dan belum ada jawaban yang ia dapatkan dari Ray. Kimo menghembuskan napasnya pelan, kemudian melemparkan hp nya ke atas kasur. Tiba-tiba saja ia merasa kehausan, ia pun berdiri hendak mengambil minum ke dapur bawah. Namun baru saja perempuan itu menggenggam kenop pintu, hp nya berdenting. Kimo menoleh cepat dan sampai berlari untuk mengambil hpnya yang ada di atas kasur.
Ray : Karena yang aturannya lo sekarang udah tidur nyenyak, eh malah gue ajak jalan-jalan malam.
Ray : lo kapok pasti ya sama gue?
Kimo mengubah posisinya langsung dengan bersila di atas kasur. Jarinya menari-menari dengan sangat cepat untuk membalas pesan tersebut.
Kimo : Nope
Kimo : Gue senang, makasih buat jalan-jalannya.
Ray : Gue senang kalau lo senang
Ray : Kalau gitu night ya
Bahu Kimo menurun ketika percakapannya dengan Ray berakhir. Senyum Kimo terukir ketika ia membaca ulang pesan terakhir dari Ray. Entah kenapa rasanya Kimo begitu senang sampai rasanya ia tidak akan bisa tidur dengan cepat malam ini.
Tanpa sadar Kimo menatap bayangannya sendiri di depan cermin. Dari posisinya ia dapat melihat bagaimana wajahnya tersenyum. Kimo membulatkan matanya, lalu spontan menampar pipinya sendiri. Senyumnya menghilang, ekspresinya kembali datar.
Udah gila kali gue senyum-senyum sendiri. Batin Kimo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia melemparkan hp nya sembarang ke atas kasur, lalu pergi keluar untuk mengambil minumnya. Kimo butuh minum, mungkin karena ia dehidrasi ia jadi kurang fokus dan jadi senyum-senyum sendiri.
***
Baraq datang dengan cepat menemui Sena di belakang sekolah ketika laki-laki itu mengucapkan nama Kimo di telepon. Dari posisinya berdiri ia dapat melihat Sena sedang menatap lurus ke atas pohon, entah apa spesifik yang dilihat Sena, Baraq juga tidak peduli. Karena yang menjadi titik peduli Baraq adalah Kimora, perempuannya.
"Kenapa sama Kimo?" tanya Baraq langsung tanpa basa-basi.
Sena menoleh dengan pelan, ia menatap Baraq dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Terlalu datar, Baraq jadi sulit menebak.
"Sebenarnya siapa cewek lo itu Raq?" tanya Baraq yang membuat orang yang ditanya itu menjadi tersentak. Tubuh Baraq membeku, laki-laki itu mulai menduga-duga.
"Kenapa lo bertanya?"
Sena mengedikkan bahunya singkat seolah-olah yang mereka bicarakan hanyalah masalah kecil. Sena pun berkata sambil mengeluarkan rokoknya, "Gue menemukan sosok Kimo, tetapi gue tidak yakin Kimo yang gue temukan ini adalah cewek lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Teen FictionTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...