Seperti yang dikatakan oleh keempat laki-laki itu bahwa mereka memang benar-benar menginap di rumah Kimo. Saat keempat laki-laki itu kembali ke rumahnya tepat pada pukul setengah delapan malam, Kimo menyambut mereka dengan wajah datar. Tanpa dipersilahkan, keempat laki-laki itu dengan tidak tahu malunya masuk ke dalam rumah Kimo.
Kimo memutar bola matanya malas, tidak mau susah-susah memikirkan keempat laki-laki itu, Kimo pun berjalan kembali menuju kamarnya.
Adang sempat ingin mengeluarkan suara ketika Kimo main pergi begitu saja meninggalkan mereka yang kebingungan harus tidur dimana, tapi sebelum hendak melakukan itu, keempat laki-laki itu disambut ramah oleh asisten rumah tangga Kimo. Dengan tenang, asisten rumah tangga Kimo itu membawa keempat teman Kimo itu menuju kamar dimana mereka akan beristirahat.
Kimo membiarkan keempat laki-laki itu memiliki dua kamar, dimana kamar pertama akan ditempati oleh Farel dan Rafael, sedangkan Sena dan Adang di kamar satunya. Keempat laki-laki itu sejenak rebahan di kamar mereka masing-masing sampai kebosanan menghampiri mereka. Bukan acara menginap seperti ini yang mereka inginkan.
Mungkin karena memang batin mereka tersambung, tanpa disengaja mereka keluar bersama-sama dari dalam kamar. Mereka saling bertatapan, lalu saling mengeluh karena bosan.
"Bukan nginap gini yang gue maksud," keluh Rafael.
"Apa Kimo mikirnya nginap itu maksudnya cuma numpang tidur ya?" tanya Farel keheranan.
Mereka saling mengedikkan bahu tanda juga tidak tahu apa jawabannya.
Akhirnya mereka memutuskan pergi ke kamar Kimo yang terletak tidak jauh dari kedua kamar laki-laki itu. Sena dengan santai mengetuk yang kemudian ditanggapi oleh Kimo yang masih saja berwajah masam kepada mereka.
"Apa lagi?" tanya Kimo malas.
"Lo tidak mengerti acara nginap sebagai teman ya?" balas Sena.
Kimo terdiam, Ia melipat kedua tangannya di depan dada.
Sena mengerti dengan tatapan itu, laki-laki itu menghela napas. Ia sudah duga kalau Kimo tidak mengerti.
Farel seketika merasa simpati dengan Kimo yang benar-benar tidak mengerti dengan ruang lingkup pertemanan. Kimo sadar dengan tatapan Farel yang seperti itu. Bagi Kimo, tidak Farel sekali yang biasanya dingin kepadanya walaupun tidak sedingin dulu tiba-tiba memberikan Kimo tatapan simpati.
"Apa sih lo," sangar Kimo kepada Farel.
Farel menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah tegar yang dibuat-buat. Kemudian ia berkata, "Demi lo Kim, kami akan menjadi perempuan untuk satu malam ini."
"Apa?!"
"Apa?!"
"Apa?!"
Ketiga laki-laki lainnya menatap Farel dengan tatapan horor. Mereka hanya saja sedikit bergidik ngeri ketika menyebutkan kata 'akan menjadi perempuan' kepada Kimo. Kimo tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan kata-kata Farel barusan. Sementara itu, Farel susah payah membujuk ketiga laki-laki lainnya lewat tatapannya untuk menuruti kata-katanya. Kemudian ketiga laki-laki itu menghela napas kasar dan mengangguki apa yang dikatakan Farel barusan. Mereka tidak percaya kalau seorang Farel yang sangat pintar menggunakan logikanya bisa-bisa merasa sentimental begini.
"Oke, hari ini kita jadi perempuan buat lo supaya lo mengerti apa maksud kata menginap dari ruang lingkup pertemanan."
"Kalian ini kenapa sih?" tanya Kimo aneh.
Farel langsung mendorong Kimo masuk ke dalam kamar diikuti oleh ketiga laki-laki lainnya yang seperti setengah hati melakukannya. Kimo di dudukkan oleh Farel di depan meja riasnya. Kimo dapat melihat wajah terkejutnya sendiri di depan kaca meja riasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho
Ficção AdolescenteTerlahir sebagai anak konglomerat mungkin terlihat sangat menyenangkan. Namun mereka tidak tahu senang dan ancaman adalah satu paket yang harus diterima oleh anak konglomerat. Kimora salah satunya, perempuan yang terlahir dari keluarga konglomerat...